Senin, 15 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (775): Jawa dan Batak, Peradaban Awal Nusantara; Pusat Percandian di Tanah Batak dan Tanah Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara (baca: Indonesia) peradaban awal terjadi sejumlah tempat. Peradaban yang secara khusus hanya terdapat di di Tanah Batak dan di Tanah Jawa. Namun sejarah peradaban awal di Tanah Batak kurang terpublikasikan. Selain hanya di Jawa, narasi sejarah kuno Indonesia (baca: Nusantara) yang monumental hanya di Sumatra bagian selatan (daerah aliran sungau Musi) dan di Sumatra bagian tengah (daerah aliran sungai Batanghari). Mengapa sejarah monumental di Sumatra bagian utara (daerah aliran sungai Batang Pane/Barumun) dikerdilkan?


Pada saat para peneliti sejarah dan ahli arkeologi yang berasal dari orang Belanda, Inggris dan Prancis sibuk mendiskusikan panjang lebar sejarah peradaban awal di Jawan di Siam dan Tiongkok serta Semenanjung Malaya, hanya sayup-sayup mendengar berita penemuan peradaban awal di Sumatra bagian utara (Tanah Batak). Pembahasan awal peradaban din Jawa (Singhasari dan Majapahit) menambah kesunyian dalam penemuan bukti peradaban awal di Tanah Batak di Tapanuli Selatan. FM Schnitger yang belum lama diangkat sebagai kepala dinas kepurbakalaan di Palembang tahun 1935 mendengat itu segera bergegas ke Padang Lawas (Tapanuli Selatan). Tidak ada peneliti lainnya yang ikut bergabung, FM Schnitger bekerja tidak melewatkan dan segera bekerja dengan sendiri. Studinya di Padang Lawas dengan cepat dipantau di Eropa khususnya di London. FM Schnitger, bukan orang Belanda tetapi seorang Jerman. Temuan FM Schnitger kurang terespon oleh peneliti-peneliti Belanda. Boleh jadi dengan nada menyindir FM Schnitger memberi judul buku yang banyak berkontribusi dari hasil penelitiannya di Padang Lawas dengan judul: ‘Forgotten Kingdoms in Sumatra’ yang diterbitkan tahun 1939.

Lantas bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti disebut di atas, pusat percandian hanya di Tanah Batak dan Tanah Jawa. Di Tanah Jawa ditemukan puluhan candi, di Tanah Batak juga ditemukan belasan candi. Hanya di dua wilayah ini di Indonesia yang memiliki pusat percandian.  Lalu bagaimana sejarah Jawa dan Batak, dua peradaban awal Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta era Portugis

Jawa dan Batak, Dua Peradaban Awal Nusantara; Pusat Percandian hanya di Tanah Batak dan Tanah Jawa

Tunggu deskripsi Sangat beruntung sejarah di Tanah Jawa memiliki teks Negarakertagama (1365 M) yang masih dapat ditemukan dan dapat dibaca pada masa ini. Satu yang penting adalah di dalam teks disebut nama (kerajaan) Majapahit pada pupuh/zang 8 (lihat Kern, 1919).  Dari sinilah sumber-sumber lain dihubungkan dan  temuan-temuan arkeologi dikaitkan.


Keberuntungan sejarah di Tanah Jawa terbilang tidak terduga. Hal itu disebut keberuntunga. Teks Negarakertagama ditemukan di puri Cakranegara di Lombok pasca berakhirnya Perang Lombok (1891-1894).  Jika teks itu terbakar dalam perang akan menjadi sejarah di Tanah Jawa menjadi sumir. Keberuntungan yang kedua, terjemahan Prof Kern menjadi berarti setelah sebelumnya ahli bahasa NH van der Tuuk yang telah menyusun kamus bahasa Kawi di Singaradja Bali.  Teks-teks bahasa Kawi sebelumnya nyaris tidak berarti karena menggunakan kamus yang telah dikembangkan di India, suatu kamus yang disusun oleh van der Tuuk. Dr NH van der Tuuk, sebelum ke Bali, telah lama di Tanah Batak dalam upaya Menyusun kamus dan tata bahasa Batak (1850-1857).

Teks Negarakertagama, terbilang teks yang terbilang tua dalam bentuk arsip (aksara Jawa kuno dengan bahasa Jawa kuno/Kawi) Teks-teks tua, kecuali teks-teks catatan Tiongkok dari berbagai dinasti, hanya ditemukan dalam bentuk prasasti-prasasti yang digurat di dalam permukaan batu. Teks prasasti tentu saja sangat ringkas relative terhadap teks Negarakertagama. Di dalam teks prasasti-prasasti yang ditemukan nama Majapahit. Teks Negarakertagama menjadi penyelamat data sejarah di Tanah Jawa. Teks tua serupa ini tidak ditemukan di Tanah Batak (hanya dalam teks prasasti). Boleh jadi teks di Tanah Batak pernah ada tetapi tidak terselamatkan.


Keberadaan candi-candi di Jawa (khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur) menjadi sangat berarti karena penemuan teks Negarakertagama. Seperti disebut di atas, dimana nama Majapahit disebut dalam teks menjadi factor penting menghubungkan bukti-bukti peradaban kuno di Jawa dengan nama Majapahit. Lalu bagaimana dengan candi-candi di Tanah Batak khususnya di wilayah Padang Lawas? Seperti halnya di Jawa, hanya candi dan prasasti yang tersisa, di Tanah Batak sejarah menjadi sangat sumir karena tidak ditemukannya teks seperti Negarakertagama di Jawa. Dalam hubungan ini, sejarah di Tanah Melayu (Sumatra bagian selatan, Riau dan Semenanjung), nama Melayu sendiri hanya ditemukan satu kata Malajoer di dalam teks prasasti Tanjore yang berasal dari abad ke-11 yang ditemukan di India. Nama Malaka dan dan nama Melayu tidak ditemukan di dalam teks Negarakertagama. Nama yang disebut di dalam teks di wilayah Semenanjung Malaya antara lain adalah nama-nama Tumasik, Ujung Medini, Pekan Muar dan Kelang.  

Teks Negarakertagama (1365) menginformasikan tentang keberadaan (kerajaan-kerajaan) di Tanah Batak. Dalam hal ini teks Negarakertagama juga keberuntungan bagi sejarah di Tanah Batak. Teks Negarakertagama menjadi kotak pandora, tidak hanya di Tanah Jawa tetapi antara lain juga di Tanah Batak. Nama-nama kerajaan di Tanah Batak yang disebut dalam teks Negarakertagama antara lain adalah Panai, Baroes, Haru, Mandailing dan Rokan. Namun yang menjadi kegalauan tentang sejarah di Tanah Batak, kerajaan apa Namanya, sepertyi di Jawa adalah kerajaan majapahit, di Tanah Batak? Apakah Panai, Mandailing dan lainnya adalah nama kerajaan di Tanah Batak?


Nama Baroes di Tanah Batak menjadi salah satu informasi awal tentang nusantara. Dalam catatan geografis Ptolomeus abad ke-2 di Eropa disebut sentra produksi produk kamper berada di Sumatra bagian utara. Sumber ini menjadi lebih terang pada abad ke-5 dimana sumber Eropa menyebutkan produk kamper diekspor dari pelabuhan yang disebut Baroes. Dalam prsasasti Kedoekan Boekit (682 M) disebutkan nama tempat Minanga, darimana raja berangkat dengan pasukan besar, beraangkat ke Jawa (prasasti Kota Kapoer 686 M). Nama Minanga pada era Hindia Belanda oleh para peneliti diinterpretasi (kota) Binanga di Padang Lawas. Kota Binanga ini tepat berada di muara sungai Panai di sungai Barumun.  Nama Panai sendiri pertama kali ditemukan dalam prasasti Tanjore (1030 M) dan Namanya tetap eksis hingga dicatatat dalam teks Negarakertagama (1365). Seperti kita lihat nanti, di wilayah Padang Lawas terdapat Kerajaan Aru Batak Kingdom (lihat Mendes Pinto 1537) dan peta-peta Portugis dan VOC/Belanda. Ibarat garis continuum rentang sejarah (kerajaan) di Tanah Jawa (Kalinnga, Seilendra/Mataram Kuno, Kediri, Singhasari, Majapahit dan Demak.Jepara) di Tanah Batak adalah dengan rentang dari Baroes, Panai/Mandailing hingga Aru).  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pusat Percandian hanya di Tanah Batak-Tanah Jawa: Dua Induk Peradaban Awal di Nusantara

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar