Minggu, 27 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (442): Pahlawan Indonesia – Ir Darmawan Mangunkusumo, Insinyur Lulus Delft; Menteri Kemakmuran

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Darmawan Mangoenkoesoemo? Yang jelas sudah ada entri nama Darmawan Mangoenkoesoemo dalam laman (bahasa Inggris) Wikipedia. Nama Darmawan Mangoenkoesoemo juga ditemukan pada entri nama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Iravati Mangunkusumo Sudiarso. Nama Darmawan Mangoenkoesoemo juga dapat dihubungkan dengan tokoh Indische Vereeniging di Belanda, Goenawan Mangoenkoesoemo. Dalam hal ini Goenawan Mangoenkoesoemo bersama Sorip Tagor Harahap dan Dahlan Abdoellah berbicara di dalam Kongres Mahasiswa Hindia di Belanda tahun 1917 (yang diketuai oleh HJ van Mook).

Iravati Mangunkusumo Sudiarso (lahir 28 September 1937) adalah seorang pianis dan guru musik yang telah berkiprah dalam dunia seni lebih dari lima puluh tahun. Hingga kini, Iravati masih aktif sebagai Direktur Utama Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik. Iravati mendirikan "Sudiarso Duo" pada tahun 1993. Tahun 2008, Sudiarso Duo menjadi duta dalam misi kebudayaan Indonesia di Eropa Timur. Iravati lahir di Surabaya, 28 September 1937. Ayahnya, Ir. Darmawan Mangoenkoesoemo, adalah mantan Menteri Kemakmuran Republik Indonesia pada Kabinet Sjahrir (1945-1946) dan merupakan adik dari Dr Tjipto Mangoenkoesoemo, Iravati terlahir sebagai anak perempuan kedua dalam keluarganya. Iravati mulai belajar musik pada usia 5 tahun di bawah bimbingan ibunya sendiri, Hestia Mangunkusumo, yang kemudian dilanjutkan ke Madlener dan Henk de Strake. Pada tahun 1955, Iravati melanjutkan studi musiknya ke Koninklijk Conservatorium di Den Haag, Belanda. Ia berguru pada pianis-komponis Leon Orthel. Tahun 1958, Iravati lulus dengan penghargaan khusus untuk interpretasi. Prestasinya yang cemerlang dalam musik membuatnya terpilih mendapatkan beasiswa Fullbright dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Peabody Conservatory of Music, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat tahun 1962. Tahun 1964, Iravati berhasil menyelesaikan studi Master of Music di Peabody Conservatory of Music, Baltimore. Setelah memperoleh gelar tersebut, Iravati kembali ke tanah air. Pada tahun 1968, Iravati terpilih menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta dan diangkat sebagai Ketua pada tahun 1973-1981 dan 1986-1989. Ia juga pernah menjadi dosen pada Akademi Musik LPKJ (1973-1976) dan Akademi Sinematografi LPKJ (1977-1979) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Darmawan Mangoenkoesoemo? Seperti disebut di atas, Darmawan Mangoenkoesoemo yang pernah menjadi Menteri Kemakmuran awal era Republik Indonesia adalah insinyur lulusan Delft, adik dari Dr Tjipto Mangoenkoeoemo dan ayah dari Iravati Mangunkusumo. Lalu bagaimana sejarah Iravati Mangunkusumo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Padang Sidempuan (24): Pargarutan Kota Kuno di Angkola, Pagar Utan? Kraton Pagar Mataram-Rumah Gadang Pagar Ujung

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Dalam sejarah kuno Nusantara, ada satu terminologi umum yang ditemukan di berbagai tempay terutama di (pulau) Jawa dan (pulau) Sumatra yakni terminologi pagar. Pada peta Belanda/VOC lingkungan kraton Jogjakarta dicatat sebagai Pagar Mataram atau Pager Mataram. Pagar ini merupakan lingkatan/persegi batas yang membedakan lingkungan kraton dengan bagian luar. Kata pagar juga ditemukan di daerah hulu sungai Batanghari yakni Pagar Oedjong atau Pagaar Oedjoeng (kini Pagaruyung). Di daerah hulu sungai Musi juga ditemukan kata pagar sebagai nama tempat Pagar Alam. Dalam hal ini wilayah daerah hulu aliran sungai Baroemoen ditemuukan kata pagar untuk menunjukkan nama tempat, salah satu diantaranya Pagar Oetan (kini Pargarutan).

Kata ‘pagar’ berasal dari bahasa Sanskerta yang kemudian bahasa Sanskerta di Nusantara berevolusi menjadi bahasa Melayu. Kata pagar masih ditemukan pada masa ini di dalam kam bahasa Indonesia yang diartikan sebagai yang digunakan untuk membatasi (mengelilingi, menyekat) pekarangan, tanah, rumah, kebun, dan sebagainya. Kata pagar juga diterapkan dalam berbagai aspek: pagar adat (ketentuan/peraturan adat; hukum adat; adat istiadat); pagar ayu (barisan penerima tamu yang terdiri atas wanita-wanita cantik); pagar betis (penjagaan yang ketat); pagar bulan (lingkungan awan yang tampak mengelilingi bulan); pagar desa (pembantu penjaga keamanan desa di Jawa Barat); pagar hidup (pagar dari pohon-pohonan yang rendah); pagar lambung (kubu); pagar langkan (tembok penutup lorong yang dibangun di sekeliling candi); pagar negeri (pelindung negeri). Dalam hal ini pengertian lahiriah dari kata pagar pada masa lampau dan pada masa kini masih bersesuaian.

Lantas bagaimana sejarah Pargarutan? Seperti disebut di atas, kota Pargarutan adalah kota masa lampau yang masih eksis hingga ini hari di dekat Kota Padang Sidempoean. Kota Pargarutan ini di masa lampau dinavigasi dari arah muara sungai Baroemoen di pantai timur Sumatra hingga ke wilayah hulu yang berbatasan dengan rimba raya di lereng gunung Loeboe Raja. Lalu apakah kota Pargaroetan awalnya adalah suatu kraton (bagas gidang) zaman kuno seperti halnya kraton Mataram dan rumah gadang Pagaruyung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.