Jumat, 06 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (574): Pahlawan Indonesia - Moda Transportasi Pedati dan Perahu Tempo Dulu; MRT-LRT Zaman Now

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jangan bayangkan peswat zaman kuno, mobil saja tidak terbayangkan. Moda transportasi utama di Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah pedati dan kereta kuda (moda transportasi darat) dan perahu/sampan (moda transportasi air) dengan kebijakan penetapan tarif tertentu. Kereta api baru tahun 1869 dimulai dan pada tahun 1873 beroperasi rute Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor). Meski demikian, pedati/kereta kuda dan perahu/sampan masih eksis.

Kini era pembangunan dan pengembangan infrastruktur moda transpoertasu genjar dilaksanakan Pemerintah Republik Indonesia. Sistem dan teknologi tercanggih untuk moda transportasi darat adalah MRT-LRT. Idem dito pada masa lampau era Pemerintah Hindia Belanda. Moda transpoertasi sejak era VOC terus dikembangkan dengan membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk mendukung kelancaran pedati/kereta kuda dan perahu/sampan. Instrumen pembangunan jalan dan jembatan adalah investasi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk yang pada gilirannya meningkatkan potensi penerimaan pemerintan (tarif dan pajak). Hal itulah yang menjadi motto Pemerintah Hindia Belanda: Semua penduduk (pribumi) sama pentingnya di mata pemerintah, Islam, Kristen dan pagan; yang penting bersedia berpartisipasi membangun jalan dan jembatan. Yang membedakan adalah: Pada era Hindia Belanda surplus pemerintah untuk Kerajaan Belanda di Eropa, sedangkan era Republik Indonesia surplus pemerintah untuk memperkuat investasi pemerintah dalam pembangunan..

Lantas bagaimana sejarah awal moda transportasi di Indonesia? Seperti disebut di atas, pedati dan kereta kuda serta perahu dan sampan adalah jenis moda transportasi utama. Secara perlahan moda transportasi kuno itu digantikan kereta api, trem dan bis yang berujung pada masa ini MRT-LRT. Lalu bagaimana sejarah awal moda transportasi di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (573): Pahlawan Indonesia dan Rupa Bumi Nusantara Zaman Kuno-Zaman Now; Sumatra Jawa Ramping

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Selama ini, saya kira hanya saya sendiri, sorangan yang menggunakan teori permukaan (rupa) bumi Nusantara dalam memahami sejarah Indenesia. Dengan teori rupa bumi ini saya telah menulis seratusan artikel dalam blog ini, termasuk penentuan posisi GPS kraton Madjapahit. Satu penemuan terpenting saya dengan menggunakan teori rupa bumi itu adalah berhasil membuktikan posisi GPS pulau Taprobana (peta 150 M) yang telah diperdebatkan sejak abad ke-16 hingga ini hari. Pulau Taprobana itu adalah pulau Kalimantan di Indonesia (lihat Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan).

Indonesia, sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara berada di garis khatulistiwa (diantara benua Asia dan Australia, antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.). Sebagian besar wilayah Indonesia sangat tidak stabil, menjadi pertemuan dari beberapa lempeng tektonik, seperti Lempang Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia, terletak di Cincin Api Pasifik, banyak gunung berapi dan sering mengalami gempa bumi. Busur vulkanik mulai dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda di Maluku hingga ke timur laut Sulawesi. Sekitar 400 gunung berapi, kurang lebih 130 di antaranya masih aktif. Wilayah terluas keempat negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas 1.904.569 km2, pulau terbanyak keenam di dunia, 17.504 pulau. Pulau-pulau besar Sumatra, Jawa, Kalimantan (berbagi dengan Malaysia dan Brunei Darussalam), Sulawesi, dan Papua (berbagi dengan Papua Nugini). Penduduk terbanyak keempat di dunia mencapai 270.203.917 jiwa tahun 2020, negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia lebih dari 230 juta jiwa. Sejarah dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang, wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Kedatuan Sriwijaya, sebuah kemaharajaan Hindu–Buddha yang berpusat di Palembang. Terdiri dari suku bangsa, bahasa, dan agama. Kelompok etnik sekitar 1.340 suku. Banyak penduduk Indonesia yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, misalnya Jawa, Sunda, Melayu, Batak, Madura. Memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, Sebagian besar bahasa daerah tersebut termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan di samping itu, ada lebih dari 270 bahasa Papua. Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan sehari-hari secara berturut-turut adalah Jawa, Sunda, Melayu, Madura, Batak, Minangkabau, Bugis, Betawi, dan Banjar. Ada enam agama resmi: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu: Saat ini, Indonesia terdiri 34 provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota, 7.024 daerah kecamatan, 81.626 desa/kelurahan.(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Rupa Bumi Nusantara Zaman Kuno? Seperti disebut di atas, ternyata yang mengusung teori rupa bumi dalam analisis sejarah tidak hanya saya sendiri, sorangan, Ada seorang peneliti yang terlebih dahulu menggunakan teori rupa bumi tersebut yakni V Obdeijn. Lalu bagaimana sejarah rupa bumi nusantara zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.