Jumat, 30 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (19): Lenggang di Belitung Timur - Basuki Tjahaja Purnama; Kampong Ahok Kini Menjadi Kampong Fifi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Apa pentingnya desa Lenggang, di pulau Belitung (kini masuk kecamatan Gantung, kabupaten Belitung Timur)? Tentu sulit dipahami dalam peta sejarah hingga muncul nama terkenal Basuki Tjahaja Purnama (pernah menjabat sebagai Guburnur DKI Jakarta). Karena itu didesa ini kemudian muncul kampong yang disebut Kampong Ahok, tetapi kini lebih popular dengan nama Kampong Fifi. Apakah ada narasi sejarah yang penting antara nama penting Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan wilayah di Belitung Timur, terutama di wilayah Gantung dimana terdapat kampong Lenggang?


Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.  Jumlah Kelurahan & Desa = 39. Jumlah Penduduk = 119.807. Jumlah Pulau bernama = 141. Dasar Hukum = Undang-Undang RI No. 5 Tahun 2003, Tgl. 25-02-2003. Terduru dari kecamatan: Simpang Pesak, Simpang Renggiang, Damar, Kelapa Kampit, Dendang dan Gantung. Untuk kecamatan Manggar: Lalang Jaya, Kurnia Jaya, Padang, Kelubi, Lalang, Baru, Buku Limau (Pulau Buku Limau), Mekar Jaya, Bentaian Jaya. Kecamatan Gantung: Gantung, Selingsing, Jangkar Asam, Lilangan, Lenggang; Kecamatan Kelapa Kampit: Mayang, Buding, Cendil, Senyubuk, Mentawak. Kecamatan Dendang: Balok, Nyuruk. Jangkang, Dendang. Kecamatan Gantung: Limbongan, Batu Penyu, Lenggang, Lilangan, Jangkar Asam, Selingsing. Gantung. Kecamatan Manggar: Bentaian Jaya, Mekar Jaya, Buku Limau (Pulau Buku Limau), Baru, Lalang, Kelubi, Padang, Kurnia Jaya dan Lalang Jaya.

Lantas bagaimana sejarah Desa Lenggang, Belitung Timur dan Basuki Tjahaja Purnama; Kampong Ahok menjadi Kampong Fifi? Seperti disebut di atas, desa Lenggang adalah kampong halaman mantan Gubernur DKI Jakarta. Lalu bagaimana sejarah Desa Lenggang, Belitung Timur dan Basuki Tjahaja Purnama, Kampong Ahok menjadi Kampong Fifi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (18): Bandara di Bangka Belitung, Mula Dimana? Lapangan Terbang Militer - Bandar Udara Komersil


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Lapangan terbang adalah kebutuhan untuk pendaratan pesawat udara/kapal terbang. Dalam hal ini moda transportasi udara adalah puncak peradaban manusia sejak era zaman kuno navigasi pelayaran perdagangan. Sebelum terdapat lapangan terbang di Bangka dan Belitung, moda transportasi laut yang digunakan dimana dermaga-dermaga banyak dibangun, baik untuk mengubungkan antara kota di dalam pulau maupun antar pulau. Lalu kemudian tumbu berkembang moda transpoertasi darat dengan pembangunan jalan raya di dalam pulau.


Lapangan terbang Pangkal Pinang kini lebih dikenal sebagai Bandar Udara (bandara) Depati Amir, adalah bandar udara yang terletak di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura II sejak bulan Januari 2007. Pada awalnya bernama Pelabuhan Udara Pangkalpinang yang dibangun sejak penjajahan Jepang tahun 1942 sebagai pertahanan dari serangan tentara sekutu. Pada tahun 1985 nama Pelabuhan Udara diubah menjadi Bandar Udara. Pada tahun 1999, nama Bandar Udara Pangkalpinang diubah menjadi Bandar Udara Depati Amir. Sejak 1 Januari 2007, Bandara ini diserahkan pengelolaannya kepada sebuah BUMN yang membidangi pengelolaan beberapa bandara di wilayah barat Indonesia, yaitu PT Angkasa Pura II (Persero). Pada tahun 1978, landasan dipindah bergeser ke arah barat sejauh sekitar 75 meter, dengan panjang 1200 m. Kemudian secara bertahap terus diperpanjang menjadi 1600 m, 1800 m, 2000 m dan selanjutnya tahun 2013 runway telah mencapai panjang 2250 m x 45m. Dalam sejarah perpanjangan landasan pacu ini, pernah juga memotong sebuah jalan raya, hingga pada akhirnya jalan raya tersebut dialihkan ke arah jalur yang lebih sesuai. Hingga saat ini runway bandara ini telah mampu didarati pesawat tipe Boeing 737-800NG/900ER, & Airbus A320. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bandara di Bangka dan Belitung, bermula dimana? Seperti disebut di atas, sejarah bandara nermula di masa lampau pada era Hindia Belanda yakni pada awalnya untuk kepubutuhan lapangan terbang militer hingga kini bandar udara (bandara) komersil. Lalu bagaimana sejarah bandara di Bangka dan Belitung, bermula dimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 29 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (17): Kereta Api di Bangka dan Belitung; Navigasi Pelayaran, Jalan Darat hingga Kebutuhan Kereta Api


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini

Pada dasarnya sejarah perkeretaapian di Indonesia tidak hanya di Jawa dan Sumtara. Namun yang eksis pada masa ini hanya disitu. Akan tetapi dalam sejarah permulaan dan perkembangan jaringan kereta api di Indonesia pada era Hindia Belanda jauh lebih luas termasuk di pulau-pulau lainnya seperti Bali, Lombok, Sulawesi, Kalimantan. Bagaimana dengan di pulau Bangka dan Belitung? Pernah eksis, tetapi tidak berkelanjutan.


Artefak merupakan kajian utama dalam studi arkeologi, dari sebuah artefak, arkeolog berusaha mengungkap kejadian yang berlangsung pada masa lalu. Artikel ini berusaha melakukan proses tersebut dengan mengaitkannya terhadap informasi-informasi lain yang berhasil dihimpun sehingga deskripsi kejadian masa lalu dapat diperoleh. Dengan memfokuskan pada temuan Rel di Sungailiat, artikel ini berusaha menghubungkan berbagai peristiwa masa lalu, khususnya pada zaman kolonial Belanda. Dari hasil penelitian kemudian diharapkan dapat menjadi sumbangan inspirasi bagi pengetahuan dalam bidang sejarah dan teknologi masa lalu untuk menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan di masa depan. Abstrak: Rel Kereta dan Dinamika Tambang Timah masa Lalu di Pulau Bangka: Kajian Arkeologi Industri oleh Muhamad Nofri Fahrozi.

Lantas bagaimana sejarah kereta api di Bangka dan Belitung, navigasi pelayaran, jalan darat hingga kebutuhan kereta api? Seperti disebut di atas, di pulau Bangka pernah eksis sarana dan prasarana kereta api. Sejak era Hindia Belanda? Lalu bagaimana sejarah kereta api di Bangka dan Belitung, navigasi pelayaran, jalan darat hingga kebutuhan kereta api? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (16): Pendidikan di Bangka dan Belitung; Begitu Dekat dengan Batavia, Siapa Sarjana Pertama di Bangka?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini   

Kini, di Bangka Belitung telah berdiri universitas dengan status negeri (sejak 2010). Suatu pencapai bagi pemerintah dan masyarakat di provinsi Bangka Belitung, setelah begitu lama menunggu pendidikan tinggi didambakan. Dalam hal universitas adalah lembaga Pendidikan tertinggi, yang tentu menjadi menarik diperhatikan bagaimana semua itu bermula di masa lampua di pulau Bangka dan pulau Belitung, Ketika penduduk membeutuhkan Pendidikan.  


Kehadiran Universitas Bangka Belitung (UBB) adalah cita-cita yang telah lama mengakar dalam diri masyarakat Serumpun Sebalai. Universitas Bangka Belitung resmi berdiri pada tanggal 12 April 2006. Pendirian UBB merupakan hasil penyatuan dari Politeknik Manufaktur Timah (Polman Timah), Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER Bangka), dan Sekolah Tinggi Teknik Pahlawan 12 (STTP 12). Pada awal berdirinya, status UBB secara de yure adalah pemilikan masyarakat, sedangkan secara de fakto bisa dikatakan pemilikan Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya sebagai penyangga utama. Selain itu dukungan dari Perusahaan PT. Timah Tbk juga cukup besar yang juga memiliki ikatan emosional langsung dengan salah satu cikal bakal UBB Polman Timah, yang pada tahun 2009 kemudian berpisah dengan UBB dan bersamaan waktunya dengan UBB menjadi Politeknik Negeri dengan nama baru Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung. Status sebagai Universitas Negeri yang menjadi tujuan utama kembali menggelegar, penyerahan asset menjadi api yang kembali membakar semangat dan antusiasme UBB untuk segera dinegerikan. Menjadi Universitas Negeri adalah dambaan masyarakat Bangka Belitung. Seluruh tahapan sudah dilalui dengan sempurna, hanya tinggal menunggu sebuah tanda tangan yang mensyahkan status negeri UBB, tanda tangan Presiden Republik Indonesia. Penantian panjang itu akhirnya berbuah manis. Status negeri yang lama diperjuangkan sejak lama tersebut resmi disandang Universitas Bangka Belitung (UBB) ketika Peraturan Presiden no.65 tahun 2010 dikeluarkan pada tanggal 19 November 2010 lalu di Jakarta. (http://bakk.ubb.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Bangka dan Belitung, begitu dekat dengan Batavia, siapa sarjana pertama? Seperti disebut di atas, kini Bangka Belitung telah memiliki universitas negeri yang memungkin warga Bangka Belitung akan lebih mudah mendapatkan Pendidikan tinggi. Tidak harus lagi ke Jakarta/Batavia. Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Bangka dan Belitung, begitu dekat dengan Batavia, siapa sarjana pertama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 28 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (15): Jalan Raya di Bangka dan Belitung; Dulu Coast to Coast, Kini Jalan Raya Antar Kota di Dalam Pulau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pada masa ini di pulau Bangka dan pulau Belitung, antara satu kota dengan kota lain terhubung dengan jalan raya. Jaringan jalan yang melintasi di seluruh pulau kini menjadi domain dalam pencarian lokasi geografis (shareloc) dan jalan raya menjadi pananda navigasi visual (googleearth). Semua itu di masa lampau bermula dari pelayaran laut (coast to coas) hingga munculnnya rintisan jalan darat, yang terus berkembang hingga zaman Now.


Seperti halnya sejarah Kesehatan penduduk, sejarh jalan raya di pulau Bangka (dan pulau Belitung) tidak hanya tidak terinformasikan tetapi juga tidak terperhatikan. Sejarah perjalanan di pulau Bangka, hanya dikaitkan dengan sejarah kota-kota pelabuhan yang tidak terhubung satu sama lain, karena yang diperhatikan adalah lalu lintas pelayaran di pulau Bangka dan Belitung melalui laut (yang berbeda dengan di pantai timur Sumatra seperti di wilayah provinsi Sumatra Selatan dan provinsi Jambi yang sekarang yang dihubungkan dengan lalu lintas sungai. Oleh karena itulah, sejarah jaringan jalan di pulau Bangka dan pulau Belitung terlupakan dan terabaikan. Fakta bahwa masa kini, kita di Bangka dan Belitung sehari-hari menjalani kehidupan melalui jalan-jalan raya.

Lantas bagaimana sejarah jalan raya di pulau Bangka dan pulau Belitung? Seperti disebut di atas, hal itu kurang terperhatikan, faktanya kini kita hidup menggunakan jalan raya. Dulu Coast to Coast melalui laut, kini jalan antar kota di dalam pulau. Lalu bagaimana sejarah jalan raya di pulau Bangka dan pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (14): Kesehatan dan Dokter di Bangka dan Belitung; Tempo Doeloe Bagaimana? Kini RSUD Ir Soekarno


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah kesehatan di pulau Bangka dan pulau Belitung (kini provinsi Bangka Beliting) adalah satu hal, sejarah Ir Soekarno adalah hal lain lagi, Namun kini nama Ir. Soekarno ditabalkan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di provinsi Bangka Belitung. Apakah Ir Soekarno adalah dokter? Tentu tidak. Yang jelas Ir. Soekarno disebutkan pernah diasingkan di Pulau Bangka. Okelah. Sebab di Medan juga ada nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik.


Sejarah kesehatan nyaris tidak terperhatikan, apalagi sejarah kesehatan di daerah. Apakah karena dianggap penting, itu tidak menjadi soal, tetapi (bidang) kesehatan dan kehadiran dokter adalah bagian dari sejarah. Dalam pembentukan cabang pemerintah, setelah bidang ekonomi (perdagangan dan infrastruktur jalan serta pertanian), pengembangan Kesehatan masyrakat dan peningkatan pendidikan penduduk adalah bertujuan agar terbentuk produktivitas penduduk/masyarakat yang lebih baik. Hal itulah mengapa pembangunan kesehatan penduduk/masyrakat pada era Pemerintah Hindia Belanda menjadi bagian dari kebijakan umum pemerintah daerah. Pengembangan fasilitas kesehatan untuk peningkatan status kesehatan msyarakat melalui pembangunan fasilitas Kesehatan, seperti RSUD Ir Soekarno adalah kelanjutan program pengembangan kesehatan penduduk sejak masa lampau (era Pemerintah Hindia Belanda). 

Lantas bagaimana sejarah kesehatan dan pengadaan dokter di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, pengembangan Kesehatan penduduk adalah bagian sejarah yang tidak bisa diabaikan. Sejarah tetaplaj sejarah. Puncak pengembangan Kesehatan di Bangka Belitung kini direpersentasikan dengan pembangunan rumah sakit yang diberi nama Ir Soekarno. Lalu bagaimana sejarah kesehatan dan pengadaan dokter di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 27 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (13): Karimata dan Selat antara Pulau Belitung dan Kalimantan; Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Dulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Nama Karimata yang berada diantara pantai barat pulau Kalimantan dan pulau Belitung hingga ini hari masih eksis, sebagai nama pulau dan juga nama selat. Nama pulau Karimata juga digunakan sebagai nama kawasan (kepulauaa) di sekitar pulau Karimata. Kepulauan ini berada di wilayah kabupaten Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat. Namun artikel ini tidak dalam konteks pantai barat Kalimantan, tetapi kepulauan Bangka dan Belitung.


Selat Karimata adalah selat luas yang menghubungkan Laut Natuna dengan Laut Jawa. Selat ini terletak di antara Pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia. Lebar selat ini sekitar 207 km apabila diukur dari Kalimantan hingga Pulau Belitung. Belitung dipisahkan dari Pulau Bangka oleh Selat Gaspar. Bangka terletak dekat pesisir timur Sumatra yang dipisahkan oleh Selat Bangka. Kepulauan Karimata terletak di Selat Karimata. Selat Karimata juga merupakan salah satu selat terbesar di Indonesia. Tempat ini juga menjadi lokasi jatuhnya pesawat Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 yang menewaskan 162 penumpang dan awak pesawat pada 28 Desember 2014 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah selat Karimata, antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas, selat Karimata adalah selat yang cukup lebar antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan yang Namanya mengambil nama pulau Karimata. Penamaan selat sejak era navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno. Lalu bagaimana sejarah selat Karimata, antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan?? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (12): Bajak Laut, Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda; Hak Ulayat Laut - Penghapusan Perbudakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Peperangan, diantara perdamaian, perbudakan dan bajak laut adalah praktek yang sudah ada sejak zaman kuno (bahkan hingga ini hari). Hanya bentuknya yang agak berbeda. Perdagangan adalah sumber kemakmuran untuk membangun dan mengembangkan kekuasaan yang lebih besar (imperium). Demikian juga yang terjadi di wilayah nusantara. Salah satu yang diperdagangkan dalam konteks ini adalah hasil penculikan penduduk dan tawanan perang. Dala hubungan inilah praktek bajak laut menjadi sumber perdebatan akademik.


Budak dan praktek perbudakan adalah sistem berlaku umum sejak zaman kuno, di seluruh muka bumi. Adanya orang Afrika di (benua) Amerika tidak sepenuhnya soal migrasi dan penempatan pekerja dalam dunia perdagangan, pertambangan dan perrtanian, tetapi juga di dalamnya ada bagian dari praktek perbudakan yang dihubungkan dengan perdagangan (dalam hal ini termasuk perdagangan manusia). Tidak ada hukum internasional yang melarang praktek itu. Intensitas itu dengan jelas terjadi pada era Portugis di nusantara. Pada era VOC, kapal-kapal Belanda dari Belanda ke Hindia Timur dan sebaliknya, dipersenjatai dan pelayaran dilakukan dengan rombongan (konvoi). Kejadian pertempuran dengan para bajak laut terjadi lautan Hindia, pantai-pantai Afrika bahkan hingga sekitar Giblartar. Pemerintah VOC juga memanfaatkan hasil perdagangan budak dengan membeli di pasar gelap bahkan tidak hanya para pimpinan kerajaan-kerajaan dan juga para bajak laut. Praktek ini tetap massif pada era Pemerintah Hindia Belanda. Konvensi soal perdagangan manusia kemudian diratifikasi Kerajaan Belanda yang dengan sendirinya Pemerintah Hindia Belanda mengikuti dan mulai melakukan Tindakan secara bertahap (pembebasan budak) dan juga tidakan pencegahan praktek perdagangan budak yang di belakangnya juga berdiri para bajak laut, bahkan ada yang bekerjasama dengan kerajaan-kerajaan.  

Lantas bagaimana sejarah bajak laut di Bangka Belitung Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda? Sepereti disebut di atas, praktek bajak laut sudah ada sejak lama, bahkan di wilayah perairan pantai timur Sumatra. Orang-orang Eropa tidak membedakan praktek bajak laut sebagai criminal dengan bajak laut yang diorganisasikan (termasuk oleh negeri atau kerajaan-kerajaan). Dalam hubungan ini, ada hak tradisional di satu sisi sebagai hak ulayat laut dan upaya penghapusan perbudakan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang notabene juga terkait dengan praktek bajak laut. Lalu bagaimana sejarah bajak laut di Bangka Belitung Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 26 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (11): Selat Bangka dan Selat Gaspar; Narasi Riwayat Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Zaman Kuno


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Dalam artikel sebelum ini, dibicarakan geomorfologi pulau Bangka dan pulau Belitung. Artikel ini membicarakan selata Bangka dan selata Gaspar yang memisahkan pulau Sumatra di satu sisi dan yang memisahkan diantara pulau Bangka dan pulau Belitung di sisi lain. Bagaimana sejarah selat Bangka dan selat Gaspar sejak awal navigasi pelayaran perdagangan? Siapa yang peduli.


Dalam laman Wikipedia deskripsi selat Bangka hanya secuil: ‘Selat Bangka adalah selat yang memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka, di perairan sebelah barat Laut Jawa. Selat Bangka juga memisahkan Provinsi Sumatra Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung’. Sementara selat Gaspar, sebagai berikut: ‘Selat Gaspar adalah sebuah selat yang memisahkan pulau Bangka dan Belitung. Selat Gaspar adalah bagian dari dangkalan Sunda yang kedalamannya kurang dari 200 meter. Selat Gaspar terkenal karena menjadi tempat banyak situs kapal karam. Selat Gaspar sejak zaman dahulu berperan penting sebagai jalur pelayaran antara kapal-kapal dari arah Selat Malaka dan Tiongkok ke Jawa. Wilayah ini masuk ke dalam wilayah laut provinsi Bangka Belitung yang terdapat Pulau Gaspar, atau Pulau Glassa, kurang lebih 24 mil dari utara Pulau Tengah dan 18 mil dari Tanjong Brekat’. Apa hanya itu saja? Mari kita cari tahu!

Lantas bagaimana sejarah Selat Bangka dan Selat Gaspar? Seperti disebut di atas, sejarah selat Bangka dan selat Gaspar kurang terinformasikan. Bagaimana riwayat navigasi pelayaran perdagangan sejak zaman kuno di selat Bangka dan selat Gaspar nyaris tidak terperhatikan. Lalu bagaimana sejarah Selat Bangka dan Selat Gaspar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (10):Pulau Bangka dan Pulau Belitung dalam Era Zaman Kuno; Studi Geomorfologi vs Teori Paparan Sunda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Bangka dan pulau Belitung, itulah yang dikenal pada masa ini. Namun, hanya satu dua peneliti yang berbicara tentang zaman kuno pulau Bangka dan pulau Belitung. Dalam artikel ini dibicarakan bagaimana bentuk pulau Bangka dan pulau Belitung di masa lampau. Dalam hal ini ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi di (kepulauan) Bangka dan Beliting. Namun narasi sejarah kepulauan Bangka dan Belitung dihubungkan dengan keberadaan Paparan Sunda? Bagaimana secara geomorfologi?


Berdasarkan pemahaman selama ini sebagai berikut: ‘Secara geologi, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Area ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta Km2. Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter, hal ini mengakibatkan kuatnya erosi dasar laut akibat gelombang laut. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Secara biogeografi, kawasan ini dikenal sebagai Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Besar termasuk Kalimantan, Sumatra, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan. Bukti bahwa pulau-pulau Sunda Besar pernah bersatu dengan benua Asia adalah sebaran jenis mamalia Asia seperti beberapa jenis kera, gajah, macan dan harimau yang ditemukan di benua Asia, Sumatra, Jawa, dan Bali; serta adanya Orangutan baik di Sumatra dan Kalimantan. Pada zaman es, permukaan laut turun, dan kawasan luas Paparan Sunda terbuka dan muncul di atas permukaan air dalam bentuk dataran rawa yang amat luas. Naiknya permukaan air laut pada saat gelombang es di kutub mencair sebanyak 14,6 sampai 14,3 kbp menaikan permukaan laut setinggi 16 meter dalam jangka waktu 300 tahun’ (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Bangka dan pulau Belitung dalam sejarah zaman kuno? Seperti disebut di atas, narasi sejarah cenderung mengaitkan dengan keberadaan Paparan Sunda. Mengapa demikian? Satu yang penting dalam hal ini sangat jarang para peneliti yang memperhatikannya secara geomorfologis. Lalu bagaimana sejarah pulau Bangka dan pulau Belitung dalam sejarah zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 25 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (9): Pemerintahan di Bangka dan Belitung; Era Pemerintah Hindia Belanda hingga Republik Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pemerintahan di (Provinsi) Bangka dan Belitung yang sekarang pada dasarnya adalah kelanjutan (system) pemerintahan yang telah dibentuk di masa lampau, bahkan sejak awal era Pemerintah Hindia Belanda. Pada masa kini sismtem pemerintahan (di) daerah kurang lebih sama (kecuali satu dua provinsi), tetapi di masa lampau, permulaannya yang berbeda, struktur pemerintahannya juga berbeda-beda. Bagaimana struktur pemerintahan di Bangka Belanda sejak dari dulu?


Sejarah Bumi Serumpun Sebalai. Pelan tapi pasti, Bangka Belitung terus bersolek. Kecantikannya tak hanya dirasakan penduduk lokal. Secara nasional, termasuk dunia, juga turut merasakan pesonanya. Ini jelas kebanggaan, juga prestasi, mengingat Bangka Belitung merupakan provinsi baru, terbentuk pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar, yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Ada juga pulau-pulau kecil lainnya. Di zaman kerajaan, wilayah ini masuk dalam kekuasaan Sriwijaya, Majahapit, juga Mataram. Setelahnya, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris. Pada 10 Desember 1816, dilaksanakan serah terima kepada pemerintah Belanda, berlangsung di Muntok. Pada masa penjajahan Belanda, terjadi perlawanan, dilakukan oleh Depati Barin. Perlawanan kemudian dilanjutkan putranya, Depati Amir, hingga berakhir dengan pengasingan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Selama masa penjajahan, banyak kekayaan di pulau ini dirampas. Kendati demikian, Bangka Belitung mampu bertahan, termasuk melakukan sejumlah perlawanan. Baru pada tahun 2000, Bumi Serumpun Sebalai resmi menjadi wilayah otonom. Ketika itu, Pemerintah Republik Indonesia mengakui keberadaan Bangka Belitung sebagai provinsi, tak lagi menginduk bersama Sumatera Selatan. Penetapan ini dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000. (Sumber: Buku Profil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2019 / https://www.babelprov.go.id/).

Lantas bagaimana sejarah pemerintahan di Bangka dan Belitung, era Pemerintah Hindia Belanda hingga era Republik Indonesia? Seperti disebut di atas, sejarah pemerintahan antara satu wilayah dan wilayah lainnya berbeda-beda. Lalu bagaimana sejarah pemerintahan di Bangka dan Belitung, era Pemerintah Hindia Belanda hingga era Republik Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (8): Benteng di Pulau Bangka, Benteng Minto Asal Nama Kota Muntok; Benteng Palembang - Jambi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Benteng tidak hanya di Palembang dan Jambi, juga ada benteng dibangun di (pulau) Bangka. Benteng di Palembang dan di Jambi dibangun pada era VOC/Belanda. Benteng di (pulau) Bangka baru dimulai pada tahun 1812 (pada saat pendudukan Inggris) yang diberi nama Fort Minto (yang kemudian menjadi asal nama Kota Muntok). Pada era Pemerintah Hindia Belanda benteng baru dibangun di pulau Bangka di Toboali tahun 1825 yang terletak di sebuah bukit dipinggir pantai sebelah utara (kelurahan) Tanjung Ketapang. Toboali.


Dalam narasi sejarah Bangka Belitung pada masa ini, di Bangka Belitung khususnya di (pulau) Bangka benteng tidak hanya di Muntok dan Toboali, tetapi ada juga ditempat lainnya. Satu benteng disebut benteng Kota Kapur, suatu benteng yang dianggap berasal dari zaman lampau. Benteng lainnya ditemukan di kcamatan Tempilang, kabupaten Bangka Barat. Disebutkan benteng Tempilang dibangun pada era Portugis (abad ke-16). Benteng dalam hal ini berfungsi sebagai pertahanan dan tempat hunian agar mampu menahan ancaman dari serangan musuh seperti bajak laut dan musuh lainnya. Benteng juga tidak hanya sekadar situs tua masa kini, tetapi sejarah benteng adalah navigasi penting dalam penulisan narasi sejarah, dalam hal ini sejarah Bangka.

Lantas bagaimana sejarah benteng di pulau Bangka, benteng Minto asal nama Kota Muntok? Seperti disebut di atas, benteng tidak hanya ditemukan di tempat-tempat utama seperti di Palembang dan Jambi tetapi juga di wilayah (pulau) Bangka. Lalu bagaimana sejarah benteng di pulau Bangka, benteng Minto asal nama Kota Muntok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 24 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (7): Kota Pangkal Pinang Pulau Bangka, Geomorfologis Kota; Kota Tanjung Pinang Ada di Pulau Bintan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Nama pinang banyak dijadikan nama kota. Ada Kota Pinang di Sumatra Timur, Pangkal Pinang di Sumatra Selatan (Palembang) dan Tanjung Pinang di kepulauan Riau. Lalu apakah nama Pinang merujuk pada nama pohon/buah pinang? Itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah kota Pangkal Pinang di pulau Bangka? Kota Pangkal Pinang terbentuk di pangkal (hulu) daerah aliran sungai Pangkal Pinang (gabungan sungai Padindang dan sungai Rangkawe). Kota/kampong yang sudah terbentuk di sekitar adalah tiga perkampungan awal: Gabek, Semabong dan Air Itam. Kota Pangkal Pinang, di pangkal sungai Pinang.


Kota Pangkalpinang adalah ibu kota Provinsi Bangka Belitung. Kota ini terletak di bagian timur Pulau Bangka. Secara administratif, kota Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibukota provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 9 februari 2001. Secara etimologi, kata "Pangkalpinang" berasal dari dua kata yaitu Pangkal dan Pinang. Kata Pengkal dalam bahasa Melayu Bangka sebagai pusat atau awal mulanya. Sebagai pusat pengumpulan timah, kemudian berkembang. Sedangkan kata Pinang, berasal dari pohon Pinang. Dalam rangka untuk mengontrol kaya tambang timah deposit di Timur Bangka, kolonial Belanda memindahkan ibu kota Belitung Bangka dari Muntok ke Pangkalpinang pada tahun 1913. Kota Pangkalpinang berkembang dari status sebagai kota kecil pada tahun 1956 (UU Darurat No. 6 Tahun 1956) kemudian menjadi kotapraja, kotamadya, hingga menjadi kotamadya daerah tingkat II Pangkalpinang. Lahirnya Pangkalpinang dengan status Kota Kecil meliputi dua gemeente yaitu gemeente Pangkalpinang dan gemeentee Gabek. Sebagai pejabat Wali Kota yang pertama adalah R. Supardi Suwardjo (alm), Patih di Kantor Residen Bangka Belitung. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1959 status kota kecil ditingkatkan menjadi Kotapraja pada tanggal 24 Juli 1958. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 1965 status Kotapraja diubah menjadi Kotamdya. Dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, status Kotamadya menjadi Kotamadya daerah Tingkat II Pangkalpinang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Pangkal Pinang di pulau Bangka dan gemorfologis wilayah? Seperti disebut di atas, nama Pangkal Pinang adalah nama baru yang kemudian nama kota yang menggantikan Kota Muntok. Apakah dalam hal ini ada kaitannya dengan Kota Tanjung Pinang di Pulau Bintan? Lalu bagaimana sejarah Kota Pangkal Pinang di pulau Bangka dan gemorfologis wilayah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (6): Kota Muntok Pelabuhan Tua Pantai Barat Pulau Bangka; Navigasi Pelayaran Perdagangan Era VOC


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Muntok adalah salah satu kota tua di pulau Bangka (bahkan jauh sebelum Pangkal Pinang menjadi kota). Pada masa lampau, sebelum nama Muntok, dikenal sebagai nama Monopin, suatu nama tempat di pulau kecil di utara pulau Bangka. Dalam perkembangannya pulau Monopin ini menyatu dengan daratan pulau Bangka dimana terbentuk kampong/kota Muntok. Sebagai kota tua, sejak era VOC/Belanda kota Muntok terus berkembang, terutama pada era Hindia Belanda. Sungai Pangkal Pinang ini di hilir bermuara ke sungai Batoeroesa.


Muntok adalah ibukota Kabupaten Bangka Barat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota Muntok salah satu kecamatan di kabupaten Bangka Barat. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Kota Muntok pernah menjadi ibukota Karesidenan Bangka, sekaligus sebagai pusat administrasi penambangan Timah (Hoofdbureau Bankatinwinning) (1816-1907). Kota Mentok berdiri sejak 7 September 1734 Masehi atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin Jayawikrama (1721-1756) kepada Wan Akup yang kemudian membangun 7 bubung rumah di daratan sebuah tanjung di kaki bukit Menumbing. Pada masa itulah, Kota Muntok ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan sekaligus pusat urusan penambangan timah di Pulau Bangka, yang berlanjut ketika Pemerintah Hindia Belanda menguasai wilayah ini, dan juga menjadikan Kota Muntok sebagai pusat pemerintahan di Bangka sekaligus pusat administrasi penambangan timah. Kota ini kemudian semakin tumbuh berkembang menjadi kota bandar utama pusat perdagangan timah dan lada putih (Muntok White Pepper), dimana timah dan lada putih diangkut lalu dikirim ke negara-negara Eropa melalui Pelabuhan Muntok. Pelabuhan ini pun semakin ramai dengan arus pendatang yang hilir mudik datang dan pergi, apalagi mengingat hasil penambangan yang sangat menjanjikan, semakin banyak didatangkan orang-orang dari Cina, Siam, Kamboja, dan Siantan yang berada di Johor yang ahli dalam urusan timah. Muntok adalah kota tua yang didirikan oleh Abang Pahang, mertua Sultan Palembang Darusssalam Mahmud Badaruddin I (1720-1755) pada tahun 1722 dan menjadi ibukota Karesidenan Bangka, sebelum dipindahkan oleh Residen J. Englenberg ke Pangkal Pinang pada tahun 1907. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Muntok pelabuhan utama di pantai barat pulau Bangka? Seperti disebut di atas, nama Muntok adalah kota tua yang eksis hingga sekarang. Kota Muntok diduga bekermbang sejak era navigasi pelayaran perdagangan zaman VOC/Belanda. Lalu bagaimana sejarah Kota Muntok pelabuhan utama di pantai barat pulau Bangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 23 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (5): Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka; Prasasti-Prasasti Berasal Abad ke-7 di Pantai Timur Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Banyak sumber sejarah berasal dari zaman kuno di pulau Bangka, seperti geomorfologi pulau Bangka dan keberadaan timah di pulau. Sumber sejarah lainnya secara tertulis antara lain prasasti Kota Kapur yang ditemukan di suatu pulau kecil di pulau Bangka yang sekarang (daerah aliran sungai Mendoe). Pulau kecil dimana berada prasasti di zaman kuni, kini telajh menyatu dengan daratan pulau Bangka.


Prasasti Kota Kapur adalah prasasti berupa tiang batu bersurat yang ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, di desa Kota Kapur, Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh JK van der Meulen pada bulan Desember 1892, dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Kedatuan Sriwijaya. Orang pertama yang menganalisis prasasti ini adalah H Kern, seorang ahli epigrafi bangsa Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Pada mulanya ia menganggap "Śrīwijaya" adalah nama seorang raja. George Coédes-lah yang kemudian mengungkapkan bahwa Śrīwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera pada abad ke-7 M, suatu kerajaan yang kuat dan pernah menguasai bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaya, dan Thailand bagian selatan. Hingga tahun 2012, prasasti Kota Kapur berada di Rijksmuseum (Museum Kerajaan) Amsterdam, negeri Belanda dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah prasasti Kota Kapur di pulau Bangka? Seperti disebut di atas, prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari sejumlah praasasti sejaman berasal abad ke-7 di pulau Sumatra. Lalu bagaimana sejarah prasasti Kota Kapur di pulau Bangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (4): Timah dan Pertambangan Timah di Bangka - Belitung; Geomorfologi Wilayah Kepulauan Bangka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini

Timah dan pertambangan timah di Indonesia diasosiasikan dengan pulau Bangka. Sejarah awal pertambangan timah di Indonesia (baca: Hindia Belanda) juga bermula di pulau Bangka, tepatnya di wilayah Jeboes. Namun mengapa di pulau Bangka tidak ditemukan di pulau Bangka, sementara batubara ditemukan di pantai timur Sumatra khususnya di daerah aliran sungai Musi dan sungai Batanghari? Secara geomorfologis, pulau Bangka dan daratan Sumatra kini terbilang dekat hanya dipisahkan oleh selat Bangka. Bagaimana situasi dan kondisinya pada masa lampau?


Indonesia adalah negara penghasil timah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Sebanyak 20% - 30% pasokan timah dunia berasal dari Indonesia dan hampir 95% timah yang ditambang dan diproses di Indonesia berasal dari Provinsi  Bangka-Belitung (Babel). Penambangan timah di Babel memiliki linimasa sejarah yang tidak singkat. Sejarah mencatat bahwa timah bangka setidaknya sudah menjadi komoditas ekspor sejak masa pendudukan Inggris di wilayah Kesultanan Palembang Darussalam—yang pada masa itu menguasai Kepulauan Babel—pada awal abad ke-19. Pada masa itu, timah Babel ditambang dengan teknik tradisional oleh masyarakat setempat menggunakan peralatan seadanya, seperti dulang, pacul, sekop dan cangkul. Meski demikian, ada banyak bukti sejarah lain yang mengungkapkan bahwa timah Babel sudah digali dan dimanfaatkan sejak jauh sebelum itu. Jika benar demikian, lantas siapakah orang-orang yang pertama kali menambang timah di Babel, dan bagaimana dinamika tambang timah di Babel selama ini? (duniatambang.co.id)..

Lantas bagaimana sejarah timah dan pertambangan di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, Bangka adalah salah satu pulau penghasil timah Indonesia yang mendunia. Timah juga ditemukan di kepulauan Riau hingga ke Semenanjung Malaya. Namun tambang timah kurang dikenal di Jawa dan Sumatra. Mengapa? Hanya ditemukan banyak batubara. Mengapa? Keberadaan timah di Bangka dan batubara di pantai timur Sumatra dapat dipelajari secara geomorfologi. Lalu bagaimana sejarah timah dan pertambangan di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 22 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (3): Nama Bangka dan Nama Belitung; Nama Kuno Toponimi Bangka Nama Pulau dan Pulau Belitung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti sebuah nama? Kita tidak sedang membicarakan karya William Shakespeare, nama provinsi: Bangka Belitiung. Nama pulau Bangka menjadi penting karena diduga nama kuno yang menjadi penanda navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno. Demikian juga dengan nama Belitung. Dalam hal ini nama Bangka dan nama Belitung dapat dijadikan sebagai sumber sejarah. Nama Bangka dan nama Belitung adalah warisan sejarah yang tetap eksis.


Dalam berbagai publikasi dipertengahan abad 20, pulau ini ditulis dengan ejaan "Banka". Kemudian, seorang ahli tambang senior Cornelis de Groot mengusulkan untuk menulis nama dengan ejaan "Bangka". Berikut adalah penamaan pulau Bangka. Asal-muasal nama Bangka oleh I-Tsing disebut Mo-Ho-Hsin, lokasinya di Kota Kapur, tetangga Sriwijaya. Kota Kapur berada di pantai Selat Bangka, berhadapan dengan delta sungai Musi. Moho berasal dari kata Sansekrta yaitu moha yang berarti "bingung" atau "lingung". Berdasarkan pengertian itu Nia Kurnia (1983) menghubungkan kata bangka dengan istilah tua bangka yang berarti orang yang sudah tua dan linglung. Pulau Bangka berasal dari kata wangka (vanca) yang berarti "timah" dalam bahasa Sanksekerta, karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah. Nama "Wangka" muncul pertama kali bersama dengan nama "Swarnabhumi" dalam buku sastra India Milindrapantha yang ditulis abad ke 1 SM, Swarnabhumi diidentifikasikan sebagai pulau Sumatra, maka kuat dugaan bahwa yang disebut "Wangka" adalah pulau Bangka. Loius-Charles Damais, dalam bukunya Epigrafi dan Sejarah Nusantara, mempertegas bahwa Bangka berasal dari kata wangka (vanca). Pulau Bangka dalam sejarah Dinasti Ming (1368-1643) disebut Ma-Yi-dong atau Ma-yi-Tung. Ma-yi-dong konon terletak disebelah barat Pulau Gao-lan atau pulau Belitung. Istilah ma-yin-dong merupakan julukan para pedagang Arab untuk pulau Bangka. Kata itu berasal dari kata mayit, bahasa halus dari kata bangkai. Menurut pendapat umum, "bangkai" yang dimaksud adalah bangkai kapal yang banyak kendas atau pecah karena karang yang memenuhi bagian timur pulau ini. Pendapat lain mengatakan nama pulau Bangka berasal dari kata waka atau wangkang yang berarti jung kapal Tiongkok, yang banyak pecah dan tengelam disekitar pulau bangka. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah nama Bangka dan nama Belitung? Seperti disebut di atas, kedua Namanya ini menjadi nama provinsi masa kini: Bangka dan Belitung atau disingkat Bangka Belitung. Lalu bagaimana sejarah nama Bangka dan nama Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.