Minggu, 22 November 2020

Sejarah Riau (10) Sejarah Bengkalis, Awal Pantai Timur Sumatra; Ibu Kota Relokasi ke Medan, Bengkalis Integrasi Siak Indrapura

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini 

Bengkali di pulau Bengkalis. Pulau Bengkalis begitu dekat ke pantai timur pulau Sumatra. Tidak diketahui seberapa tua nama Bengkalis. Namun namanya mirip-mirip dengan nama kuno (pulau) Bangka. Yang jelas nama Bengkalis semakin penting ketika Pemerintah Hindia Belanda pos perdagangan di Bengkalis. Pos ini pada tahun 1850an ditempatkan seorang Controleur untuk membantu Residen di Riouw (di Tanjdjong Pinang, Bintan).

Partner Controleur di Bengkalis adalah Soeltan Siak Indrapora di pedalaman (Sumatra) di daerah aliran sungai Siak. Pada tahun 1863 Residen Riouw Netscher (mantan Residen Tapanoeli) bersama Controleur Bengkalis berkunjung ke Laboehan di muara sungai Deli. Kunjungan ini atas restu Soeltan Siak untuk menekan para pemimpin Batak dan pemimpin Atjeh di Deli. Kota-kota pelabuhan di pantai timur sebelumnya telah diinvasi oleh Kesultanan Siak yang lalu keumudian di kota-kota tersebut, terutama Laboehan (Deli) dan Tandjoengpoera (Wampu) dianeksasi oleh Kesultanan Atjeh. Setelah kunjungan Netscher ini, pada tahun 1864 ditempatkan seorang Controleur di Laboehan (Deli). Dalam hubungan ini kemudian di Bengkalis status Controleur ditingkatkan menjadi Asisten Residen.

Bagaimana sejarah Bengkalis? Seperti disebut di atas bermula di Riau di Tandjongpinang di pulau Bintan. Lantas bagaimana perkembangan selanjutnya? Perkembangan di Deli dan perkembangan di Siak menyebabkan Bengkalis ditinggalkan. Ibu kota pantai timur Suatra direlokasi dari Bengkalis ke Medan (Deli) dan wilayah Bengkalis diintegrasikan ke Siak Indrapoera. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Riau (9) Karimun di Selat Malaka, Pulau Aru Kerajaan Aru; Jembatan Antara Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini

Nama Karimun dan nama Karimata adalah nama-nama kuno. Pulau Karimun berada di antara pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Sementara pulau Karimata berada di antara pulau Sumatra dan pulau Borneo. Seperti halnya nama Sumatra, nama Malaya juga nama kuno (merujuk pada nama Himalaya; Malaya menurunkan nama Malay, Malaysia dan Melayu). Akan tetapi nama Borneo adalah nama baru yang diberikan oleh orang Portugis pada tahun 1524 (merujuk pada nama pelabuhan di pantai utara pulau Kalimantan yakni Boernai; kini Brunai). Nama Kalimantan juga merujuk pada nama Karimata.

Pulau Karimun juga ditemukan di pantai utara Jawa. Untuk membedakan Karimun di selat Malaka maka disebut Karimun Jawa. Identifikasi nama Karimun Jawa ini diduga dimulai sejak orang Portugis berada di (pelabuhan) Malaka pada tahun 1511. Nama Karimun Jawa kini dijadikan nama kecamatan di kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sedangkan nama Karimun di selat Malaka dijadikan nama kabupaten. Salah satu nama kecamatan di kabupaten Karimun, provinsi Kepulauan Riau adalah kecamatan Moro. Nama Moro merujuk pada orang-orang Moor beragama Islam yang berasal dari Afrika Utara di laut Mediterania. Orang-orang Moor adalah pendahulu (predecessor) sebelum kedatangan orang-orang Portugis. Orang-orang Moor adalah pelaut-pelaut yang memperkuat Kerajaan Aroe dan kerajaan-kerajaan di Atjeh. Kerajaan Aru berada di pantai timur pulau Sumatra di daerah aliran sungai Barumun yang berseberangan dengan kerajaan Malaka di pantai barat Semenanjung Malaya. Di antara dua kerajaan ini di selat terdapat pulau Aru.

Bagaimana sejarah Karimun? Seperti disebut di atas, nama Karimun adalah nama kuno dan di kepulauan Karimun terdapat nama pulau Moro. Lantas bagaimana sejarah Karimun? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.