Minggu, 24 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (732): Sabah Banyak Ragam Bahasa Etnik, Mengapa? Populasi Mayoritas vs Minoritas Berimbang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara, beda pulau beda struktur populasi. Ada pulau besar sedikit ragam etnik dan populasi penduduk besar (mayoritas) seperti di Sumatra, Jawa dan Bali dan ada juga pulau besar dengan banyak ragam bahasa etnik dengan populasi kecil seperti  di Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di pulau Kalimantan di wilayah Sabah wilayah sempit terbilang memiliki ragam bahasa etnik banyak.


The 2015 Malaysian Census reported the population of Sabah at 3,543,500, being the third most populous state in Malaysia with the highest non-citizens population at 870,400. A 2019 government estimate put the population at 3.9047, making it the second most populous state after Selangor. People from Sabah are generally called Sabahans and identify themselves as such. There are an estimated 42 ethnic groups with over 200 sub-ethnic groups with separate own languages, cultures and belief systems. The three largest indigenous groups in Sabah are the Kadazan-Dusun, Bajau and the Murut. There are large Malay, Suluk and other Bumiputera ethnic minorities, Sabah culture is diverse due to a wide range of different ethnicity. In the coastal areas, Sabahan culture has been influenced by the Bruneian Malays and West Coast Bajaus on the west coast side while in the east coast it is influenced by either East Coast Bajau, Bugis, and Suluk cultures with Islam being the important part of their lives. Christianity plays an important part to the indigenous cultures in the interior side in the daily lives of the Kadazan-Dusun, Lundayeh, Murut and Rungus beside their old practice of the traditional Animism and Paganism. Penduduk aslinya atau lebih dikenal sebagai bumiputera, terdiri dari setidaknya 30 kelompok dengan menggunakan lebih dari 50 bahasa dan tidak kurang dari 90 dialek. Berikut adalah beberapa kelompok penduduk asli di Sabah: Kadazandusun, Bajau, Melayu Brunei, Murut, Orang Sungai, Iranun, Bonggi, Kwijau, Paitan, Lun Bawang, Lundayeh, Kedayan, Suluk, Binadan, Bisaya, Kokos, Rumanau, Lotud, Minokok, Tidung, Rungus, Kagayan, Tatana, Tagaas, Ubian, Kimaragang, Bajau Laut, Ida'an, Inokang, Dayak dan Orang Ulu (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sabah menjadi banyak ragam bahasa etnik? Seperti disebut di atas, ada wilayah luas yang sedikit ragam bahasa etnik tetapi banyak populasi dan sebaliknya  ada wilayah sempit yang banyak ragam bahasa etnik dengan populasi kecil. Lalu bagaimana sejarah Sabah menjadi banyak ragam bahasa etnik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (731): Kota Hilang Silimpopon di Tawau; Kota-Kota Tempo Doeloe, Kini Kampong Kecil Semata


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Silimpopon masa ini heboh. Disebutkan Silimpopon adalah kota yang hilang di pedalaman Borneo sebagai kota penghasil batubara se Asia Tenggara. Menjadi heboh karena tidak banyak yang mengetahui kecuali ditemukan foto-fotonya. Silimpopon sebagai suatu kota (tambang) disebutkan eksis antara tahun 1904 hingga 1932. Hal itulah boleh jadi banyak orang tidak mengetahui.


Jika Silimpopon adalah suatu kota yang hilang, lalu seberapa besar kota itu. Pada masa ini letak kota Silimpopon berada di wilayah Tawau di pedalaman. Pada masa ini lokasi Silimpopon dapat dijangkau dengan mudah melalui jalan raya dari Tawau ke arah barat di Kalabakan (lalu dari Kalabakan ditepuh melalui jalan darat ke arah selatan di sungai Silimpopon. Memperhatikan lokasinya yang terbilang terpencil, kota yang hilang Silimpopon bukanlah kota yang mudah diakses, baik melalui sungai maupun darat lebih-lebih tempo doeloe. Situasi dan kondisi semacam ini memang tipikal kota-kota tambang yang jauh di pedalaman. Sebagaimana sejarah kota-kota, ada kota baru dan ada kota tua. Kota-kota yang terbentuk dapat menghilang karena sebab tertentu. Kasusnyta banyak. Namun kota-kota tempoe doeloe dapat meredup dan kini hanya sebagai kampong kecil semata. Juka kasusnya banyak.

Lantas bagaimana sejarah Silimpopon yang disebut kota yang hilang? Seperti disebut di atas, kota-kota tambang dapay muncul tiba-tiba tetapi juga dapat menghilang karena kapasitas produksinya habis atau ditinggal penduduk karena factor tertentu. Lalu bagaimana sejarah Silimpopon yang disebut kota yang hilang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.