Sabtu, 24 Desember 2022

Sejarah Madura (55): Letnan F Poland dan Pasukan Madoera: AV Michiels Perang Jawa dan Alexander van der Hart Perang Padri


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Siapa si Polan? Nama si Polan sering diartikan nama anonym. Namun nama Poland benar-benar ada pada era Pemerintah Hindia Belanda. F Poland dapat dikatakan adalah seorang tentara professional yang menjadi peletak dasar Barisan Madoera, suatu pasukan pribumi pendukung militer Pemerintah Hindia Belanda. F Poland menjadi komandan pasukan Madoera dalam Perang Jawa (1825-1830). Selepas Perang Jawa, Letnan Poland mendampingi Majoor AV Michiels dalam Perang Padri yang mana Poland telah mengembalikan pasukan Madoera, dengan membawa pasukan Ambon. Dalam Perang Padri ini, Letnan Poland yang nyaris ditangkap pasukan Padri dapat diselamatkan pasukan Batak. Sepulang Perang Padri, tahun 1834 Poland yang mendapat kenaikan pangkat menjadi Kaptein diangkat menjadi komandan Barisan Madoera.


Majoor AV Michiels dan Letnan F Poland dapat dikatakan adalah komandan militer Pemerintah Hindia Belanda yang mengawali sukses untuk memasuki benteng Padri di Katingan pada bulan Desember 1830. Pada tahun 1834 dengan kenaikan pangkat menjadi Kapten, F Poland diangkat sebagai panglima Barisan Madoera. Sementara AV Michiels dengan kenaikan pangkat menjadi Overste, ditugaskan ke Moesi Rawas untuk mengusir pasukan Djambi yang melakukan invasi. Seperti halnya F Poland, anak buah terbaik Michiels ke wilayah Palembang ini adalah Letnan A van der Haart. Selanjutnya Perang Padri yang belum tuntas, kembali Kolonel AV Michiels (setelah mendapat kenaikan pangkat) ditugaskan untuk melawan Padri dengan membawa Alexander van der Hart yang telah mendapatkan kenaikan pangkat. Jika doeloe Letnan Poland orang pertama memasuki benteng Padri, maka Kapten A van der Hart dengan detasemennya berhasil memasuki benteng utama Padri di Bondjol tahun 1838. Inilah akhir dari Padri. Dalam Perang Bali, Geneaal Majoor Michiels yang harus melepaskan jabatan Gubernur Pantai Barat Sumatra memanggil kembali (Overste) F Poland. Sementara sebelumnya Overste A van der Hart diangkat AV Michiels menjadi Residente Tapanoeli. Seperti Majoor S Martin pada era VOC/Belanda yang sangat dekat dengan pribumi, F Poland juga sangat dengan pribumi di Madoera dan A van der Hart di Tapanoeli.

Lantas bagaimana sejarah Letnan F Poland dan Pasukan (Barisan) Madoera? Seperti disebut di atas F Poland adslah peletak dasar organsiasi Barisan Madoera (yang bertahan lebih dari satu abad). F Poland adalah anak buah terbaik AV Michiels (Perang Djawa) dan Alexander van der Hart anak buah terbaik berikutnya (Perang Padri). Lalu bagaimana sejarah Letnan F Poland dan Pasukan (Barisan) Madoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Letnan F Poland dan Pasukan Madoera: AV Michiels Perang Jawa dan Alexander van der Hart Perang Padri

Letnan 2 F Poland pada tahun 1925 sudah berada di Djogjakarta (lihat Bataviasche courant, 07-12-1825). Poland baru kehilangan rekannya sesama berdarah Prancis karena tertembak, Letnan 2 Louis Berdon. Poland belum lama mendapat kenaikan pangkat dari sergeant majoor menjadi letnan dua (lihat Bataviasche courant, 15-06-1825). Kenaikan pangkat ini setelah pulang dari Perang Bone (dimana juga pasukan Soemenep ikut berpartisipasi).


Pada tanggal 29 Oktober 1815 seorang pemuda belia Bernama Poland naik kapal Brabant dari Texel dan setelah perjalanan yang tidak terlalu lancae baru mendarat di Batavia pada tanggal 12 Mei 1817. Di Batavia Poland melamar dan menjadi prajurit Jenderal Antingh yang mempercayainya karena mau diperintah dan dibentak-bentak. Bentakan demi bentakan tampaknya tidak memusingkan Poland, karena dia dengan cepat dipromosikan menjadi sersan dan sersan mayor, setelah Poland ikut berpartisipasi di Banten, di Malaka, di Palembang dan di Riouw. Pada saat menjadi sergeant major ini Poland disertakan berpartisipasi dalam ekspedisi Boni tahun 1825 di bawah Jenderal Van Geen. Pangeran Soemenep menawarkan bantuan pasukan Soemenap yang kemudian ditempatkan di bawah Serma Poland. Bagai gayung bersambut Poland mendapat pasukan yang solid dan terbilang sukses di Bone (lihat Bataviasche courant, 13-05-1825). Sepulang dari Bone dengan kapal van Geen, pasukan Soemenep dikembalikan ke Madoera dengan selamat (tanpa kehilangan). Di Batavia, Poland mendapat kenaikan pangkat tanggal 2 Juni 1825 seperti disebut di atas menjadi letnan 2. Sementara itu Pangeran Soemenep mendapat gelar Soeltan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tidak lama kemudian pecah perlawanan di Djogjakarta yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkoeboemi.

Soeltan Madoera yang baru dari Soemenep menawarkan kembali pasukan Soemenep plus pasukan Madura untuk berpartisipasi dalam Perang Jawa (lihat Bataviasche courant, 24-08-1825). Dalam laporan Kolonel Cochius kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda (dan Letnan Gubernur Jenderal de Kock) disebutkan pasukan Soemenep dan pasukan Madoera (Bangkalan) berada di bawah Majoor Le Bron (lihat Bataviasche courant, 21-06-1826).


Di bawah komando Le Bron berdarah Prancis ini juga terdapat Letnan 2 F Poland. Pasukan Soemenep sebanyak 50 orang dengan Letnan Vurstenberg, sementara Letnan Poland dengan 75 orang Madoera. Laporan ini mendeskripsikan perang yang telah berhasil merebut kraton di Pleret. Pangkat tertinggi dalam perang ini adalah Jenderal van Geen (yang juga memimpin Perang Bone. Selain Cochius juga ada Kolonel Nahuijs (Resident Djogjakarta/Soeracata). Di bawah kolonel (di Garnisun Djogjakarta) dibantu dua Luitenent Colonel (Sullevijn dan Geij). Pada level Majoor, selain Le Bron juga ada Elout dan Michiels, Verboom dan van der Wijck. Pada tingkat kaptein antara lain Koelman, de Stuers, Taets van Amerongen Rijnbende dan Duedzeele, Untuk tingkat letnan antara lain Poland,  dan Eisenlossel . Di bawahnya sergeant (amjoor) korporaal lalu yang terakir prajurit. Dalam komando ini tidak hanya pasukan Soemeenep dan pasukan Madoera juga cukup banyak pasukan Jawa. Seperti disebut nanti juga ada pasukan Ambon dan pasukan Makassar (yang juga sukses dalam Perang Bone). Nama-nama perwira pasukan Madoera antara lain Letnan Sienje Potro dan Letnan Serang Pencat. Begitu banyak pasukan dan perwira yang terlibat dalam perang ini. Para perwira tersebut berasal dari berbagai bangsa seperti Belanda sendiri, Prancis dan Jerman. Para perwira ini kelak banyak yang sukses seperti Elout, Michiels dan Stuers.

Dalam pengejaran pasukan Pangeran Diponegoro ke Bantoel juga disebut nama Poland (Bataviasche courant, 03-11-1827). Komando ini dipimpin Letnan Kolonel Sollevijn termasuk di dalamnnya pasukan Soemenep dan pasukan Madoera. Disebutkan 25 orang Soemanap dengan tombak dipimpin oleh Letnan Taets van Amerongen dan Letnan Poland dengan 100 orang Madura.


Dalam laporan yang diakumulasi de Kock kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda disebutkan Le Bron de Vexela sebagai Luitenant Colonel yang ditempatkan di Padjangsch di Klaten (lihat Javasche courant, 07-02-1828). Ini mengindikasikan bahwa dalam Perang Jawa sudah ada yang mendapat kenaikan pangkat. Dalam komando Luitenant Collonel juga terdapat Luitenat Eisenlossel dan Luitenant Poland. Luitenat Eisenlossel dengan pasukan Amboina dan Luitenant Poland (tampaknya) tetap dengan pasukan Madura.

Pasukan dari Madoera juga cukup lama bertahan dalam perang ini. Ini mengindikasikan kemampuannya semakin diakui oleh para petinggi militer Pemerintah Hindia Belanda. Masuknya pasukan Ambon menambah daftar pasukan pribumi. Jumlah pasukan Jawa juga semakin banyak yang diorganisasikan. Hingga bulan Agustus pasukan Madoera masih berada di bawah Letnan Poland (lihat Javasche courant, 21-08-1828).


Pada tanggal 22 November 1828 Letnan 2 F Poland memperoleh medali militer William Order (lihat Javasche courant, 30-04-1829)Ini mengindikasikasikan bahwa F Poland dalam Perang Jawa memiliki prestasi. Namanya sering disebut dalam laporan dari TKP. Catatan: Dua tokoh penting dalam Perang Jawa (1825-1830) adalah Pangeran Diponegoro dan Residen Nahuijs. Dalam hal ini, Diponegoro adalah pangeran Kraton Ngajogjakarta Adiningrat, sementara Luitenant Colonel HG Nahuijs adalah mantan Residen Soeracarta yang sejak awal perang diangkat menjadi komisaris Djogjakarta. Pada tahun 1822 HG Nahuijs harus meninggalkan posisinya sebagai Residen Soeracarta dan ditempatkan di Djocjocarta sebagai Residen yang baru. HG Nahuijs langsung mendapat masalah, gunung Merapi meletus pada akhir tahun 1822. HG Nahuijs harus bekerja keras memulihkan situasi dan kondisi penduduk. HG Nahuijs dalam posisinya sebagai Residen Djocjocarta awalnya berjalan normal. Namun secara perlahan-lahan mulai terasa ada gejolak politik terutama di lingkungan kraton Djogjocarta. Salah satu pangeran yakni Pangeran Diponegoro mulai melakukan perlawanan sehubungan dengan semakin intensnya kehadiran orang-orang Eropa/Belanda di wilayah Djocjocarta. Perlawanan Pangeran Diponegoro segera disambut sejumlah pangeran dan para bupati di berbagai tempat. Untuk mengatasi situasi dan meredam gejolak yang muncul, HG Nahuijs melakukan sejumlah ekspedisi ke berbagai tempat. Para pengikut Pangeran Diponegoro juga muncul di berbagai tempat melakukan pemberontakan.

Pada tahun 1929 legiun peran di Jawa diketahui telah mendapat kenaikan pangkat (lihat Javasche courant, 30-04-1829). Disebutkan van der Wijk menjadi Luitenanr Colonel. Juga Elout menjadi Luitenant Colonel. Mechiels masih tetap sebagai Majoor dan Poland sebagai Luitenant. Setel usaha Perang Jawa, pasukan Madoera dikembalikan ke Soemenep (lihat Javasche courant, 05-06-1830). Dalam satu penyambutan di Soemenep oleh Soeltan, disebutkan pasukan Madoera di bawah tiga perwira infrantri Poland, Pieplendbosh dan Iticks. Selain para pejabat, yang turut menyambut barisan Madoera ini adalah mantan pasukan Soemenep ke Perang Bone.

Tunggu deskripsi lengkapnya

AV Michiels Perang Jawa dan Alexander van der Hart Perang Padri: AV Michiels Mati Konyol di Bali, A van der Hart Mati Konyol di Sulawesi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar