Kamis, 31 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (52): Januar Hakim Ketua Dewan Mahasiswa Univ. Indonesia di Bandoeng; Terbentuknya ITB di Bandung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Januar Hakim? Itu bermula dari adanya ITB. Pada tahun Universitas Indonesia terdiri dari berbagai fakultas/lembaga di sejumlah kotaL Djakarta, Bogor, Bandoeng, Soerabaja dan Makassar. Dalam perkembangannya para mahasiswa membentuk organisasi. Untuk mahasiswa di lingkup Universitas Indonesia di Djakarta dibentuk satu dewan mahasiswa yang diketuai oleh Widjojo Nitisastro; sementara di Bandoeng dibentuk dewan mahasiswa yang diketuai oleh Januar Hakim Harahap.


Sejarah Mahasiswa Institut Teknologi Bandung: 1945 Seiring kemerdekaan Indonesia, di Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandoeng, banyak mahasiswa sukarelawan Tentara Pelajar.  STT Bandoeng dipindahkan ke Yogyakarta, menjadi STT Yogyakarta menjadi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dekannya, Ir. Rooseno. 1947 Belanda mendirikan Nood Universities berkembang menjadi Universiteit van Indonesie. Kampus STT Bandoeng dijadikan Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik) dan Faculteit van Exacte Wetenschap (Fakultas Ilmu Pasti). Beberapa mahasiswa dan staf pengajar Indonesia, berdiri beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Keluarga Mahasiswa Seni Rupa dan Himpunan Mahasiswa Bangunan dan Listrik muncul setahun berikutnya. 1957 penguatan organisasi kemahasiswaan intra-kampus dengan berdirinya Majelis Mahasiswa Indonesia. 1959 Presiden Soekarno dilaksanakan pemisahan Fakultas Teknik UI Bandung menjadi Institut Teknologi Bandung, tanggal 2 Maret. 1960 Berdiri Dewan Mahasiswa ITB (DM ITB) dengan Ketua Umum Piet Corputty (Teknik Sipil) dan Udaya Hadibroto (Teknik Pertambangan) sebagai Wakil Ketua Umum. Pekerjaan besar DM ITB yang pertama adalah bagaimana agar ITB tidak dilebur ke dalam Universitas Padjadjaran menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UNPAD. (https://km.itb.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah Januar Hakim, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng? Seperti disebut di atas, di Bandoeng, mahasiswa dari berbagai fakultas dan lembaga mebentuk dewan mahasiswa. Dewan mahasiswa ini menjadi cikal dewan mahasiswa seiring terbentuknya ITB Bandung tahun 1959. Lalu bagaimana sejarah Januar Hakim, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (51): Widjojo Nitisastro, Ketua Dewan Mahasiswa Univ. Indonesia di Djakarta; Terbentuknya Fakultas Ekonomi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di gedung Nathanael Iskandar FEUI, di kampus UI Depok, di sisi kanan pintu masuk kantor/gedung Lembaga Demografi terdapat plakat: Lembaga Demografi FEUI didirikan tahun 1963 oleh Widjojo Nitisastro.  Fakultas ekonomi di Universitas Indonesia di Djakarta didirikan pada tahun 1950. Salah satu mahasiswa diterima adalah Widjojo Nitisastro.


Prof. Dr. Widjojo Nitisastro lahir di Malang 23 September 1927. Widjojo berasal dari keluarga pensiunan penilik sekolah dasar. Ayahnya aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra), yang menggerakkan Rukun Tani. Ketika pecah Revolusi Kemerdekaan, duduk di kelas I SMT (setingkat SMA) di Santo Albertus, Malang. Widjojo bergabung dengan pasukan pelajar TRIP. Seusai perang, Widjojo mengajar di SMP selama 3 tahun, kemudian melanjutkan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan mengkhususkan pada demografi. Masih menjadi mahasiswa di FEUI, bersama ahli dari Canada Prof. Dr. Nathan Keyfiz, Widjojo menulis buku berjudul "Soal Penduduk dan Pembangunan Indonesia". Kata pengantarnya ditulis Mohammad Hatta. Hatta menulis, "Seorang putra Indonesia dengan pengetahuannya mengenai masalah tanah airnya, telah dapat bekerja sama dengan ahli statistik Canada. Mengolah buah pemikirannya yang cukup padat dan menuangkannya dalam buku yang berbobot." Buku ini sangat populer di kalangan mahasiswa ekonomi. Widjojo lulus dengan predikat Cum Laude. Widjojo kemudian berkuliah di University of California at Berkeley. Ia lulus pada tahun 1961 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Widjojo Nitisastro, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Djakarta? Seperti disebut di atas, fakultas ekonomi di Universitas Indonesia di Djakarta didirikan pada tahun 1950. Salah satu mahasiswa diterima adalah Widjojo Nitisastro. Bagaimana terbentuknya fakultas ekonomi? Lalu bagaimana sejarah Widjojo Nitisastro, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Djakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 30 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (50): Ketua Mahasiswa di Indonesia; Ida Nasoetion, Lafran Pane, Januar Hakim Harahap, Widjojo Nitisastro


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti orang Eropa, khususnya Belanda sangat menganggap penting arti organisasi dan berorganisasi. Demikian juga dengan orang Indonesia khususnya yang berasal dri Tapanoeli. Mengapa? Tidak hanya pada masa ini, tetapi juga sudah sejak lama, bahkan sejak tempo doeloe. Mengapa? Artikel ini berbicara tentang organisasi dan berorganisasi diantara para mahasiswa di luar negeri (Belanda) dan di Indonesia (baca: sejak Hindia Belanda).


Terungkap! Ini Pimpinan Partai Mahasiswa Indonesia. Danu Damarjati-detikNews. Sabtu, 23 Apr 2022. Jakarta - Partai Mahasiswa Indonesia benar-benar sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Dari daftar partai politik Kemenkumham ini, terungkaplah pimpinan Partai Mahasiswa Indonesia. detikcom memperoleh data partai politik ini dari Kepala Bagian Humas Kementerian Hukum dan HAM Tubagus Erif Faturahman, Sabtu (23/4/2022). Data ini termuat dalam surat Penyampaian Data Partai Politik yang Telah Berbadan Hukum berkop Kemenkumham, Nomor M.HH-AH.11.04-19, tertanggal 17 Februari 2022. Surat ini merupakan tindak lanjut dari permintaan KPU atas data parpol pada 4 Januari 2022. Surat ditandatangani Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly. Daftar partai politik yang dicantumkan di surat ini adalah daftar yang terakhir diperbaharui per 21 Januari 2022. Ada 75 partai yang terdaftar, dari Partai NasDem hingga Partai Ummat. Partai Mahasiswa Indonesia ada di daftar nomor 69. Lambang partai ini adalah bidang bundar berwarna merah dengan gambar topi toga hitam di tengah, ada simbol sayap di tengahnya pula. Tulisan 'Partai Mahasiswa Indonesia' dengan huruf kapital semua ada di bagian bawah dari gambar toga hitam. (https://news.detik.com/)

Lantas bagaimana sejarah para pemimpin mahasiswa di Indonesia? Seperti disebut di ata organisasi dan berorganisasi begitu penting terutama diantara para mahasiswa, bahkan sejak tempo doeloe. Ada nama-nama pemimpin organisasi di Belanda dan juga ada nama di Indonesia seperti Ida Nasoetion, Lafran Pane, Januar Hakim dan Widjojo Nitisastro. Lalu bagaimana sejarah para pemimpin mahasiswa di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (49): Ong Eng Die Studi Ekonomi di Rotterdam; Menteri Keuangan Kabinet mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ong Eng Die bukanlah orang biasa. Ong Eng Die adalah ekonom bergelar doktor yang sejaman dengan doktor Soemitro Djojohadikoesoemo. Ong Eng Die adalah seorang Republiken yang turut membidani pendirian Bank Indonesia RI. Ong Eng Die menjadi Menteri Muda Keuangan pada Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap (1947-1948) dan Menteri Keuangan pada Kabinet Mr Ali Sastroamidjojo (1953-1955).


Ong Eng Die (Wang Yongli) (Gorontalo, 1910 -?) adalah seorang pemimpin partai politik dan seorang ekonom Tionghoa-Indonesia. Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Amsterdam pada tahun 1940 dan memperoleh gelar Doktor pada tahun 1943 setelah berhasil mempertahankan disertasinya Chineezen in Nederlandsch-Indie, een Sociografie van een Indonesische Bevolkingsgroep (diterbitkan pada tahun 1943). Pada tahun 1945 ia kembali ke Indonesia dan bekerja di Bank Indonesia, Yogyakarta. Dari tahun 1947 hingga 1948 ia diangkat sebagai Deputi Menteri Keuangan di bawah administrasi kabinet Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Dalam perundingan Perjanjian Renville, ia menjadi penasehat Delegasi Indonesia. Ia kemudian membuka kantor akuntan sendiri pada tahun 1950. Ia bergabung dengan PNI (Partai Nasional Indonesia) dan pada tahun 1955 menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Drs Dr Ong Eng Die studi ekonomi di Rotterdam? Sepertiu disebut di atas Ong Eng Die sama-sama kuliah dengan Soemitro Djojohadikoesoemo di Rotterdam. Ong Eng Die menjadi Menteri Keuangan Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947. Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi menteri terakhir kali pada Kabinet Boerhanoeddin Harahap. Lalu bagaimana sejarah Drs Dr Ong Eng Die studi ekonomi di Rotterdam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 29 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (48): Soemitro Djojo Hadikoesoemo Studi di Rotterdam Meraih Gelar Doktor Ekonomi; Dr Sjamsi Widagda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak siswa asal Hindia (baca: Indonesia) yang melanjutkan studi di Belanda yang mengambil bidang ekonomi, termasuk Mohamad Hatta. Namun hanya beberapa saja yang berhasil meraih gelar doktor. Yang pertama adalah Sjamsi Widagda meraih gelar doctor pada tahun 1926 lalu kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo dan Ong Eng Die.


Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo lahir di Kebumen 29 Mei 1917. Anak sulung dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Ia memulai pendidikan di sekolah Europeesche Lagere School (setara sekolah dasar) dan belakangan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren di Banyumas. Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi Ekonomi (Nederlandsche Economische Hogeschool) di Rotterdam. Pada masa itu, karena depresi besar, tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi yang dapat berkuliah di luar negeri. Ia juga sempat menempuh kursus filosofi dan sejarah di Universitas Paris selama setahun, antara 1937 hingga 1938 setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam. Selama studinya, ia turut bergabung dalam organisasi mahasiswa Indonesia yang bertujuan mempromosikan seni budaya Indonesia. Saat Soemitro sedang menyelesaikan disertasinya di Rotterdam, pada bulan Mei 1940, Jerman Nazi menyerbu Belanda. Ia tetap berhasil menyelesaikan disertasinya pada tahun 1943, yang berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie ("Kredit Rakyat di Masa Depresi"), dan ia memperoleh gelar doktor ekonomi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti disebut di atas, mahasiswa Indonesia hanya beberapa yang berhasil meraih gelar doctor ekonomi. Yang pertamma adalah Dr Sjamsi Widagda. Lalu bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (47): MO Parlindoengan dan Keluarga, Studi di Delft-Zurich; Irsinyur Teknik Kimia Direktur PINDAD Pertama

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak sarjana yang menjadi perwira militer. Salah satu diantaranya Letnan Kolonel Ir. MO Parlindungan. AFP Siregar gelar Mangaradja Parlindoengan lulusan HBS di Medan yang kemudian melanjutkan studi teknik kimia ke Universiteit te Delft. Namun gelar insinurnya diperoleh di Zurich, Jerman. Mengapa? Yang jelas sejak 1940 Negeri Belaanda diduduki Jerman.


Dalam sejarah mahasiswa Indonesia, satu keluarga yang memiliki banyak sarjana yang studi ke Belanda adalah Raden Soeroto dari Pakoelaman. Lalu kemudian ada keluarga MO Parlindungan yang berasal dari keluarga terpelajar di Sipirok, Ayah adalah seorang guru yang menjadi direktur Normaal School di Pematangsiantar. Dua pamannya adalah anggota Volksraad yakni Mangaradja Soangkoepon (sekolah di Belanda) dari dapil province Oost Sumatra dan Dr Abdoel Rasjid (lulus STOVIA) dari dapil Residentie Tapanoeli. Dua abangnya adalah dokter lulusan Belanda yakni Dr, Diapari Siregar dan Dr. Gindo Siregar. Pada era perang kemerdekaan Dr Gindo Siregar adalah komandan militer wilayah Sumatra bagian utara dengan pangkat Majoor Generaal (setingkat dengan Majoor Generaal Abdoel Haris Nasoetion di di Divisi I Siliwingi). Ir. MO Parlindungan, berpangkat Letnan Kolonel.

Lantas bagaimana sejarah MO Parlindoengan dan keluarga? Seperti disebut di atas, MO Parlindoengan berasal dari keluarga terpelajar dari Sipirok. MO Parlindoengan studi di Delft dan Zurich, irsinyur teknik kimia yang menjadi Direktur PINDAD pertama. Lalu bagaimana sejarah MO Parlindoengan dan keluarga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 28 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (46): Studi ke Belanda, Abdulmadjid Djojoadiningrat; R Kartono, RA Kartini dan R Soesalit Djojoadhiningrat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Abdulmadjid Djojoadiningrat? Ayahnya adalah bupati Djepara. Untuk lebih mengenalnya dapat dihubungkan dengan nama RA Kartini. Dalam hal ini RA Kartini adalah istri dari bupati Djepara dengan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Jadi, antara Abdulmadjid Djojoadiningrat dan Soesalit Djojoadhiningrat memiliki bapak yang sama (bupati Djepara) tetapi berbeda ibu.


Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat lahir 5 Januari 1904. Dia dikenal juga sebagai anak tiri dari RA Kartini. Selain itu, dia juga dikenal sebagai salah satu anggota Perhimpunan Indonesia (PI) bersama dengan Mohammad Hatta dan sebagai pelaku peristiwa Pemberontakan Madiun 1948. Ketika dia dilahirkan, ibu tirinya (RA Kartini) meninggal dunia dan telah memiliki seorang adik tiri bernama Soesalit. mereka bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hogereburger School (HBS) di Semarang. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS dan HBS tahun 1925, ia kemudian kuliah di Leiden, jurusan hukum. Di Belanda, Abdulmadjid kerap menyuarakan pendapatnya antara lain menuntut kesetaraan antara orang Belanda dan Indonesia. Sejak awal 1926 setidaknya Abdulmadjid sudah menjadi sekretaris Hatta yang memimpin Indische Vereniging alias Perhimpunan Indoenesia (PI). Bersama Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo serta Nazir Pamuncak, Abdulmadjid ditangkap pada 23 September 1927 akibat aktivitas politiknya yang dianggap ekstrem saat itu. Selama pendudukan Tentara NAZI Jerman di Negeri Belanda, Abdulmadjid masih berada di Belanda. Pada kurun waktu 1943-1944, dia aktif di Kolonial Instituut dan pernah menjadi penasehatnya. Setelah Indonesia merdeka dan Republik Indonesia terbentuk, Abdulmadjid pulang ke Indonesia. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti disebut diatas Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda dan berhasil mendapat gelar sarjana hukum. R Kartono dan RA Kartini di masa lalu, RM Soesalit Djojoadhiningrat dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Lalu bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (45): Doktor Hukum di Leiden Mr Masdoelhak Nasution; Penasehat Hukum Presiden Dibunuh Belanda di Jogja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dewan Keamanan PBB marah besar. pimpinan organisasi bangsa-bangsa berkantor di New York meminta sebuah tim netral di Belanda untuk melakukan penyelidikan segera atas kematian Dr. Mr. Masdoelhak Nasoetion di Yogyakarta 21 Desember 1948. Reaksi cepat badan PBB ini untuk menanggapi berita yang beredar dan dilansir di London sebagaimana diberitakan De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949. Koran ini mengutip pernyataan pers dari kepala kantor Republik Indonesia di London yang pernyataannya sebagai berikut: ‘sejumlah intelektual terkemuka di Indonesia, diantaranya Masdulhak, seorang penasihat pemerintah dibunuh hingga tewas tanpa diadili’.


Masdoelhak lahir di Sibolga. Ia menyelesaikan pendidikan dasar Belanda (ELS) di Sibolga, kemudian melanjutkan ke Sekolah MULO di Medan dan AMS di Jawa. Ia menjadi salah satu lulusan terbaik AMS dan mendapat kesempatan kuliah di Belanda. Tanggal 4 Oktober 1930, Masdoelhak berangkat dari Batavia menuju Belanda dan kuliah di Universitas Leiden, Bagian Hukum. Saat kuliah, Ia bergabung dengan mahasiswa pribumi lainnya dan kenal baik dengan Mohammad Hatta. Ia mengenal Adriana van der Have, Anak dari Dosen Ekonomi Mohammad Hatta, mereka menikah tahun 1932. Pernikahan mereka ditentang oleh keluarga van der Have. Mereka pindah ke Utrect, Istrinya bekerja di laboratorium kesehatan masyarakat. Ia melanjutkan pendidikan meraih gelar Doktor, dan lulus pada tahun 1943 dengan judul desertasi Kedudukan perempuan di masyarakat Batak. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Ia dan keluarganya pindah dari Belanda ke Indonesia. Ia pernah menjabat kepala pemerintahan Sumatra Tengah, kemudian di tarik ke Yogyakarta menjadi Staf Wakil Presiden. Ia meninggal 21 Desember 1948, Setelah diculik oleh Militer Belanda di depan anak-anaknya dari rumahnya di Kaliurang. Ia dieksekusi tanpa peradilan oleh Sersan Mayor Marinus Geelhoed. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Masdoelhak Nasution doktor hukm Leiden? Seperti disebut di atas, Masdoelhak Nasoetion menyelesaikan studi fukum di Belanda dan mendapat gelar doktor. Di awal era Republik Indonesia, sebagai penasehat hukum presiden dibunuh Belanda di Jogja (1948). Lalu bagaimana sejarah Masdoelhak Nasution doktor hukm Leiden? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 27 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (44):Doktor-Doktor Asli Indonesia Lulusan Belanda hingga Berakhir Belanda di Indonesia; Indische Vereeniging


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia? Tentu saja belum pernah ditulis. Bagaimana dengan sejarah dokter-dokter Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda? Tentu saja belum pernah ditulis. Doktor adalah gelar akademik tertinggi. Artikel ini hanya menedeskripsikan doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia. Diantara mereka juga ada dokter yang meraih gelar doktor.


Sejarah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Adapun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dibentuk pada tahun 1911. Semula, organisasi dokter Indonesia bernama Vereniging van Indische Artsen. Pada 1926, namanya berubah menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG). VIG dibubarkan pada 1943, kemudian berubah menjadi Jawa izi Hooko-Kai. Perubahan nama itu setelah kongres VIG di Solo pada 1940. Kemudian, lahirlah "Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia (PMDWNI)" yang diketuai oleh Dr. Bahder Djohan pada 30 Juli 1950. Selanjutnya, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park pada tanggal 22-25 September 1950. Melalui muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama dan meresmikan Hari Dokter Nasional pada 24 Oktober. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan wadah yang mengikat dokter se-Indonesia. Tujuan dibentuknya IDI: Memadukan segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia; Menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran; Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran; Meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera. (https://www.detik.com/). 

Lantas bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia? Seperti disebut di atas, doctor adalah gelar akademik tertinggi. Ada juga dokter Indonesia yang meraih gelar doktor.  Dalam hal ini perlu mengetahui kebedaan Indische Vereeniging di Belanda. Lalu bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (43): FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda; Peran Perhimpunan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di tengah-tengah orang Jepang di Djakarta, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Enam hari sebelumnya di Belanda, di tengah-tengah orang Belanda FKN Harahap melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Isi proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut di Belanda dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945. FKN Harahap adalah pemimpin Perhimpunan Indonesia di Belanda.


Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya dicatat dalam sejarah Indonesia yang terkait dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Djakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia ala Perhimpunan Indonesia tidak pernah dikutip sebagai bagian sejarah peroklamasi kemerdekaan Indonesia. Sengaja atau tidak sengaja, terkesan ada reduksi dalam catatan sejarah Indonesia. Padahal proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda adalah wujud kesadaran bernegara dari para pejuang-pejuang Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di Belanda untuk membebaskan diri dari penjajahan.

Lantas bagaimana sejarah FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda? Seperti disebut di atas, selain proklamasi kemerdekaan di Indonesia juga ada proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda. Bagaimana bisa? Peran Perhimpunan Indonesia (PI). Lalu bagaimana sejarah FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 26 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (42): Achmad Nawir Mahasiswa Kedokteran; Kapten Tim Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pertandingan Indonesia vs Hungaria yang dilangsungkan tanggal 6 Juni dalam ajang Piala Dunia 1938 di Prancis dipimpin oleh dua kapten tim yang berlatar belakang pendidikan kedokteran. Kapten Tim Indonesia adalah mahasiswa kedokteran Achmad Nawir dan kapten Tim Hungaria adalah Dr. Sarosi. Ini unik. Sangat jarang, dan mungkin satu-satunya kejadian dalam dunia sepakbola.


Achmad Nawir lahir di Maninjau, 30 April 1912 merupakan seorang mantan pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai gelandang. Ia bermain di tim HBS Soerabaja dan untuk tim nasional Hindia Belanda. Achmad Nawir bermain untuk salah satu klub Hindia Belanda yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, yakni HBS Soerabaja. Achmad Nawir juga bermain untuk tim nasional Hindia Belanda, dan saat Hindia Belanda masuk ke Piala Dunia FIFA 1938 di Prancis, Achmad terpilih menjadi kapten tim, sehingga menjadikan dirinya satu – satunya kapten Indonesia di Piala Dunia FIFA hingga saat ini. Achmad Nawir merupakan seorang dokter dan selalu memakai kacamata ketika bertanding sepak bola, termasuk ketika menghadapi Hungaria di Piala Dunia 1938 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti disebut di atas, Achmad Nawir mahasiswa kedoktera yang memiliki keahlian dalam bermain sepak bola. Lalu bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (41): Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Studi Hukum di Belanda; Studieclub di Batavia, Bandoeng, Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Nazir Pamoentjak sudah banyak ditulis oleh pata penulis. Lalu apakah narasi sejarah Nazir Pamoentjak sudah lengkap dan selesai? Itu hal lain lagi. Secara teoritis, narasi sejarah tidak pernah berhenti. Mengapa? Data sejarah, semakin jauh ke belakang semakin sulit ditemukan. Penemuan data adalah syarat perlu dalam menulis sejarah. Hal itu karena sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejauh data baru ditemukan, sejauh itu pula narasi sejarah yang ditulis sebelumnya dianggap tidak lengkap.


Mr. Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak lahir 10 April 1896. Lulus HBS Batavia berangkat ker Belanda untuk studi hukum di Leiden. Ia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia. Pada Januari 1918, Nazir Datuk Pamuncak datang ke Padang utusan Jong Sumatranen Bond (JSB) untuk mendirikan cabang di Padang dan Bukittinggi. Di Padang, usahanya berhasil. tetapi tidak di Bukittinggi. Nazir berpidato di Padang bahwa pemuda-pemuda Jawa sudah lebih dahulu maju daripada di Sumatra dengan satu organisasi Jong Java, yang didirikan 7 Maret 1915 oleh R Satiman. JSB sendiri baru berdiri pada 9 Desember 1917 untuk menyatukan semua pelajar dari Sumatra. “Pemuda-pemuda Sumatra harus mengikuti jejak pemuda-pemuda Jawa. Kita tak boleh ketinggalan. Pemuda-pemuda Sumatra mempunyai tugas yang berat. Kita harus memajukan masyarakat Sumatra. Di tangan pemudalah, terletak nasib bangsa dan tanah air”. Pada tahun 1927, ia bersama Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo dan Abdulmajid Djojohadiningrat dipenjara oleh Kerajaan Belanda karena dituduh mengikuti partai terlarang. Ali Sastroamijoyo dan Nazir Pamuntjak dipenjara dua tahun. Mereka semua dipenjara di Rotterdam. Pembebasan mereka disambut baik oleh Mr. Duys (anggota parlemen Belanda) dan Willem Drees. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti disebut di atas sejarah Nazir Pamoentjak sudah ditulis, tetapi masih perlu ditulis kembali dengan narasi yang berbeda. Dalam hal ini kita berbicara tentang studieclub di Batavia, Bandoeng dan Soerabaja. Lalu bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 25 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (40): Tan Kiang Hong dan Ketua Chung Hwa Hui; Ketua Indische Vereeniging di Belanda Parlindoengan Lubis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jumlah orang Cina studi di Belanda dari waktu ke waktu terus meningkat, bahkan telah melampaui orang pribumi. Meski demikian, dua organisasi orang berasal dari Hindia (Indische Vereeniging/Perhimpoenan Indonesia dan Chung Hwa Hui) tetap dengan baik berinteraksi (saling mengundang). Dalam perkembangannya antara dua pihak ini menjadi bersifat asimetris di mata orang-orang Belanda yang studi di Belanda. Orang Belanda benci kepada orang Cina, Orang pribumi benci orang Belanda. Dalam konteks inilah muncul nama Tan King Hong di Belanda sebagai ketua Chung Hwa Hui.


Organisasi orang pribumi yang studi di Belanda dibentuk tahun 1908 yang dinisiasi oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Saat pembentukan di kediaman Soetan Casajangan di Leiden hanya 15 orang yang hadir karena alasan yang berbeda-beda. Meski demikian ke-15 orang yang tengah studi di Belanda sepakat membentuk organisasi yang diberi nama Indische Vereeniging. Secara aklamasi diangkat ketua Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro. Tiga tahun kemudian orang Cina yang studi di Belanda membentuk organisasi yang diberi nama Chung Hwa Hui. Dalam pembentukan organisasi itu hadir sebanyak 14 orang. Ketua Chung Hwa Hui terpilih adalah Yap Hong Tjoen. Soetan Casajangan lahir di Padang Sidempoean, Yap Hong Tjoen lahir di Jogjakarta. Entah kebetulan, pada era Perang Kemerdekaan Indonesia di dua kota ini terjadi perlawanan yang heroik terhadap Belanda.

Lantas bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti disebut di atas, Tan Kiang Hong melanjutkan studi ke Belanda dan kemudian menjadi ketua Chung Hwa Hui. Lalu bagaimana sejarah Tan Kiang Hong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (39): Sim Ki Ay Ketua Chung Hwa Hui di Belanda; Ketua Indische Vereeniging Goenawan Mangoenkoesoemo

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Sin Ki Ay? Tidak terinformasikan dengan lengkap. Namun paling tidak masih ada yang dapat dibaca secara singkat di laman Wikipedia. Dalam narasi disebutkan Sim Ki Aya seorang dokter yang pro Indonesia (Republiken). Okelah. Sejarah tetaplah sejarah. Setiap tokoh memiliki sejarah perjalanan masing-masing.


Siem Ki Ay adalah seorang dokter Indonesia yang melayani rakyat jelata sampai Panglima Besar Sudirman dan Sultan Hamengku Buwono IX. Sim Kie Ay menempuh pendidikan di ELS-Temanggung dan HBS-Surabaya-Semarang sebelum berangkat ke Belanda untuk kuliah kedokteran di Universiteit van Amsterdam. Dia juga aktif dalam Chung Hua Hui di Belanda. Tahun 1917 Sim Kie Ay menyelesaikan studinya di Belanda dan kembali ke Indonesia. Bersama alumnus-alumnus Belanda, Sim Kie Ay mendirikan Chung Hua Hui di Hindia Belanda (Indonesia). Chung Hua Hui adalah kelompok elite Tionghoa pro-Belanda di masa kolonial. Akan tetapi pada zaman revolusi, ia bersimpati pada perjuangan Republik. Dr Sim Kie Ay diikut-sertakan oleh bung Hatta untuk menjadi anggota delegasi Republik Indonesia yang ikut ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag-Belanda sebagai penasehat. untuk menjadi salah seorang penasehat delegasi Republik Indonesia dalam Konperensi Meja Bun­dar (KMB) di Den Haag (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Sim Ki Ay? Seperti disebut di tas, Sim Ki Ay adalah seorang tokoh sejarah yang perlu narasi sejarahnya lebih dilengkapi. Lalu bagaimana sejarah Sim Ki Ay? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 24 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (38): R Soeratin Studi ke Belanda Raih Gelar Insinyur di Delft;Pendiri Persatoean Sepak Raga Indonesia, Kini PSSI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Demikianlah yang terjadi dalam penulisan narasi sejarah sepak bola di Indonesia. Dalam narasi tersebut termasuk siapa-siapa yang menjadi tokoh sepak bola, baik diantara golongan Eropa/Belanda, Cina maupun pribumi. Satu nama penting dari golongan pribumi yang kini kerap ditulis adalah Ir Soeratin.


Ir. Soeratin Sosrosoegondo lahir 17 Desember 1898 adalah seorang insinyur dan administrator sepak bola Indonesia. Ia adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia adalah salah satu pendiri sekaligus ketua umum PSSI yang pertama. Ayahnya, R. Soesrosoegondo, guru pada Kweekschool (Sekolah Keguruan), menulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Istrinya, R.A. Srie Woelan, adik kandung Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo. Tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta, Soeratin belajar di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, dekat Hamburg, Jerman, pada tahun 1920 dan lulus sebagai insinyur sipil pada tahun 1927. Sekembalinya Soeratin dari Eropa pada 1928, ia bergabung dengan sebuah perusahaan konstruksi terkemuka milik Belanda dan membangun antara lain jembatan serta gedung di Tegal dan Bandung. Namun, pada waktu bersamaan, Soeratin mulai merintis di pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930. Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan Belanda dan mendirikan usaha sendiri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Raden Soeratin studi ke Belanda raih gelar insinyur di Delft? Seperti disebut di atas, Ir Soeratin adalah pendiri Persatoean Sepak Raga Indonesia yang kemudian disebut PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Lalu bagaimana sejarah Raden Soeratin studi ke Belanda raih gelar insinyur di Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (37):Parlindungan Lubis Studi Kedokteran di Belanda dan Ketua PI Perhimpoenan Indonesia; Diinternir Jerman

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Parlindoengan Lubis studi kedokteran dan berhasil meraih gelar dokter di Belanda. Dalam perkembangannya Parlindoengan Lubis dikenal sebagai salah satu mahasiswa/sarjana pribumi di Belanda yang anti-fasis. Karena itu ketika Belanda diduduki (militer) Jerman, Parlindoengan Lubis ditangkap dan diinternir di kamp militer NAZI Jerman.


Parlindoengan Loebis lahir 30 Juni 1910. Parlindoengan merantau ke Batavia dan sempat bergabung di organisasi pemuda Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk PPPI (Persatoean Pemoeda Peladjar Indonesia) dan Indonesia Moeda. Parlindungan berangkat ke Belanda setelah lulus kandidat I di GHS Batavia namun kemudian studi di Universitas Leiden. Ketua Perhimpoenan Indonesia (PI) selama periode 1936-1940. Bersama PI, ia berjuang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia. Sepeninggal Hatta, PI dianggap berhaluan kiri. Di bawah kepemimpinan Parlindoengan, PI menghentikan kerja sama dengan Partai Komunis Belanda dan jalin hubungan dengan Partai Buruh Sosialis Demokrat (Social Democratische Arbeiter Partij; SDAP). Sekalipun sosialis, Parlindoengan sebagai antifasis. Ia ditangkap polisi rahasia Belanda binaan Gestapo, di Amsterdam pada Juni 1941. Bagi Nazi Jerman, orang-orang seperti Parlindoengan dianggap sebagai pemberontak. Parlindoengan ditahan oleh Nazi Jerman selama empat tahun. Usai Perang Dunia II, Parlindoengan kembali ke tanah air. Sepanjang 1947-1950, ia menetap di Yogyakarta dan berkerja sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pabrik-pabrik Persenjataan Departemen Pertahanan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti disebut di atas, Parlindoengan Lubis studi kedokteran dan salah aktivis mahasiswa di Belanda dan terpilih menjadi Ketua Perhimpoenan Indonesia. Pada saat pendudukan militer Jerman di Belanda, Parlindoengan Lubis diinternir militer Jerman di kamp militer. Lalu bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 23 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (36): Ida Bagoes Oka Studi ke THS Bandoeng, I Gusti Ktoet Pudja Studi di RHS Batavia; Bersekolah ke Jawa

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Mr I Gusti Ktoet Poedja tentulah cukup dikenal di Bali. Akan tetapi siapa Ir Ida Bagoes Oka mungkin kurang dikenal oleh orang Bali. Yang dimaksud adalah Ir Bagoes Oka lululusan THS Bandoeng (kini ITB) dan bukan Prof. Dr. Ida Bagus Oka (Gubernur Bali ke-7). Harus pula dibedakan dengan I Gusti Bagus Oka yang pernah sebagai pejabat Gubernur Soenda Ketjil. Mr I Gusti Ktoet Poedja dapat dikatakan sebagai sarjana pertama berasal dari Bali (lulus 1934), dan Ir Ida Bagoes Oka pada berikutnya (lulus 1935).


Sulit menemukan nama Ir Ida Bagoes Oka pada masa ini. Dengan menggunakan mesin pencari tercanggihpun di internet tetapi sulit menemukan nama Ir Ida bagoes Oka lulus THS Bandoeng. Tampaknya sejarah Ir Ida Bagoes Oka terlupakan di Bali. Mengapa bisa begitu? Boleh jadi nama Ir Ida Bagoes Oka kurang terinformasikan selama ini. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, yang pertama selalu menarik perhatian. Ir Ida Bagoes Oka termasuk yang pertama sarjana teknik yang berasal dari Bali. Sudah barang tentu sarjana berasal dari Bali pada masa ini sudah sangat banyak, tetapi itu semua dimulai dari yang pertama. Dalam hal inilah mengapa sejarah Ir Ida Bagoes Oka masih penting narasinya ditulis. Sejarah Ir Ida Bagoes Oka adalah bagian dari sejarah Bali.

Lantas bagaimana sejarah Ida Bagoes Oka studi ke THS Bandoeng, I Gusti Ktoet Pudja studi ke RHS Batavia? Seperti disebut di atas mereka adalah putra-putra dari Bali. Lalu bagaimana sejarah Ida Bagoes Oka studi ke THS Bandoeng, I Gusti Ktoet Pudja studi ke RHS Batavia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (35): Mohamad Noor Pengeran dari Banjar di THS te Bandoeng; Dua Putra Pangeran Kutai Studi ke Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pernah disebut ada dua putra Pangeran Kutai berangkat ke Belanda untuk studi. Keberadaannya di Belanda pada tahun 1903. Lantas bagaimana hasilnya? Satu putra pengeran dari Borneo yang banyak terinformasikan yang studi ke perguruan tinggi adalah Pangeran Mohamad Noor dari Banjar. Apakah masih ada putra Kalimantan lainnya?


Pangeran Muhammad Noor lahir 24 Juni 1901. Ia lahir di Martapoera dari keluarga bangsawan Pangeran Ali dan Ratu Intan (cucu dari cucu Raja Banjar Sultan Adam al-Watsiq Billah). Setelah lulus HIS tahun 1917, ia meneruskan ke jenjang MULO dan lulus tahun 1921, lalu lulus dari HBS tahun 1923, dan pada tahun 1923 masuk Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS). Pada tahun 1927, ia berhasil meraih gelar insinyur dalam waktu empat tahun sesuai masa studi (setahun setelah Ir Soekarno lulus). Pada tahun 1935-1939 ia menggantikan ayahnya Pangeran Muhammad Ali sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1939, ia digantikan Mr. Tadjudin Noor dalam Volksraad. Ia juga merupakan tokoh pejuang yang berhasil mempersatukan pasukan pejuang kemerdekaan di Kalimantan ke dalam basis perjuangan yang diberi nama Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan di bawah pimpinan Hassan Basry (1945-1949) dan juga sebagai anggota BPUPKI. Pada periode 24 Maret 1956 - 10 Juli 1959, ia menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Mohamad Noor, pengeran dari Banjar di THS Bandoeng? Seperti disebut di atas, sebelum nama Mohamad Noor terinformasikan sudah ada putra Borneo yang studi ke Belanda. Putra pangeran Kutai Kalimantan. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Noor, pengeran dari Banjar di THS Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 22 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (34): Soekarno Studi di Technische Hoogeschool, Bandoeng; Parada Harahap Mohamad Thabrani WR Supratman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Soekarno lahir sejatinya sudah ‘orang Indonesia’. Semasa sekolah, Soekarno berada di lingkungan diantara anak-anak Belada di HBS Soerabaja dan anak-anak pribumi yang tergabung dalam Jong Java. Sejak nama Indonesia ‘diproklamasikan’--oleh para mahasiswa pribumi di Belanda yang tergabung dalam Indische Vereeniging dalam Kongres Hindia di Belanda tahun 1917—Soekarno yang masih sekolah di HBS Soerabaja mulai memahami arti Indonesia. Soekarno dan Mohamad Thabrani menyuarakannya pada waktu kongres Jong Java di Soerabaja.


Soekarno lahir 6 Juni 1901 di Peneleh, Surabaya, dengan nama Koesno. Ayah Raden Soekemi Sosrodihardjo (1873–1945) dan ibu Ida Ayu Nyoman Rai (1881–1958). Raden Soekemi seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.  Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukkan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Pada Juni 1911 Soekarno pindah ke ELS. Pada tahun 1915, melanjutkan ke HBS di Surabaya. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo organ muda Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java pada 1918. Soekarno aktif menulis di "Oetoesan Hindia" dipimpin Tjokroaminoto. Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921, Soekarno melanjutkan ke THS (kini ITB), setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat tahun 1926 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soekarno studi di Technischehoogeschool di Bandoeng? Seperti disebut di atas, Soekarno bergaul dengan beragam suku/bangsa. Di kampus ada temannya seperti Anwari, Tupamahu, di luar kampus yang bekerja di pers antara lain Parada Harahap, Mohamad Thabrani dan WR Soepratman. Bagaimana dengan mahsiswa pribumi di Belanda? Lalu bagaimana sejarah Soekarno studi di Technischehoogeschool di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.