Kamis, 24 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (491): Pahlawan Indonesia – Noto Soeroto Studi di Leiden; Indische Vereeniging dan Soetan Casajangan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah awal mahasiswa-mahasiswa pribumi di Belanda, nama RM Noto Soeroto sama populernya dengan nama Soetan Casajangan (pendiri Indische Vereeniging). Satu yang membedakan RM Noto Soeroto dengan mahasiswa pribumi lainnya adalah riwayat RM Noto Soeroto yang sangat lengkap dan beragam. Yang jarang dimiliki mahasiswa pribumi yang lain adalah menikah dengan gadis Belanda dan menjadi perwira dalam cadangan militer Belanda.

Raden Mas Noto Soeroto (5 Juni 1888 – 25 November 1951) adalah wartawan, penulis, aktivis budaya, penari, dan penyair. Ia adalah penyair Jawa pertama yang karya-karyanya dikenal dalam kesusasteraan Belanda. Ia banyak diingat akan syair prosanya, yang banyak dipengaruhi oleh Rabindranath Tagore. Noto Soeroto adalah putera Pangeran Ario Notodirodjo (1858-1917), putera Paku Alam V. Noto Soeroto merupakan penganjur "politik asosiasi", dimana orang Belanda dan Indonesia harus menggabungkan sifat-sifat terbaiknya - rasionalisme Barat di jantung Timur. Ia dikirim ayahnya ke Belanda untuk belajar. Noto Soeroto belajar hukum di Universitas Leiden, menjadi sarjana namun tak mencapai magister. Ia mendapat penghasilan sebagai redaktur Nederlandsch-Indië Oud en Nieuw dan menerbitkan buah pemikirannya dalam berbagai media cetak (Bandera Wolanda, Het getij, Wederopbouw, De Gids, Oedaya, De Tijdspiegel). Ia juga salah satu pendiri Perhimpunan Hindia dan menjadi pimpinannya antara tahun 1911-1914. Pada tahun 1918, Noto Soeroto menikah dengan Jo Meijer, seorang wanita Belanda. Dari pernikahan tersebut lahirlah Rawindo (1918), Dewatya (1922), dan Harindro Dirodjo (1928). Jo, Rawi dan Dewi kelak aktif dalam melawan pendudukan Nazi di Belanda. Di awal tahun 1932, ia kembali ke Hindia Belanda tanpa keluarganya. Dalam pendudukan Jepang di Indonesia, Noto Soeroto dianggap bekerja sama dengan angkatan kolonial Belanda sehingga disiksa Jepang. Setelah mangkatnya Mangkunagara VII, ia mencoba karier kewartawanan di De Locomotief. Noto Soeroto meninggal dalam keadaan miskin. Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah RM Noto Soeroto? Seperti disebut di atas, RM Noto Soeroto memiliki riwayat yang sangat lengkap. Mahasiswa pribumi di Belanda, aktivis organisasi, penulis dan seorang perwira. Lalu bagaimana sejarah RM Noto Soeroto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (490): Pahlawan Indonesia – Promosi Peradaban Nusantara di Belanda; Zaman Kuno - Era Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada satu masa dimana peradaban Nusantara mulai dipekernalkan di Belanda. Promosi ini menjadi penting karena tidak semua orang Belanda di Hindia mengenal peradaban pribumi (baca: nusantara), lebih-lebih orang Belanda di Belanda. Kehadiran mahasiswa-mahasiswa pribumi di Belanda menjadi agen yang penting untuk memperkenalkan peradaban nusantara di Belanda. Masa itu bertepatan dengan masa politik etik. Selama ini yang dipromosikan di Belanda adalah produk ekspor hasil bumi Nusantara yang diperdagangkan oleh orang Belanda sendiri.

Sikap rasial orang-orang Belanda di Hindia (baca: Nasantara) telah membuat jarak yang lebar antara pengetahuan, sikap dan perilakuk antara orang Belanda dengan orang pribumi. Sikap rasial ini menyebabkan orang Belanda yang datang menganggap rendah orang pribumi. Akibatnya orang Belanda di Belanda ikut memandangrendah orang pribumi. Orang Belanda hanya melihat satu sisi saja: bumi nusantara yang subur, kaya produk ekspor, penduduk yang dapat ditekan dengan kekuatan militer dan penduduk dianggap setara hewan (diburu). Namun diaantara orang Belanda, lambat laun muncul orang-orang yang humanis, terutama orang Indo (orang Belanda lahir di Hindia). Orang-orang Belanda yang humanis inilah yang membuka mata dan hati yang memberi jalan bagi orang pribumi mendapatkan peradaban Eropa/Belanda. Peradaban Belanda yang pertama itu adalah pendidikan modern (aksara Latin), peningkatan pendidikan hingga siswa pribumi bersaing di universitas-universitas Belanda. Peradaban lainnya adalah jurnalistik dan peradaban berorganisasi. Melalui peradaban yang diintroduksi inilah orang pribumi (baca: Indonesia) menemukan jalan untuk berjuang melawan Belanda. Salah satu dari fase perjuangan ini adalah upaya mempromosikan peradaban Nusantara (baca: penduduk pribumi).

Lantas bagaimana sejarah promosi peradaban Nusantara di Belanda? Seperti disebut di atas, upaya promosi ini dimulai oleh mahaiswa-mahasiswa pribumi di Belanda. Kemampuan mahasiswa pribumi dalam akademik di universitas di Belanda termasuk bagian dari promosi Nusantara itu. Lalu bagaimana sejarah promosi peradaban Nusantara di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.