Rabu, 08 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (6): Surat Kabar Berbahasa Melayu Investasi Eropa/Belanda; Surat Kabar Berbahasa Jawa di Soerakarta


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Sebagaimana dalam artikel sebelum ini, surat kabar berbahasa Inggris pernah eksis di Indonesia (masa pendudukan Inggris 1812-1816), lalu kembali dengan surat kabar berbahasa Belanda. Dalam perkembangannya mulai dimunculkan surat kabar berbahasa Melayu yang umumnya dengan investasi Eropa/Belanda.  Dalam perkembangannya berkembang investasi pribumi dalam inudustri surat kabar berbahasa Melayu (dan bahkan ada yang merintis dengan bahasa Belanda).


Kisah Singkat Al Juab, Koran Berbahasa Melayu Pertama di Indonesia. Eropa menerbitkan surat kabar pertama sejak abad ke-17. Dr. De Haan dalam buku Oud Batavia, Kort Bericht Eropa salah satu surat kabar pertama di Eropa terbit 1676 oleh Abraham Van de Eede merilis berita dari Polandia, Perancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris dan Denmark. Surat kabar pertama diterbitkan di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles. terbit Oktober 1744 dalam bahasa Belanda. Lalu berubah kritik perbudakan di Batavia dan perilaku penguasa VOC, media ini dibekukan dan baru dilanjutkan 30 tahun kemudian oleh Verdu Nieuws yang berisi iklan. Al Juab muncul tahun 1795, koran berbahasa Melayu pertama. menulis tentang berkaitan dengan agama Islam. Dalam Ensiklopedia Jakarta, surat kabar Al Juab diterbitkan mubaliq Islam asal Arab menggunakan aksara Arab. Dikabarkan, media ini tutup di tahun 1801, selanjutnya, 1824 koran ini digantikan oleh Bianglala, diterbitkan Oglive & Co dipimpin Stefanus Sandiman dan Marcus Geto. Surat kabar Bianglala berganti nama menjadi Bintang Johar. Di tahun-tahun berikutnya, koran-koran lain bermunculan. Dalam Bingkai Sejarah, disebutkan bahwa surat kabar dengan bahasa Melayu yang menyusul Al Juab pada tahun 1858 diantaranya Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, Soerat Khabar Betawi, Hindia Nederland, Slompret Melajoe. Setelah kedatangan mesin cetak di Batavia, surat kabar berkembang dan mempermudah surat kabar berbahasa Melayu tumbuh, hingga menjadi salah satu senjata perjuangan kemerdekaan Indonesia (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/)

Lantas bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Melayu investasi Eropa/Belanda? Seperti disebut di atas surat kabar berbahasa Melayu investasi Eropa/Belanda mulai diambil alih oleh pribumi (termasuk orang Cina). Diantara surat kabar berbahasa Melayu, juga muncul surat kabar berbahasa Jawa di Soerakarta dan surat kabar berbahasa Batak di Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Melayu investasi Eropa/Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Pers di Indonesia (5): Surat Kabar Berbahasa Belanda; Batavia serta Semarang Padang Surabaja JogjakartaSurakarta Medan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Surat kabar berbahasa Inggris di Hindia Belanda (baca: Indonesia) hanya seumur jagung (selama 1812-1816) itu terjadi karena pendudukan Inggris (1811-1816). Namun itu akan kembali di masa nanti. Selama era Pemerintah Hindia Belanda, surat kabar berbahasa Belanda yang berjaya, bahkan surat kabar berbahasa Belanda masih eksis di era Republik Indonesia, sebelum terjadi nasionalisasi perusahaan swasta di Indonesia tahun 1957. Surat kabar berbahasa Belanda karenanya memiliki peran penting dalam sejarah pemberitaan di Indonesia selama hampir satu setengah abad. Suatu waktu yang sangat panjang.


Java-bode (Utusan Jawa) adalah surat kabar yang diterbitkan di Batavia, Hindia Belanda, koran ini terbit 2 kali per minggu dan sejak tanggal 1 Desember 1869 terbit setiap hari. Sejak bulan Maret 1942 hingga tahun 1949, koran ini tidak terbit karena pendudukan Jepang di Indonesia. Pada tanggal 11 Agustus 1852, koran ini diterbitkan untuk yang pertama kalinya, dan edisi penghabisan terbit pada bulan Maret 1957. Koran ini beraliran liberal, tetapi di bawah Conrad Busken Huet koran ini beralih haluan jadi konservatif dan sejak tahun 1932 arah koran ini menjadi "kanan" sejak dipimpin oleh Henri Zentgraaff, yang karena itulah mendapat kritik tajam dari penulis Eddy du Perron. Beberapa editor dan jurnalis telah diasosiasikan dengan Java Bode, termasuk Conrad Busken Huet(pemimpin redaksi 1868-1873), Jan Eduard van Someren Brand (penulis seri sejak 1889), Dirk Verbeek (kepala readaksi pada 1915), Johan Alberts (editor sejak 1918), Herman Salomonson (kepala redaksi 1923-1926 dan penulis dari sebagian Rhythm Chronicles Melis Stoke), Johan Ernst Jasper (kepala redaksi 1929-1932) da Alfred van Sprang (editor 1940-1942). Daftar pemimpin redaksi: H. Zentgraaff; Conrad Busken Huet (1868-1873); Henri Salomonson (1924-1926); Henri Zentgraaff (1932-1939) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, surat kabar berbahasa Belanda cukup lama di Indonesia bahkan sejak era VOC yang kemudian semakin intens sejak permulaan Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya di Batavia, surat kabar berbahasa Belanda juga terbit di berbagai kota seperti Semarang, Padang, Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta dan Medan. Lalu bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.