Kamis, 22 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (3): Nama Bangka dan Nama Belitung; Nama Kuno Toponimi Bangka Nama Pulau dan Pulau Belitung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti sebuah nama? Kita tidak sedang membicarakan karya William Shakespeare, nama provinsi: Bangka Belitiung. Nama pulau Bangka menjadi penting karena diduga nama kuno yang menjadi penanda navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno. Demikian juga dengan nama Belitung. Dalam hal ini nama Bangka dan nama Belitung dapat dijadikan sebagai sumber sejarah. Nama Bangka dan nama Belitung adalah warisan sejarah yang tetap eksis.


Dalam berbagai publikasi dipertengahan abad 20, pulau ini ditulis dengan ejaan "Banka". Kemudian, seorang ahli tambang senior Cornelis de Groot mengusulkan untuk menulis nama dengan ejaan "Bangka". Berikut adalah penamaan pulau Bangka. Asal-muasal nama Bangka oleh I-Tsing disebut Mo-Ho-Hsin, lokasinya di Kota Kapur, tetangga Sriwijaya. Kota Kapur berada di pantai Selat Bangka, berhadapan dengan delta sungai Musi. Moho berasal dari kata Sansekrta yaitu moha yang berarti "bingung" atau "lingung". Berdasarkan pengertian itu Nia Kurnia (1983) menghubungkan kata bangka dengan istilah tua bangka yang berarti orang yang sudah tua dan linglung. Pulau Bangka berasal dari kata wangka (vanca) yang berarti "timah" dalam bahasa Sanksekerta, karena wilayah ini memang kaya barang tambang timah. Nama "Wangka" muncul pertama kali bersama dengan nama "Swarnabhumi" dalam buku sastra India Milindrapantha yang ditulis abad ke 1 SM, Swarnabhumi diidentifikasikan sebagai pulau Sumatra, maka kuat dugaan bahwa yang disebut "Wangka" adalah pulau Bangka. Loius-Charles Damais, dalam bukunya Epigrafi dan Sejarah Nusantara, mempertegas bahwa Bangka berasal dari kata wangka (vanca). Pulau Bangka dalam sejarah Dinasti Ming (1368-1643) disebut Ma-Yi-dong atau Ma-yi-Tung. Ma-yi-dong konon terletak disebelah barat Pulau Gao-lan atau pulau Belitung. Istilah ma-yin-dong merupakan julukan para pedagang Arab untuk pulau Bangka. Kata itu berasal dari kata mayit, bahasa halus dari kata bangkai. Menurut pendapat umum, "bangkai" yang dimaksud adalah bangkai kapal yang banyak kendas atau pecah karena karang yang memenuhi bagian timur pulau ini. Pendapat lain mengatakan nama pulau Bangka berasal dari kata waka atau wangkang yang berarti jung kapal Tiongkok, yang banyak pecah dan tengelam disekitar pulau bangka. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah nama Bangka dan nama Belitung? Seperti disebut di atas, kedua Namanya ini menjadi nama provinsi masa kini: Bangka dan Belitung atau disingkat Bangka Belitung. Lalu bagaimana sejarah nama Bangka dan nama Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Bangka, Nama Belitung; Nama-Nama Kuno, Toponimi Nama Bangka, Nama Pulau dan Pulau Belitung

Bangka adalah nama pulau, pulau yang lebih besar dari pulau Belitung. Dua pulau ini secara geomorfologis, berada diantara daratan pulau Sumatra di barat dan pulau Borneo di timur. Nama Bangka menjadi nama pulau. Demikian juga nama Belitung menjadi nama pulau. Nama Bangka berawal dari nama sungai dan nama gunung di pantai barat pulau Bangka.


Secara toponimi, nama pulau Bangka, memiliki kemiripan dengan nama tempat di hulu sungai Batanghari / Tembesi / Merangin yakni Bangko. Sungai Merangin ini berhulu di danau Kerintji di pegunungan Bukit Barisan. Nama Bangka juga di wilayah Tapanuli yang berawal di daerah aliran sungai Rokan, yang kemudian terbentuk nama (kota) Bengkalis di pesisir. Ada duan ama tempat yang berakar dari nama Bangka yakni Bangkalan (pulau Madura) dan Bengkulu di pantai barat Sumatra. Nama Bangka juga ditemukan sebagai nama-nama tempat di India.

Pada era Portugis, di dalam peta nama Bangka diidentifikasi sebagai nama (pulau) Banca. Nama Belitung belum diidentifikasi. Mengapa? Yang jelas ada dua nama yang diidentifikasi yakni pulau Lucepar dan pulau Monopin. Empat pulau yang diidentifikasi ini belum seluas yang sekarang. Mengapa? Pulau Monopin kini telah menyatu dengan pulau Bangka dimana kota Muntok terbentuk (sementara pulau Lucepar, kini tetap terpisah dari pulau Bangka sebagai pulau Lupar).


Secara geomorfologis, pantai timur Sumatra telah mengalami perubahan dari zaman ke zaman sejak masa lampau, demikian juga pulau-pulau di pantai timur Sumatra. Garis pantai pulau Sumatra telah bergeser ke arah timur secara signifikan, sementara pulau-pulau kecil di perairan telah semakin luas, termasuk pulau Bangka. Oleh karenanya, secara geomorfologi pulau Sumatra dan pulau Bangka saling mendekati yang kini hanya dibatas selat sempit Selat Bangka. Dalam konteks inilah nama Bangka di pulau dan nama Bangka (kini Bangko dipedalaman di hilir sungai Merangin). Dalam konteks ini pula duan ama Bangka/Bangko ini dapat dihubungkan dengan dua prasasti kuno yang berasal dari abad ke-7, dengan nisi yang kurang lebih sama: prasasti Kota Kapur dan prasasti Karang Brahi (plus nama Bangka di daerah aliran sungai Rokan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama-Nama Kuno, Toponimi Bangka, Nama Pulau dan Pulau Belitung: Bangko, Bengkalis, Bengkoeloe, Bangkalan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar