Jumat, 20 Agustus 2021

Sejarah Makassar (33): Mamuju di Sulawesi Barat; Bahasa Mamuju Dialek Binanga, Pannei, Tapalang, Sinyonyoi dan Aralle

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini

Beberapa nama tempat yang penting di pantai barat Sulawesi tempo doeloe yang menjadi pelabuhan adalah Mandar, Mamuju, Pasangkayu dan Donggala. Masing-masing tempat ini memiliki bahasa-bahasa sendiri. Di Donggala digunakan bahasa Kaili dan di Pasankayu digunakan bahasa Baras, bahasa Sarudu dan bahasa Benggaulu. Sementara di Mandar digunakan bahasa Mandar. Sedangkan di Mamuju digunakan bahasa Mamuju. Ini mengindikasikan penduduk asli di masing-masing pelabuhan awal ini berasal dari asal usul yang berbeda. Uniknya masing-masing bahasa itu tidak berkerbata. Disebutkan bahasa Mamuju memiliki persentase perbedaan sekitar 82 hingga 100 persen dari bahasa-bahasa lain di pantai barat Sulawesi.

Penutur bahasa Mamuju tersebar di kabupaten Polewali Mandar, kabupaten Mamuju dan kabupaten Mamasa. Bahasa Mamuju terdiri dari sejumlah dialek. Di kabupaten Polewali Mandar terdapat dialek Buku dituturkan di desa Buku, kecamatan Mapilli, dan dialek Pulliwa dituturkan di desa Pulliwa, kecamatan Bulo serta dialek Taek dituturkan di kelurahan Amassangan, kecamatan Binuang dan dialek Pannei dituturkan di desa Tapango, kecamatan Tapango; dialek Campalagian dituturkan di desa Ongko, kecamatan Campalagian. Di kabupaten Mamasa terdapat dialek Aralle Tabulahan dituturkan di kelurahan Aralle, desa Aralle Utara, dan desa Aralle Selatan, kecamatan Aralle, desa Tabulahan, kecamatan Tabulahan. Di kabupaten Mamuju terdapat dialek Tapalang dituturkan di desa Orobatu, kecamatan Tapalang, dialek Binanga dituturkan di kelurahan Binanga, kecamatan Mamuju, dan dialek Sinyonyoi dituturkan di kelurahan Sinyonyoi, kecamatan Kalukku.

Lantas bagaimana sejarah Mamuju dan bahasa-bahasa di Mamuju pantai barat Sulawesi? Seperti disebut di atas bahasa Mamuju terdiri dari beberapa dialek seperti dialek Binanga, dialek Pannei, dialek Tapalang, dialek Sinyonyoi, dialek Pulliwa dan dialek Aralle. Nama-nama dialek ini mirip nama-nama yang terdapat di Angkola Mandailing seperti Binanga (kota kecamatan Binanga), Pannei (sungai Batang Pane), Tapalang (kampong Tapalong) dan Sinyonyoi (desa Sinonoian) serta Aralle (desa Sarulla). Apakah itu serba kebetulan? Mungkin juga kebetulan bahasa-bahasa di Pasangkayu namanya mirip dengan nama-nama tempat di Angkola Mandailing yakni Baras (desa Baruas), Sarudu (kecamatan Sarudik) dan Benggaulu (desa Anggoli). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Mamuju dan Bahasa Mamuju

Tunggu deskripsi lengkapnya

Terbentuknya Bahasa Melayu dan Penyebaranya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar