Senin, 11 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (706): Orang India di Malaysia - Orang India di Medan; Apa yang Berbeda dan Apa yang Sama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Indonesia banyak keturunan India tetapi di Medan ada komunitas (kampong) India sendiri. Di Malaysia banyak ditemukan komunitas India di berbagai kota. Orang keturunan India umumnya berbahasa Indonesia (hanya sedikit yang bisa berbahasa India seperti Tamil). Di Malaysia umumnya orang India bisa berbahasa India Tamil (ada juga yang tidak bisa berbahasa Melayu, karena bisa berbahasa Inggris dalam berkomunikasi). Orang India di Malaysia berbahasa India dengan aksen India, tetapi di Medan dan juga di seluruh Indonesia, orang India berbahasa Bahasa Indonesia dengan akses Indonesia. Orang India di Medan tidak hanya Hindu, ada juga yang beragama Islam.


Kampung Madras (dahulu disebut Kampung Keling) adalah nama bagi sebuah kawasan seluas sekitar 10 hektare di Kota Medan, Indonesia yang pernah mempunyai komunitas India yang besar. Kawasan ini terletak di sekitar kecamatan Medan Polonia dan Medan Petisah. Di kawasan ini terdapat kuil Hindu yang tertua di Medan, Kuil Sri Mariamman dan kelenteng terbesar di Medan, Vihara Gunung Timur; juga Masjid Jami dan Masjid Ghaudiyah yang dibangun oleh Muslim India. Selain itu, di Kampung Madras juga terdapat Perguruan Nasional Khalsa yang dikelola Yayasan Pendidikan Sikh Medan, dulu pernah terkenal karena merupakan satu-satunya sekolah dengan pelajaran dalam bahasa Inggris di Medan. Kawasan tersebut awalnya dipanggil "Patisah", namun kemudian terjadi perubahan nama menjadi "Kampung Madras" guna mencerminkan tanah asal para warga keturunan India yang berdiam di sana. Nama "Kampung Madras" menggantikan nama "kampung keling" yang dianggap berkonotasi negatif dikarenakan sering digunakan sebagai julukan ras (racial slur) dan ejekan yang merendahkan. Meskipun hingga tahun 1950-an kawasan ini masih dihuni oleh warga keturunan India dalam jumlah yang besar, sejak saat itu jumlah tersebut telah berkurang karena keadaan ekonomi yang sulit sehingga membuat mereka harus pindah ke kawasan lain. Kampung Madras kini bahkan lebih banyak dihuni oleh warga keturunan Tionghoa daripada India bersama dengan Little India, Penang. Gapura Little India Medan di Kampung Madras diresmikan pada tanggal 27 Oktober 2018 oleh Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, ditandai dengan penandatanganan prasasti, pengguntingan pita, dan pelepasan balon. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Orang India di Malaysia dan Orang India di Medan, apa yang berbeda dan apa pula yang sama? Seperti disebut di atas, orang India di Medan umumnya berbahasa Bahasa Indonesia sedangkan orang India di Malaysia umumnya berbahasa India. Lalu bagaimana sejarah Orang India di Malaysia dan Orang India di Medan, apa yang berbeda dan apa pula yang sama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (705): Bahasa Ibu vs Bahasa Nasional;Malaysia Berbahasa Inggris, Melayu Tidak Bisa Bahasa Melayu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Soal bahasa dan berbahasa di (negara) Malaysia sungguh rumit. Berbeda dengan di Indonesia, dimana Bahasa Indonesia bahasa nasional (bahasa antar suku/bangsa), bahasa daerah dilestarikan dan bahasa Indonesia dianjurkan, di Malaysia bahasa nasional adalah bahasa Melayu, tetapi orang condong berbahasa Inggris diantara suku/bangsa. Namun dipermasahkan jika orang Cina dan orang India tidak bisa berbahasa Melayu. Ternyata tidak hanya itu, disebut orang Melayu tidak bisa berbahasa Melayu (mereka adalah pribumi tetapi bukan suku Melayu; tetapi orang Melayu menganggap semua pribumi adalah Melayu). Hal semacam itu tidak dipermasahkan di Indonesia jika ada orang pribumi yang hanya bisa berbahasa daerah (tidak bisa berbahasa Indonesia).


Orang Jawa di Tapanuli bisa berbahasa Batak tetaplah orang Jawa. Saya orang Batak bisa berbahasa Sunda, tetapi rekan orang Sunda tetap menganggap saya orang Batak. Di Malaysia orang Minangkabau, orang Bugis atau launya bisa berbahasa Melayu dianggap orang Melayu, tetapi baru dianggap benar-benar orang Melayu jika beragama Islam (yang tidak beragama Islam tidak disebut orang Melayu). Orang Iban di Malaysia bukan orang Melayu, banyak diantara orang Iban tidak beragama Islam, tetapi harus berbahasa nasional Malaysia, bahasa Melayu. Demikian juga orang Cina dan orang India di Malaysua yang berbahasa resmi bahasa Melayu, faktanya dalam bahasa dan berbahasa sehari-hari berbahasa Mandarin dan bahasa Tamil. Diantara suku/bangsa di Malaysia jika berkimunikasi merasa lebih nyaman berbahasa Inggris. Sungguh rumit dan memusingkan.

Lantas bagaimana sejarah bahasa ibu vs bahasa nasional yang mana orang Malaysia sendiri cenderung berbahasa Inggris dan mengapa ada Melayu yidak bisa berbahasa Melayu dipersoalkan? Seperti disebut di atas, bahasa dan bderbahasa di Malaysia sangat rumit dan selalu memiliki masalah hingga ini hari. Lalu bagaimana sejarah bahasa ibu vs bahasa nasional yang mana orang Malaysia sendiri cenderung berbahasa Inggris dan mengapa ada Melayu yidak bisa berbahasa Melayu dipersoalkan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.