Selasa, 08 Desember 2020

Sejarah Singapura (21): Sejarah Jepang di Singapura Sudah Sedari Dulu; Pendudukan Militer Jepang 1942 Malapetaka Singapura

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah orang Jepang di Singapura tidak hanya sebatas tahun 1942-1945. Orang-orang Jepang di Singapura sudah ada sejak era VOC. Namun kehadiran orang Jepang di Singapura baru intens pada era Pemerintah Hindia Belanda. Seperti halnya di Manado (Semenanjung Celebes), orang-orang Jepang juga menjadikan Singapura untuk transit ke berbagai kota-kota di Hindia Belanda. Singkat kata: Singapura bagi orang Jepang adalah kota (pelabuhan) terpenting di selatan Laut Cina.

Dalam Perang Pasifik, militer Jepang merangsek dari Cina ke Indochina melalui Semenanjung Malaya terus ke Singapura (Inggris). Itu adalah jalur pasukan darat. Singapoera akan dijadikan Jepang sebagai ibu kota perang. Sementara pasukan udara untuk membackup pasukan laut memborbardir batas-batas terluar Indonesia (baca: Hindia Belanda) di selat Singapura (perbatasan pulau Singapura dan pulau Bintan), di Tarempa (Natoena) 10 Desember 1941, di (pulau) Tarakan 11 Januari 1942 dan Manado (Minahasa) 11 Januari 1942. Bagaimana pasukan udara mengetahui titik-titik serangan? Target kedua Jepang adalah Batavia (Belanda): Ingin mengusir Belanda dan bekerjasama dengan pemimpin Indonesia. Bagaimana Jepang mengetahui segalanya? Yang jelas Kerajaan Jepang sudah sejak lama memiliki konsulat di Singapoera, Penang, Medan, Batavia dan Soerabaja. Pada tahun 1918 seorang jurnalis Parada Harahap membongkar prostitusi wanita Jepang di Medan yang dikoordinir oleh germo yang berpusat di Singapoera. Usaha Parada Harahap diapresiasi konsulat Kepang di Medan. Pada tahun 1933 Parada Harahap memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang (termasuk diantaranya revolusioner muda Indonesia Mohamad Hatta). Pada saat dimulai Perang Pasifik, nama Indonesia dimuliakan oleh Jepang. Pada tahun 1943 setelah Belanda terusir, pimpinan tertinggi militer Jepang di Singapoera bekerjasama dengan tiga tokoh Indonesia terpenting: Soekarno, Mohamad Hatta dan Parada Harahap.

Lantas bagaimana sejarah orang Jepang di Singapura? Seperti disebut di atas, sejarah Jepang di Singapura sudah berlangsung sejaka lama. Lalu bagaimana Singapura begitu penting bagi Jepang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Jepang di Singapura Sedari Dulu: Posisi Saigon

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perang Pasifik (1941): Ibu Kota Asia Tenggara di Singapura

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar