Selasa, 05 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (153): Hari TNI 5 Oktober (1945) dan KRI Multatuli di Laut Natuna; Tentara Indonesia, TKR, TRI, TNI

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Baru saja usai ipacara Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dipusatkan di Istana Negara yang langsung dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Acara ini juga dilakukan konferen Presiden dengan para pasukan di berbagai titik seperti di perbatasan Israel, pulau Rote dan Natuna. Dalam laporan dari Natuna disebutkan keberadaan KRI Multatuli. Dalam acara juga dipertonton skuadron angkatan udara melakukan manuver yang terlihat dari halaman istana dimana upacara diselenggrakan. Pada tahun ini (2021) HUT TNI yang diperingati setiap tanggal 5 Oktober merupakan perayaan yang telah mencapai tahun ke-76.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia yang disingkat TNI (lihat https://tni.mil.id).

Lantas bagaimana sejarah TNI bermula? Tentu saja sudah banyak ditulis seperti yang dikutip dari situs TNI di atas. Dalam blog ini juga sudah pernah diupload tentang sejarah TNI. Lalu mengapa sejarah TNI dirtulis lagi? Sejarah tetaplah sejarah. Sejauh ditemukan data baru, maka narasi sejarah (TNI) tetap harus diperbaiki. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (152): Pemulihan Hubungan Belanda-Indonesia; ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang hingga Benci Tapi Rindu’

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tak ada kerinduan orang Indonesia kepada orang Belanda. Sebaliknya yang ada adalah kerinduan orang Belanda terhadap Indonesia. Yang dirindukan bukan orang Indonesia, tetapi wilayah Indonesianya. Pada masa ini frase ‘benci tapi rindu’ bagai judul lagu, diartikan bahwa orang Belanda benci kepada orang Indonesia tetapi rindu terhadap tanah airnya. Sedangkan orang Indonesia kini tidak peduli orang Belanda maupun tanah airnya. Banyak negara yang menjadi tujuan orang Indonesia di luar negeri. Mungkin orang Indonesia lebih suka ke Inggris atau Amerika Serikat daripada ke Belanda. Hubungan Indonesia dan Belanda dalam arti kultural berakhir saat terjadi perang kemerdekaan (1945-1949).

 

Secara umum, orang Belanda sejak tempo doeloe tidak sepenuhnya percaya kepada orang Belanda. Ini bermula ketika pelaut-pelaut Belanda datang di Indonesia (baca: Banten, Hindia Timur), sudah menunjukkan arogan. Akibatnya mereka terusir dari (pelabuhan) Banten. Tapi mereka diterima dengan baik di Bali karena sudah bersikap baik (setelah menyadari melakukan kesalahan di Banten). Pada era VOC sikap arogansi itu tetap terjadi seiring dengan semakin menguatnya pelaut-pelaut Belanfa yang berpusat di Maluku yang kemudian relokasi ke Batavia (VOC). Selain arogan, diantara orang-orang Belanda banyak yang bersifat rasialis bahkan hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Sikap rasialis itu ditunjukkan dengan pembagian warga dimana orang Eropa/Belanda di atas, orang Timur Asing di tengah dan orang pribumi (Indonesia) di strata paling bawah. Dalam berbagai hal, orang Indonesia dianggap tidak penting (dan hanya sebagai subjek).

Lantas bagaimana sejarah pemulihan hubungan Belanda dengan Indonesia? Seperti disebut di atas, hubungan itu terputus sejak Belanda ‘ingkar’ terhadap isi perjanjian hasil KMB 1949 terkait dengan masalah Irian Barat. Perjuangan merebut Irian Barat dimulai Presiden Soekarno. Lalu bagaimana sejarah pemulihan hubungan Belanda dengan Indonesia?.Itu baru dimulai pada era Presiden Soeharto. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 04 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (151): Bahasa Indonesia di Belanda; Indo Ambon Manado Minahasa Timor Papua dan Sebagainya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada penutur bahasa Indonesia di Belanda? Ada, malah banyak. Mereka itu adalah orang-orang Indonesia dan orang-orang Belanda yang pernah di Indonesia pada era Hindia Belanda. Generasi berikutnya di Belanda (terutama yang tergolong Indo) juga banyak yang bisa berbahasa Indonesia terutama warga Belanda keturunan Indonesia seperti dari Ambon.Maluku, Manado/Minhasa dan Timor. Mereka ini sebenarnya sangat mencintai Indonesia, hanya karena politik yang memisahkan.  

Orang Belanda di Indonesia (baca: Hindia Timur) sudah sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka memperkenalkan bahasa Belanda dan juga belajar berbahasa Melayu. Dengan demikian dimungkinkan berkomunikasi menjadi lebih baik. Terjadinya pendudukan Jepang, bahasa Indonesia dipromosikan dan mendapat tempat (sebagai bahasa resmi), maka penggunaan bahasa Belanda lambat laun berkurang (sebab selama pendudukan Jepang semua orang Belanda diinternir di kamp-kamp konsentrasi). Sejak takluknya Jepang terhadap Sekutu dan tidak lama sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, orang-orang Belanda dibebaskan. Dalam fase ini orang-orang Belanda kembali eksis di Indonesia (selama perang kemerdekaan). Namun adanya pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (sejak 27 Desember 1949) orang-orang Belanda yang ada di Indonesia pulang ke Belanda. Pada saat terjadi nasionalisasi (sejak 1952) banyak orang Indonesia yang lebih memilih menjadi warga negara Belanda, seperti dari Ambon/Maluku dan Manado/Minahasa. Mereka yang memilih menjadi warga negara Belanda inilah yang kini menjadi penutur bahasa Indonesia di Belanda.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Indonesia di Belanda? Seperti disebut di atas, sejarah hubungan Belanda dan Indonesia (baca: sejak Hindia Timur) sudah sejak lama dan banyak orang Belanda bisa berbahasa Melayu/Indonesia. Dalam konteks inilah bahasa Indonesia ada di Belanda. Warga Belanda keturunan Indonesia kini banyak yang dwibahasa (bahasa Belanda dan bahasa Indonesia, seperti halnya kita bahasa Indonesia dan bahasa daerah). Lalu bagaimana sejarah bahasa Indonesia di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.