*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Alun-alun kota biasanya tidak berubah sepanjang waktu. Lantas apakah ada aloon-aloon Kota Bogor? Ada. Akan tetapi kurang terinformasikan. Bahkan jika dihitung masa kini, ketika Kota Bogor membangun alun-alun kota, sesungguhnya pembangunan alun-alun kota yang baru ini adalah relokasi yang kedua kali. Apa sebab sesungguhnya yang terjadi? Banyak kepentingan. Relokasi yang pertama dari tengah kota ke pinggiran di Empang untuk mengusir penduduk pribumi dari tengah kota. Relokasi yang kedua (sekarang) kembali ke tengah kota. Tidak dalam rangka mengusir warga kota, tetapi harus menggusur Taman Ade Irma Suryani Nasution dan patung Kapten Muslihat.
Alun-alun kota biasanya tidak berubah sepanjang waktu. Lantas apakah ada aloon-aloon Kota Bogor? Ada. Akan tetapi kurang terinformasikan. Bahkan jika dihitung masa kini, ketika Kota Bogor membangun alun-alun kota, sesungguhnya pembangunan alun-alun kota yang baru ini adalah relokasi yang kedua kali. Apa sebab sesungguhnya yang terjadi? Banyak kepentingan. Relokasi yang pertama dari tengah kota ke pinggiran di Empang untuk mengusir penduduk pribumi dari tengah kota. Relokasi yang kedua (sekarang) kembali ke tengah kota. Tidak dalam rangka mengusir warga kota, tetapi harus menggusur Taman Ade Irma Suryani Nasution dan patung Kapten Muslihat.
Aloon-Aloon kota Buitenzorg (Peta 1880) |
Mengapa begitu
penting keberadaan alun-alun kota? Banyak kegunaan. Kegunaan yang pertama adalah
mempercantik ruang spasial kota. Kedua, untuk dijadikan ruang sosial warga
kota. Ketiga, untuk dijadikan tempat monumen tertentu (biasanya monumen yang
terkait perjuangan bangsa). Lantas seperti apa alun-alun kota Bogor terdahulu?
Nah, itu dia. Itu penting karena dapat dibandingkan dengan alun-alun Kota Bagor
yang baru. Untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah
nasional Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Aloon-Aloon Hoofdplaats Buitenzorg
Dimana letak aloon-aloon kota Bogor yang pertama, tidak
ada yang pernah menulisnya. Juga dimana lokasi aloen-aloen kota Bogor yang
kedua tidak ada yang menulisnya. Oleh karena itu, ketika Pemerintah Kota Bogor
yang sekarang ingin membangun Alun-Alun Kota, seakan hal itu baru. Padahal kota
Bogor di masa lampau sama dengan kota-kota lain yang juga memiliki alun-alun
kota. Alun-alun kota adalah penanda navigasi suatu kota (mengikuti model
kota-kota di Eropa-Belanda). Alun-alun kota Bogor adalah salah satu dari dua
kota pertama di Hindia Belanda yang memiliki alun-alun (tentu saja kraton
Djogdjakarta memiliki aloon-aloon tersendiri)..
Pada
era VOC, alun-alun kota Batavia berada di sisi timur benteng Kasteel Batavia.
Alun-alun ini disebut Koningsplein. Pada era Pemerintah Hindia Belanda,
Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) ketika membangun ibu kota baru di
Weltereden, secara sadar membeli lahan di Risjwijk untuk menyediakan ruang
spasial untuk dibangun alun-alun kota. Alun-alun ini juga disebut Koningsplein
(kini area Monas). Gubernur Jenderal Daendels juga membangun alun-alun di kota
Buitenzorg.
Dimana letak aloon-aloon kota Bogor yang pertama
sebagaimana direncanakan oleh Gubernur Jenderal Daendels? Letaknya berada di arah barat daya
kantor-gedung Asisten Residen Buitenzorg. Alun-alun ini berada di kampong
Gedong Sawah. Kantor Asisten Residen Buitenzorg berada di depan villa-istana
Buitenzorg. Gedung Asisten Residen Buitenzorg ini masih eksis hingga ini hari
di dekat Hotel Salak Bogor. Kantor Asisten Residen dengan bangunan Hotel Salak dipisahkan
oleh jalan Gedong Sawah yang sekarang.
Pada era VOC jalan utama adalah jalan Sudirman
yang sekarang, mulai dari jembatan Kedong Badak (kini jembatan Warung Jambu)
terus ke Pilar (kini Air Mancur) terus ke depan villa-istana (kini jalan
Sudirman) lalu berbelok ke arah kantor pos yang sekarang dan kemudian lurus ke
kampong Babakan Pasar (jalan ini kini berada di dalam kebun raya yang
sekarang). Jalan lurus ke arah timur ke Babakan Pasar ini bersambung jalan
lurus ke arah barat ke Tjiomas (Goenoeng Batoe) yang kini disebut jalan Kapten
Muslihat. Jalan Gedong Sawah sendiri yang tersambung dengan jalan Abesin yang
sekarang adalah jalan kampong yang dilalui oleh pedati dari Kedong Badak ke
Pasar (di Babakan Pasar).
Aloon-aloon kota Buitenzorg ini cukup luas saat itu. Kini
luasnya sekitar area antara jalan Gedong Sawah, jalan Juaanda, jalan Kapten
Muslihat, jalan Dewi Sartika, jalan Pengadilan dan bertemu lagi jalan Gedong
Sawah. Namun dalam perkembangannya aloon-aloon kota Buitenzorg ini lambat laun
berkurang, apakah dijual atau disewakan, sehubungan dengan munculnya sejumlah
bangunan baru. Bangun yang pertama muncul adalah pembangunan hotel di depan
istana (Logement Buitenzorg) dan gedung Societeit.
Area Alun-Alun Kota Bogor Tempo Doeloe (Now) |
Aloen-Aloen Empang
Sebelum aloen-aloen Empang dibangun, area aloon-aloon
kota Buitenzorg direncanakan untuk peruntukkan untuk bangunan pemerintah dan
bangunan komersil. Aloon-aloon Buitenzorg dikorbankan dan sebagai alternatif
akan dibangun alun-alun baru di Empang. Mengapa di Empang?
Aloon-Aloon kota Buitenzorg (Peta 1880) |
Dengan adanya aloen-aloen
Empang, tamat sudah aloon-aloon kota Buitenzorg. Area eks aloon-aloon, wilayah
kampong Paledang, wilayah kampong Gedong Sawah dan wilayah kampong Pabaton
menjadi area Eropa-Belanda. Pembangunan aloen-aloen Empang menjadi penanda
pemisahan antara wilayah orang Eropa-Belanda dengan wilayah penduduk pribumi.
Kilas Balik Alun-Alun Kota Bogor:
Menggusur Taman Ade Irma Suryani Nasution
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar