Minggu, 11 April 2021

Sejarah Australia (34): Sejarah Pariwisata di Australia; Doeloe, Pegiat Wisata Australia Belajar pada Kemajuan Pariwisata Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Beberapa dekade lalu, orang Indonesia banyak yang berkeinginan berwisata ke Australia. Namun belakangan ini mulai berkurang, sebaliknya orang Australia semakin banyak yang berwisata ke Indonesia terutama Bali dan Lombok. Tentu saja itu karena faktor jarak yang begitu dekat ke Bali. Namun yang jelas, faktor daya tarik Australia tidak banyak yang dapat ditawarkan, sebaliknya keindahan alam Indonesia begitu beragam dijadikan sebagai destinasi wisata. Usut punya usut, pariwisata di Indonesia (baca: Hindia Belanda) lebih dulu berkembang daripada di Australia dan bahkan pegiat pariwisata di Australia (yang berpusat di Sydney) tempo doeloe justru belajar dari Indonesia. Alam adalah ciptaan Tuhan, dan keindahan alam Indonesia tidak ditemukan di Australia.

Alam Hindia Timur (baca: Indonesia) bergitu menarik bagi orang asing sejak zaman kuno. Tentu saja karena alamnya yang menghasilkan berbagai produk hasil bumi.Hal itulah mengapa pedagang-pedagang India begitu nyaman dan mebentuk koloni di Indonesia sekian ratus tahun. Jaman ini disebut era Hindoe Boedha. Lalu kemudian orang asing Tiongkok dan dari Mesin, Arab dan Persia menyusul dan menggantikan era Hindoe-Boedha menjadi era Islam. Kehadiran orang-orang Eropa yang didahului oleh Portugis (1511( yang mengikuti rute perdagangan orang Moor (beragama Islam dari Afrika Utara), seabad kemudian disusul kehadiran Belanda (1605). Tampaknya orang-orang Belanda menyadari Hindia Timur tidak ada duanya, lalu mengusir semua orang Portugis (dan tersisa hanya di Timor Timur) dan ingin bertahan selamanya. Lalu orang-orang Belanda menemukan benua baru Australia. Namun Hindia Timur sudah membuat orang Belanda ‘kenyang’ dan mengabaikan Australia. Lalu orang Inggris pertama muncul di Australi pada tahun 1773 (James Cook). Kehadiran James Cook ini karena Inggris kehilangan Amerika Serikat karena mengusir Inggris dan memerdekakan diri tahun 1776. Pemerintah Inggris di Eropa memerlukan koloni baru (pengganti Amerika Serikat). Untuk mendukung itu, skuadron Inggris dari India datang ke Hindia Timur (1787). Australia dijadikan sebagai koloni baru sejak 1788. Upaya Inggris mengusir Belanda dari Hindia Timur  baru tercapai sepenuhnya pada tahun 1811 setelah menginvasi Jawa. Namun tidak lama, orang Inggris harus mengembalikannya ke Belanda pada tahun 1816. Lalu pada tahun 1824 (Traktat London) diadakan perjanjian perbatasan Inggris dan Belanda termasuk soal tukar guling Malaka (Belanda) dan Bengkoelen (Inggris). Sejak itu, praktis orang Inggris tersingkir dari Hindia Timur yang sangat diinginkan oleh Inggris. Seperti halnya Portugis (Timor Timur) dan Spanyol (Filipina), orang Inggris hanya mendapat sisa Belanda di Semenanjung dan Borneo Utara. Belanda menjadi penguasa tunggal di Hindia Timur (juga disebut Hindia Belanda). Setelah Belanda melepas propertinya di Noord Australia, West Australia dan (pulau) Tasman, pada tahun 1829 seluruh Australia dikuasai Inggris. Dalam hal ini Belanda mempertahankan dan memiliki semua yang terbaik, Inggris hanya mendapat wilayah sisa di tanah-tanah marjinal. Tentu saja itu karena Belanda menyadari setelah berabad-abad bahwa Hindia Timur (Hindia Belanda) adalah wilayah paling kaya dan wilayah paling indah.

Lantas bagaimana sejarah awal pariwisata di Australia? Seperti disebut di atas, sejak Belanda menguasai sepenuhnya Hindia Timur (baca: Indonesia), para pegiat pariwisata di Indonesia (baca: Hindia Belanda) mulai mempopulerkan keindahan alam Indonesia di Eropa. Pemerintah Hindia Belanda tidak lagi hanya mengandalkan devisa dari produk ekspor tetapi juga menangkap peluang dari para wisatawan. Inilah yang mendasari mengapa pariwisata Indonesia lebih dulu berkembang di Indonesia dibandingkan di Australia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Australia (33): Sejarah Lapangan Terbang (Bandara) di Australia; Sejarah Penerbangan Antara Australia-Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah moda transportasi bermula pada moda (navigasi) pelayaran dan lalu berkembang moda transportasi kereta api masa kini dan moda transportasi udara menjadi moda masa depan. Namun interseksi untuk kebutuhan angkutan massal moda transportasi laut dan kereta api bersifat komplemen (saling memperkuat). Moda transportasi udara pada awalnya lebih bersifat khusus (militer dan kebutuhan pejabat dan orang kaya). Moda transportasi udara ini cepat berkembang di Australia, bahkan jauh sebelum moda transportasi kereta api terhubung secara keseluruhan antar negara bagian (trans Australia).

Dalam moda transportasi udara, lapangan terbang (bandar udara atau bandara) ibarat pelabuhan dalam sejarah navigasi pelayaran; pesawat terbang ‘si burung besi’ ibarat kapal laut yang mengarungi lautan (kapal layar hingga kapal uap) yang terbang di udara di atas kapal-kapal di atas permukaan laut. Moda transportasi ini berawal dan berkembang di Eropa termasuk di Inggris, Belanda dan Portugal. Oleh karena munculnya kebutuhan kapal terbang (awalmya terbatas di militer lalu sipil-komersial) di Hindia Belanda dan Australia, maka sejarah penerbangan yang ada terkait dengan titik awal di Eropa. Dalam hal ini posisi strategis (geografis) Hindia Belanda menjadi penting bagi Australia. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) pejabat-pejabat penerbangan Indonesia belajar dari sistem aviasi Australia dan Prancis.

Lantas bagaimana sejarah kebandaraan dan aviasi, penerbangan di Australia? Tentu saja sudah ada yang menulis, namun sejauh ditemukan data baru narasi sejarahnya terus ditulis. Namun yang jelas sejarah kebandaraan dan aviasi di Australia tumbuh berkembang bersamaan dengan di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Lalu apakah ada relasi sejarahnya antara Indonesia dengan Australia? Tentu saja ada. Pada masa ini dari London (Inggris) hingga Sydney (Australia) dapat ditempuh langsung sekali terbang, tetapi tempo doeloe harus singgah banyak di berbagai bandara, termasuk penerbangan dari Singapoera ke Sydney harus singgah di Indonesia (Bangka, Batavia dan Soerabaja, Koeta). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.