Rabu, 30 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (49): Ong Eng Die Studi Ekonomi di Rotterdam; Menteri Keuangan Kabinet mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ong Eng Die bukanlah orang biasa. Ong Eng Die adalah ekonom bergelar doktor yang sejaman dengan doktor Soemitro Djojohadikoesoemo. Ong Eng Die adalah seorang Republiken yang turut membidani pendirian Bank Indonesia RI. Ong Eng Die menjadi Menteri Muda Keuangan pada Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap (1947-1948) dan Menteri Keuangan pada Kabinet Mr Ali Sastroamidjojo (1953-1955).


Ong Eng Die (Wang Yongli) (Gorontalo, 1910 -?) adalah seorang pemimpin partai politik dan seorang ekonom Tionghoa-Indonesia. Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Amsterdam pada tahun 1940 dan memperoleh gelar Doktor pada tahun 1943 setelah berhasil mempertahankan disertasinya Chineezen in Nederlandsch-Indie, een Sociografie van een Indonesische Bevolkingsgroep (diterbitkan pada tahun 1943). Pada tahun 1945 ia kembali ke Indonesia dan bekerja di Bank Indonesia, Yogyakarta. Dari tahun 1947 hingga 1948 ia diangkat sebagai Deputi Menteri Keuangan di bawah administrasi kabinet Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Dalam perundingan Perjanjian Renville, ia menjadi penasehat Delegasi Indonesia. Ia kemudian membuka kantor akuntan sendiri pada tahun 1950. Ia bergabung dengan PNI (Partai Nasional Indonesia) dan pada tahun 1955 menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Drs Dr Ong Eng Die studi ekonomi di Rotterdam? Sepertiu disebut di atas Ong Eng Die sama-sama kuliah dengan Soemitro Djojohadikoesoemo di Rotterdam. Ong Eng Die menjadi Menteri Keuangan Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947. Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi menteri terakhir kali pada Kabinet Boerhanoeddin Harahap. Lalu bagaimana sejarah Drs Dr Ong Eng Die studi ekonomi di Rotterdam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Drs Dr Ong Eng Die Studi Ekonomi di Rotterdam; Menteri Keuangan Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947

Ong Eng Die lulus sekolah menengah MULO di Boeloe, Semarang (lihat De locomotief, 18-05-1928). Ong Eng Die kemudian melanjutkan studi ke sekolah menengah di Batavia, AMS Afdeeling B (Wis en Natuurkunde) di Weltevreden. Pada tahun 1929 Ong Eng Die lulus ujian transisi naik dari kelas empat ke kelas lima (liaht Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1929).  Yang satu kelas dengan Ong Eng Die antara lain Darma Setiawan, Abdoel Halim dan Pantas Loemban Tobing. Di atas mereka satu tahun Casmir Harahap, Kasman, Mohamad Roem dan Parlindoengan Loebis.


Sekolah AMS adalah sekolah menengah dengan lama studi enam tahun (HBS lima tahun). AMS juga menerima lulusan MULO yang ditempatkan di kelas empat. Sebaliknya siswa yang lulus kelas tiga AMS dapat melanjutkan studi ke tempat lain. Casmir Harahap dan Parlindoengan Loebis lulusan MULO Medan. Mohamad Rooem sebelumnya studi di STOVIA. Sekolah AMS lainnya terdapat di Bandoeng, Jogjakarta dan Soerabaja serta Malang (belum ada di luar Jawa). Lulusan AMS dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi baik di Hindia maupun di Belanda.

Pada tahun 1930 Ong Eng Die naik ke kelas enam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-05-1930). Demikian juga teman-temannya naik kelas. Di bawah mereka satu tahun antara lain Raden Oekar, Lompo Siregar, WJ Maengkom, Djohan Sjahroezah dan Mohamad Haoes Mahjoeddin. Kakak kelas mereka yang lulus ujian akhir melanjutkan studi: Casmir Harahap dan Parlindoengan Loebis (fakultas kedokteran GHS Batavia); Mohamad Roem dan Kasman (fakultas hukum RHS Batavia). Akhirnya Ong Eng Die lulus ujian akhir tahun 1931 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1931).


Ong Eng Die berangkat ke Belanda dengan kapal Marnix van Sint Aldegonde dari Batavia tanggal 2 September dengan tujuan akhir Amsterdam (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 01-09-1931). Tampaknya perjalanan Ong Eng Die disertai orang tua yang mana dalam manifes kapal terdapat HH Ong dan Ny Ong. Kapal jarak jauh ini berangkat dari Genoa tanggal 22 dan akan berlabuh di Amstedam pada tangga 29 September (lihat Algemeen Handelsblad, 24-09-1931). Sementara itu, pada tahun 1931 ini Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat bagian I (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 18-12-1931). Namun karena dianggap memenuhi syarat, Parlindoengan Loebis direkomendasikan transfer fakultas kedokteran di Belanda. Parlindoengan Loebis baru berangkat ke Belanda tahun 1932, dari Tandjong Priok dengan menumpang kapal ss Ophir menuju Singapura tanggal 6 Agustus 1932 dan kemudian ditransfer ke kapal ss Trier yang akan berangkat dari Singapura menuju Rotterdam tanggal 8 Agustus 1932 (lihat, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-08-1932).

Di Belanda belum terinformasikan dimana Ong Eng Die kuliah. Demikian juga dengan Parlindoengan Loebis belum terinformasikan apakah diterima di fakultas kedokteran.Ong End Die baru terinformasikan pada tahun 1940 dimana disebutkan Ong Eng Die lulus ujian doctoraal economie di Vrij Universiteit Amsterdam (lihat Algemeen Handelsblad, 01-06-1940 dan Nieuwsblad van het Noorden, 01-06-1940).


Nama Parlindoengan Loebis sudah terinformasikan pada tahun 1938. Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat dokter di Amsrterdam (lihat, De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 09-02-1938). Parlindoengan Loebis lulus ujian dokter gelar pertama (eerste gedeelte) September 1939 (lihat Nieuwsblad van het Noorden, 07-10-1939). Mahasiswa lainnya dari Hindia di Vrij Universiteit Amsterdam adalah FKN Harahap.

Setelah Ong Eng Die lulus sarjana ekonomi (Drs), tidak lama kemudian di Rotterdam diberitakan Soemitro Djojohadikoesoemo dan R Saroso Wirodihardjo lulus sarjana ekonomi (lihat Algemeen Handelsblad, 11-07-1940). Beberapa bulan kemudian diberitakan Parlindoengan Loebis dipromosikan menjadi dokter setelah lulus ujian akademik pada bulan Oktober 1940 (lihat De standard, 26-10-1940).


Sekolah tinggi ekonomi pertama di Belanda terdapat di Rotterdam. Nama sekolah tonggi ekonomi tersebut disebut sekolah tinggi perdagangan (handels hoogeschool). Pada tahun 1925 Sjamsi Sastra Widagda dipromosikan menjadi doktor pada bidang handelswotenschappen di Handels Hoogeschool di Den Haag (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-11-1925). Setelah sekolah perdagangan itu baru menyusul Mohamad Hatta di sekolah ekonomi (lulu sarjana ekonomi tahun 1930). Mohamad Hatta lulusan PHS Batavia HBS afdeeling handelswetenscappen.

Ong Eng Die tidak bisa kembali ke tanah air karena terputus hubungan antara Belanda dan Indonesia. Sebagaimana diketahui pada bulan Mei 1940 (negeri) Belanda diduduki Jerman. Ong Eng Die melanjutkan studinya ke tingkat doktoral. Program studi ekonomi mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Hindia bisanya di Rotterdam dan Amsterdam. Mohamad Hatta lulus sarjana ekonomi dengan gelar Drs dari Rotterdam pada tahun 1930.


Selama mahasiswa, Parlindoengan Loebis cukup aktif berorganisasi dan politik. Parlindoengan Loebis menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia 1934-1938, Parlindoengan Loebis didampingi Mohamad Sidartawan sebagai sekretaris dan Mohamad Ildrem Siregar sebagai bendahara. Parlindoengan Loebis dan Sidartawan kerap menyuarakan anti fasis. Pengurus baru Perhimpoenan Indonesia berikutnya diketuai oleh Sidartawan. Seperti halnya Ong Eng Die dan mahasiswa lainnya, Parlindoengan Loebis juga tidak bisa pulang ke tanah air lalu membuka praktek dokter di Amsterdam. Militer Jerman sempat menutup kampus tetapi oleh militer pendudukan Jerman diizinkan dibuka kembali. Dalam perkembangannya diketahui Parlindoengan Loebis dan Sidartawan ditangkap. Sidartawan dikabarkan meninggal, sedangkan Parlindoengan Loebis tetap berada di kamp konsentrasi NAZI/Jerman.

Ong Eng Die kemudian diketahui telah meraih gelar doktor (Ph.D) di Rotterdam dissertatie dengan topik het economische, sociale en cultureele leven der Chineezen in Ned.-Indie (lihat Maandschrift van het Centraal Bureau voor de Statistiek = Revue mensuelle du Bureau Central de Statistique du Royaume des Pays-Bas, 30-06-1943). Yang meraih gelar doktor (PhD) lainnya adalah Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo di universitas Rotterdam tahun 1943 dengan topik het volkscredietwezen in de depressie (lihat Algemeen Handelsblad, 13-03-1943). Sementara itu di Universiteit Utrecht Mr. Masdoelhak Nasoetion juga meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang hukum dengan topik De plaats van de vrouw in de Bataksche Maatschappij (lihat Friesche courant, 27-03-1943).


Pada masa pendudukan Jerman ini juga ada mahasiswa asal Hindia lulus sarjana ekonomi di Rotterdam adalah Drs. Tan Goan Po di Universiteit Rotterdam tahun 1942 (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 25-11-1942).

Pada masa pendudukan Jerman di Belanda, para aktivis mahasiswa di Perhimpoenan Indonesia (PI) di Belanda pada awalnya anti fasis (Jerman) dan kemudian dengan perkembangan kemudian bergeser menjadi anti Jepang (lebih fokus ke Indonesia). Saat ketua PI adalah M Sidartawan, Dr Parlindoengan dapat dikatakan sebagai tokoh utama anti fasis (Jerman), Hal itulah mengapa mereka berdua ditangkap. Seperti disebut di atas Sidartawan mengalami sakit dan kemudian meninggal, sementara Dr Parlindoengan tetap berada di tahanan yang ditempatkan di kamp konsentrasi NAZI/Jerman. Saat-saat inilah sejumlah mahasiswa Indonesia yang tergabung PI menyelesaikan studinya bahkan beberapa diantaranya berhasil meraih gelar doktor seperti Drs Ong Eng Die.


Saat Parlindoengan Loebis dan Sidartawan ditahan, ketua PI adalah Stjadjit. Dalm fase ini militer Jerman mulai terdesak oleh lawan-lawannya. Perjuangan para aktivis PI mulai diarahkan ke Indonesia untuk menentang penduduka militer Jepang di Indonesia. Oleh karena di Indonesia banyak orang Belanda diinternir Jepang di kamp-kamp konsentrasi, orang-orang Belanda mulai mendukung perjuangan para aktivis PI ini. Pada saat FKN Harahap sebagai ketua PI, dukungan orang-orang Belanda terutama para peminat Hindia (yang pernah bertugas di Hindia) dan para Indo semakin hari semakin deras. Dalam konteks inilah orang Belanda yang lambat laun menganggap orang Indonesia di Belanda maupun di Indonesia sebagai rekan (bukan lagi sebagai anak jajahan atau orang terjajah). Bagi orang Indonesia hidup bagian roda pedati ada waktunya di bawah dan juga ada waktunya di atas, tetapi orang Belanda tidak menggunakan roda pedati tetap dayung/sampan, sekali berlayar dua tiga pulau terlampaui. Saat-saat dramatis inilah di Belanda semua mahasiswa asal Indonesia semakin solid, termasuk di dalamnya Dr Ong Eng Die yang belum lama menyelesaikan desertasinya. Saat kepengurusan FKN Harahap ini Dr Parlindoengan sudah dibebaskan dari tahanan kamp konsentrasi Jerman/NAZI. FKN Harahap tidak hanya tergabung di PI juga pernah menjadi aktivis di kampusnya Vrije Universiteit (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-11-1941).  Disebutkan dalam kepengurusan Senaat van het Studentencorps periode tahun 1941-1942, FKN Harahap menjabat sebagai Abactis (Sekretaris).

Akhirnya Sekutu menghancurkan Jerman/NAZI di Eropa. Kerajaan Jepang kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945 menyatakan menyerah kepada Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Beberapa hari kemudian tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang dibacakan oleh Ir Soekarno di Djakarta. Pada fase inilah mulai terhubung antara Belanda dan Indonesia dimana orang-orang Indonesia banyak yang pulang ke tanah air teemasuk Dr Ong Eng Die. Sementara FKN Harahap belum bisa pulang karena studinya belum selesai. Namun tidak lama kemudian di Indonesia terjadi perang untuk mempertahankan kemerdekaan.


Dr Parlindoengan Loebis yang telah dibebaskan dari kamp NAZI/Jerman juga pulang ke tanah air. Dalam perkembangannya pada masa perang kemerdekaan (kembalinya Belanda/NICA yang diberi jalan oleh Sekutu/Inggris) ini putra-putri Indonesia di Belanda tetap mendukung perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Sebuah manifesto di Belanda diumumkan yang mana agar Belanda untuk menahan diri untuk perang dan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mandiri. Penandatangan manifesto ini termasuk didalamnya FKN Harahap (De waarheid, 03-01-1946).

Semakin kuatnya posisi Belanda/NICA di Djakarta/Batavia, dan situasi keamanan yang tidak menentu, pemerintah Republik Indonesia memindahkan ibu kota dimana Presiden Soekarno berangkat pada tanggal 1 Januari ke Jogjakarta. Hal itu setelah lebih dahulu Menteri Pertahanan/KR Mr Amir Sjarifoeddin Harahap menilai kelayakan keamanan sesuai untuk ibu kota RI. Orang-orang yang pro-Republik Indonesia (Republiken) juga ikut mengungsi ke Jogjakarta termasuk Dr Ong Eng Die dan Dr Parlindoengan Loebis.


Akhirnya FKN Harahap berhasil menyelesaikan studi. Friesch dagblad, 10-07-1946 melaporkan bahwa FKN Harahap berhasil ujian di Vrije Universiteit, Amsterdam. Namun demikian, Belanda yang kembali datang (menduduki) Indonesia, hubungan Belanda dan Indonesia tersendat kembali dan tidak bisa pulang ke tanah air.

Dr Ong Eng Die di Jogjakarta ikut berjuang. Pada Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap yang diresmikan pada tanggal 3 Juli 1947 di dalam susunan kabinet terdapat nama Dr Ong Eng Die sebagai Menteri Muda Keuangan (Menteri Keuangan Mr AA Maramis). Sementara Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai perdana menteri juga masih merangkap sebagai Menteri Pertahanan.. Dalam hal ini, dalam jajaran kabinet Amir terdapat beberapa aktivis PI terakhir di Belanda, antara lain Stjadjit, Ong Eng Die, Maroeto Daroesman dan juga Mr Ali Sastroamidjojo. Dengan kata lain para aktivis anti fasis/Jepang cukup terwakili dalam kabinet.


Dalam perubahan komposisi kabinet Amir (sejak 11 November 1947) Dr Ong Eng Die tetap dalam posisinya, demikian juga dengan Stjadjit. Untuk memperkuat kabinet, wakil perdana menteri ditambah dua posisi dimana salah satunya Mr Sjamsoeddin (teman kuliah Mr Amir di Rechthoogeschool dan sekretaris Partindo cabang Batavia tahun 1930an  yang diketuai oleh Mr Amir Sjarifoeddin Harahap) dan AK Gani sendiri adalah ketua Gerindo (suksesi Partindo) dimana Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai pembina partai. Dalam jajaran kabinet juga ada nama Mr Mohamad Roem dan Mr Kasman Singodimedjo, keduanya adik kelas Ong Eng Die di AMS Weltevreden/Batavia. Dalam susunan kabinet ini juga ada nama Siauw Giok Tjhan sebagai menteri negara. Catatan: Dr Parlindoengan Loebis setelah pulang ke tanah air merapat ke Jogjakarta dan menjadi kepala jawatan kesehatan RI.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Menteri Keuangan Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap 1947: Dr Ong Eng Die dan Dr Soemitro Djojohadikoesoemo hingga Kabinet Mr Boerhanoeddin Harahap

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar