Senin, 15 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (235): Pahlawan Nasional WR Supratman, Wartawan Kantor Berita Alpena; Fakta Lagu Indonesia Raya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Salah satu pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional adalah WR Supratman. Tentu semua orang mengenal, karena lagu kebangsaan Indonesia Raya duhubungkan dengan namanya. WR Suipratman adalah pencipta lagu nasional tersebut. Dalam hal ini, sejarah WR Supratman adalah satu hal dan sejarah lagu Indonesia Raya hal lain lagi.

 

Wage Rudolf Soepratman (19 Maret 1903 – 17 Agustus 1938) adalah guru, wartawan, violinis, dan komponis dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya, serta anggota grup musik jazz Black and White Jazz Band. Tanggal lahir versi pertamanya, 9 Maret, ditetapkan sebagai hari musik nasional. Ia diberikan gelar pahlawan nasional. WR Soepratman anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang KNIL dan ibunya bernama Siti Senen. Pada tahun 1914, Soepratman ikut kakak sulungnya Roekijem ke Makassar, disekolahkan oleh suami Roekijem bernama Willem van Eldik. Soepratman belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai. Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar. Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukan ketika pindah ke Batavia. Dalam masa tersebut, ia tertarik pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional WR Supratman? Seperti disebut di atas, nama WR Supratman selalu dihubungkan dengan lagu kebangsaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah WR Supratman dan sejarah lagu Indonesia Raya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (234): Pahlawan Nasional Dewi Sartika di Bandung; Alimatu Saadiah di Padang dan RA Kartini di Jepara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Nasional dari provinsi Jawa Barat Dewi Sartika. Seperti nama RA Kartini berasal dari Japara sangat terkenal di Jawa Tengah, nama Dewi Sartika sangat terkenal pula di Jawa Barat. Namun nama Alimatu’ Saadiah di Padang tidak dikenal karena kurang terinformasikan. Tentulah sajarah Dewi Sartika sudah ditulis dengan baik. Namun sejauh diterus dilakukan penggalian data, narasi sejarah Dewi Sartika tetap perlu ditulis.

 

Raden Dewi Sartika (4 Desember 1884 – 11 September 1947) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966. Putri R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di Cicalengka. Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya. Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat. Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung. Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai ketrampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda dalam masa perang kemerdekaan, ia terpaksa ikut mengungsi ke Tasikmalaya. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam dan dimakamkan di sana. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Dewi Sartika? Seperti disebut di atas, banyak tokoh wanita pada era Hindia Belanda, selain Dewi Sartika ada RA Kartini dan Alimatu’ Saadiah. Lalu bagaimana Dewi Sartika? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.