Minggu, 27 September 2020

Sejarah Manado (44) Penyerangan dan Para Bajak Laut di Wilayah Ternate; Teluk Poso Tomini, Perairan Manado, Sangihe-Talaud

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Wilayah (provinsi) Ternate dalam perspektif sejarah haruslah dilihat dari dua sisi. Dari sisi selatan di Amboina dan dari sisi barat di Manado. Dalam hal inilah Ternate dan wilayahnya memiliki posisi strategis. Amboina adalah pusat atau origin darimana Belanda-VOC berkuasa dan Manado adalah wilayah perluasan dan pengebangan baru. Wilayah provinsi Ternate meliputi wilayah yang sangat luas, begitu luasnya perairan, mulai dari teluk Tomini, Semenanjung Celebes hingga Sangihe-Talaud, kerap menjadi sasaran penyerangan dan perampokan. Para bajak laut juga ikut berperan.

Sebelum dan sesudah kehadiran orang Eropa (Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris) di berbagai wilayah di Hindia Timur, penyerangan dan perampokan adalah suatu yang jamak Antara kerajaan yang berdekatan kerap timbul perselisihan yang menyebabkan penyerangan dan upaya mempertahankan (perang). Penyerangan juga ada yang disertai perampokan dan penguasaan. Ini terjadi dimana-mana mulai dari pantai barat Sumatra hingga pantai timur Papoea. Semua motifnya berujung pada otif ekonoi. Kerajaan-kerajaan yang lemah semakin lemah dan kerajaan-kerajaan yang kuat semakin kuat. Sebagai eksesnya muncul perdagangan budak. Dalam situasi dan kondisi ini, sengaja tidak sengaja mengambil peran apakah untuk tujuan perdagangan maupun untuk meningkatkan kinerja perdagangan dengan membangun benteng-benteng yang kuat dan kemudian menata jalan ke dalam pembentukan pemerintahan (kolonisasi).

Lantas bagaimana sejarah penyerangan dan perampokan di wilayah (kesultanan) Ternate yang mencakup wilayah teluk Tomini, semenanjung Celebes hingga kepulauan Sangihe-Talaud? Catatan ini tampaknya kurang mendapat perhatian dan kurang terinforasikan. Padahal aspek ini adalah bagian sejarah masa lampau, sejarah yang menyertai kerajaan-kerajaan terkooptasi dan terbentuknya kerjasama dengan orang asing yang pada akhirnya terbentuk cabang-cabang pemerintah mereka. Bagaimana itu semua bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Manado (43): Manado Dipisahkan dari Ternate dan Gorontalo dari Manado; Perang Ternate dan Sisa Kebanggaan VOC

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Residentie Manado awalnya berpusat di Ternate. Itu bermula ketika Ternate (dan Tidore) menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang mana Portugis mengusir Spanyol (tersingkir ke Filipina). Pada tahun 1575 benteng Portugis di Tèrnate dikuasai Baab dari Kesultanan Ternate (Portugis terusir ke Tidore dan membangun benteng di Tidore pada tahun 1578). Lalu giliran Belanda pada tahun 1605 mengusir Portugis dari Amboina. Kerjasama Kesultanan Ternate dan Belanda (VOC) mengakhiri  pengaruh Spanyol di semenanjung Celebes dan pulau-pulau sekitar (Sangihe dan Talaud). Belanda VOC yang telah mendirikan cabang pemerintahan di Ternate (ditempatkannya Residen), lalu sejak 1661 mulai membangun benteng di Manado (benteng Amsterdam).

Kerjasama yang era antara Belanda-VOC dan Kesultanan Ternate menyebabkan Kesultanan Ternate menjadi sangat kuat di wilayah Gouverrnent Maloekoe yang mana Gubernur berkedudukan di Amboina. Selain Resident ditempatkan di Ternate, juga Resident ditempatkan di Banda. Ternate dan Banda adalah pusat perdagangan rempah-rempah yang paling potensial. Memang Portugis dan Spanyol telah berhasil diusir Belanda-VOC dari Hindia Timur, namun musuh VOC-Belanda yang selalu menjadi ancaman adalah Inggris dan Prancis. Perseteruan antara Belanda-VOC dengan Inggris puncaknya pulau Jawa dikuasai Inggris pada tahuan 1811 (berakhir 1916).

Ada satu interval masa sejarah Ternate yang membuat bangga VOC-Belanda. Perang itu terjadi pada tahun 1795. Sejarah ini kurang terinformasikan. Bagaimana itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Hal itulah yang membuat positioning Ternate begitu kuat. Namun karena perkembangan yang baru, wilayah Residentie Ternate dimekarkan pada tahun 1823 dengan membentuk Residentie Manado. Kebanggaan VOC-Belanda yang dulu, namun di era Pemerintah Hindia Belanda lambat laun terlupakan dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda seakan membelakangi Ternate karena semakin bersinarnya Manado. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 26 September 2020

Sejarah Manado (42): Sensus Penduduk 1930 Residentie Manado; Poso, Donggala, Gorontalo, Manado dan Sangihe-Talaud

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini 

Seberapa banyak jumlah penduduk pada satu abad lalu di provinsi Sulawesi Utara, tentu saja tidak ada relevansinya untuk kebutuhan perencanaan pebangunan pada masa kini. Namun dari perspektif sejarah jelas sangat penting. Catatan statistik penduduk adalah gambaran penduduk pada masa itu berapa banyak jumlah penduduk pribumi, jumlah warga Eropa dan warga Timur Asing (Cina dan Timur Asing lainnya). Gambaran ini menjadi sangat menarik jika diperhatikan distribusinya menurut wilayah.

Pada saat diadakan sensus penduduk tahun 1930, Residentie Manado terdiri dari lima afdeeeling, yakni: Poso, Donggala, Gorontalo, Manado dan Sangihe-Talaud. Masing-masing afdeeling ini terdiri dari dua atau lebih onderafeeling. Pada masa ini afdeeling Poso dan Donggala telah menjadi provinsi Sulawesi Tenggara dan afdeeling Gorontalo menjadi provinsi Gorontalo. Dua afdeeling yang tersia yakni afdeeling Manado dan afdeeling Sangihe en Talaud sebagai provinsi Sulawesi Utara.

Bagaimana distribusinya? Yang jelas kita akan mengetahui dimana populasi warga Eropa terbanyak ditemukan; bagaimana sebaran warga Cina di setiap wilayah (afdeeling). Warga Timur Asing lainnya meliputi Arab dan sebagainya. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita deskripsikan berdasarkan hasil sensu penduduk yang diadakan pada tahun 1930. Dala hal ini sensus penduduk 1930 dapat dianggap sebagai sensus modern pertama di Indonesia.