Rabu, 04 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (100): Perbatasan Indonesia di Kepulauan Riau; Perbatasan Laut Pulau Singapura & Kepulauan Natuna

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Seperti halnya di kepulauan Sangihe Talaud, perbatasan laut di kepulauan Riau memiliki sejarah tersendiri. Sejak zaman kuno sudah terhubung antara pulau Riau (juga disebut pulau Bintan) dengan Semenanjung (Johor). Diantara dua tempat yang sudah dikenal lama ini terdapat pulau, yang awalnya tidak berpenghuni yakni (pulau) Singapoera. Sejak era Portugis dan era VOC (Belanda) situasi dan kondisi di kawasan berbeda jika dibandingkan dengan sejak kehadiran Inggris. Perjanjian Traktat London 1824 mengubah segenap perbataasan di kawasan.

Latar belakang sejarah perbatasan antara Indonesia (pulau Bintan) dan (federasi) Malaysia (pulau Singapura) bermula ketika Inggis kehilangan koloni di Amerika Serikat yang sekarang, yang mana Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaaan pada tanggal 4 Juli 1776. Inggris yang telah mengambil properti VOC (Belanda) di India mulai memperluas koloni baru. Celakanya James Cooke merekomendasi Australia yang terbilang sudah dimiliki VOC sejak Abel Tasman (1642). Sehubungan dengan itu pos perdagangan Inggris di Bengkoeloe (juga terbilang diambil dari VOC), mulai melakukan invasi ke pantai barat Sumatra dengan memindahkan skuadron militer Inggris di Madras ke Bengkoeloe pada tahun 1778. Sejak itu VOC terusir dari pantai barat Sumatra. Tidak puas dengan itu Jawa diinvasi Inggrsi tahun 1811. Raffles yang memimpin pos perdagangan Inggris di Penang diminta menjadi Letnan Gubernur Jenderal di Batavia (wakil Gubernur Jenderal Inggris di Calcutta). Situasi politik di Eropa menyebabkan Inggris mengembalikan Hindia Timur kepada Belanda tahun 1816 (minus Bengkoeloe). Mungkin tidak berat bagi Inggris melepaskan Jawa, tetapi tidak dengan pantai barat Sumatra. Lalu muncullah perjanjian London 1824 dimana salah satu poin tukar guling Malaka dengan Bengkoeloe. Dengan modal pos perdagangan di (pulau) Penang dan (pulau) Singapoera menyatukan Semenanjung. Sejak inilah penarikan batas pulau Singapoera dan pulau Bintan dilakukan. Bagaimana dengan Natuna? Itu bersamaan kasusnsya dengan permasalahan wilayah Borneo Utara (Broenai), (lihat artikel sebelumnya tentang perbatasan Kalimantan).

Lantas bagaimana sejarah perbatasan di selat Singapoera? Bagaiman dengan sejarah perbatasan di pulau Natuna? Seperti disebut di atas, permasalahan perbatasan di Kepulauan Riau bermula dengan kehadiran Inggris. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 03 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (99): Perbatasan Indonesia di Sangihe Talaud; Perbatasan Laut Sengketa Amerika Serikat Tempo Dulu

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Tidak seperti perbatasan di daratam (pulau) perbatasan Indonesia juga ada di laut antara Indonesia dan Filipina yang sekarang. Oleh karena perbatasan sebagai perairan tidak terjadi isolasi wilayah seperti di Kalimantan dan Papua.  Antara satu pulau dan pulau lainnya di utara pulau Sulawesi sudah berlangsung sejak zaman kuno, terutama yang menghubungkan daratan Semenanjung Sulawesi dengan pulau Mindanao. Diantara pulau ini terdapat pulau-pulau yang lebih kecil yang menjadi penarikan batas wilayah antara Indonesia dan Filipina pada era Hindia Belanda dan Amerika Serikat.

Sejak zaman kuno pulau-pulau kepulauan Sangihe Talaud sekarang sudah terbentuk lulintas perdagangan antara Filipina (Spanyol) dan Indonesia (era VOC). Penduduk di kawasan pulau-pulau ini bahkan saat itu sudah terbilang berkembang. Namun adanya penarikan wilayah yurisdiksi terutama sejak era Amerika Serikat di Filipina (1898) lalu lintas penduduk dalam perdagangan, penduduk pulau-pulau di Sangihe Talaud harus berorientasi ke Manado (ibu kota Residentie). Pada situasi inilah pulau-pulau di sebelah utara kepulauan Sangihe Talaud sekan terisolasi (ke utara di Filipina dilarang, ke selatan di Manado sungguh sangat jauh). Penduduk mulai mengalami kemunduran hingga terjadi sengketa pulau Miagas antara Hindia Belanda dan Amerika Serikat (sejak 1898). Setelah sempat berlarut-larut, kasus pulau Miagas akhirnya menjadi wilayah Indonesia. Untuk mengatasi isolasi pulau-pulau di utara, terutama pulau Miagas, pemerintah masa kini sudah membuka akses dengan membangun lapangan terbang di pulau Miangas.

Lantas bagaimana sejarah perbatasan Indoneesia di perairan Laut Sulawesi dengan negara Filipina? Seperti disebut di atas, awal sengketa pulau Miangas pada tahun 1898 antara Amerika Serikat dan Hindia Belanda telah menjadi penting soal perbatasan. Yang jelas pada masa kini sudah akses penerbangan dengan pulau Miagas dari Manado. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 02 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (98): Perbatasan Papua, Pembangunan Jalan Paralel Buka Isolasi; Keerom, Peg. Bintang, Boven Digul

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Perbatasan Indonesia di (provinsi) Papua ada lima kabupaten: Jayapura, Keerom, Pegunungan Bintang, Boven Digul dan Merauke. Namun hanya tiga kabupaten yang benar-benar terisolasi yakni Keerom, Pegunungan Bintang, Boven Digul. Kabupaten Jayapura di utara dan kabupaten Merauke di selatan memiliki perbatasan pantai. Pembangunan jalan paralel adalah satu-satunya solusi untuk membuka isolasi dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di wilayah perbatasa,

Berdasarkan informasi dari Kementerian PUPR rencana pembangunan jalan perbatasan Indonesia-Papua Nugini (PNG) dari Merauke hingga Jayapura di provinsi Papua sepanjang 1.098 Km. Ruas yang sudah selesai adalah jalan perbatasan ruas Sota-Erambu-Bupul sepanjang 111 Km, ruas Bupul-Muting sepanjang 38 Km dan ruas Muting-Boven Digoel sepanjang 195 Km. Dari total jalan perbatasan dari Merauke-Jayapura sepanjang 1.098 km, hingga akhir tahun 2018 sudah tersambung 931 Km. Sementara itu di wilayah provinsi Papua dan provinsi Papua Barat juga terus digiatkan pembangunan Jalan Trans Papua dengan total panjang 3.462 Km (sedangkan yang belum tembus sepanjang 16 kilometer).

Lantas bagaimana sejarah perbatasan Indonesia di pulau Papua? Seperti disebut di atas, bahwa pada masa kini sudah mulai ada akses dengan dibangunnya jalan paralel di wilayah Indonesia. Namun sebelum mencapai kemajuan itu seperti apa situasi dan kondisi di wilayah perbatasan Indonesia di pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.