*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola Indonesia di blog ini Klik Disini
Nama nenek Ole Romeny adalah Helene Wilhelmina Degenaars. Ia lahir di Medan, Sumatera Utara, yang menjadi salah satu alasan Ole Romeny memiliki darah keturunan Indonesia. Nama lengkap: Helene Wilhelmina Degenaars w/v ter Haar Romenij atau Helene Wilhelmina Degenaars. Lahir di: Medan, Sumatera Utara, pada 2 April 1923. Melalui neneknya inilah Ole Romeny memiliki darah Indonesia dan memenuhi syarat untuk dinaturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia.
Ole Romeny adalah seorang pemain sepak bola profesional yang bermain sebagai penyerang untuk klub Kejuaraan EFL Inggris, Oxford United, dan mewakili tim nasional Indonesia. Berikut adalah beberapa informasi penting tentang dirinya: Tanggal Lahir: 20 Juni 2000. Tempat Lahir: Belanda. Posisi: Penyerang/Striker. Klub Saat Ini: Oxford United F.C. Tim Nasional: Indonesia (memiliki garis keturunan Indonesia dari nenek ibunya yang berasal dari Medan, dan resmi menjadi Warga Negara Indonesia pada Februari 2025). Karier: Sebelum bergabung dengan Oxford United, ia bermain untuk klub Eredivisie (liga utama Belanda) seperti FC Utrecht. Prestasi: Ia mencetak gol penting untuk timnas Indonesia, termasuk gol tunggal penentu kemenangan melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, yang membuatnya meraih penghargaan gol terbaik AFC untuk periode tersebut. Status Terkini: Ia baru-baru ini kembali bermain setelah pulih dari cedera pergelangan kaki yang membuatnya menepi cukup lama (AI Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Ole Romeny anak Medan, cucu Helene Wilhelmina Degenaars? Seperti disebut di atas, neneknya Helene Wilhelmina Degenaars lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 2 April 1923. Atas dasar itulah Ole Romeny menjadi pemain diaspora Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Ole Romeny anak Medan, cucu Helene Wilhelmina Degenaars? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Ole Romeny Anak Medan, Cucu Helene Wilhelmina
Degenaars; Sepak Bola Bermula di Medan
Pada tahun 1919 di Medan, Thomas Degenaars ditunjuk sebagai sekretaris-bendahara Deli Sport Vereeniging (DSV) (lihat Deli courant, 05-08-1919). Disebutkan Thomas Degenaars, beralamat Kanonnenweg 13, bertindak sebagai pelaksana tugas sekretaris-bendahara DSV. Sebagaimana diketahui DSV didirikan di Medan pada tahun 1898.
Deli courant, 30-12-1919:’ DSV mengadakan rapat umum tahunan Asosiasi Olahraga Deli kemarin malam di Hotel Medan, dipimpin oleh Bapak Jongeneel. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tingkat kehadiran sangat rendah. Bapak Degenaars menyampaikan laporan tahunan asosiasi untuk tahun 1919. Setelah menyelesaikan beberapa tugas administratif, para anggota dewan dipilih. Bapak Jongeneel terpilih kembali sebagai ketua; Bapak Degenaars sebagai wakil ketua; Bapak Van Donselaer sebagai sekretaris-bendahara; dan Bapak Ten Cate diangkat sebagai komisaris untuk sepak bola; Bapak Suing sebagai komisaris untuk hoki; dan Bapak Daudey sebagai komisaris untuk kriket. Kemudian diumumkan bahwa firma Maurice Wolf telah memberikan piala perak kepada DSV, yang akan dipertandingkan dalam kompetisi sistem gugur. Agar klub-klub di luar Medan dapat berpartisipasi dalam pertandingan ini, dewan memutuskan untuk menyumbangkan setengah dari penerimaan kepada klub-klub yang bertanding. Sebuah permintaan telah diterima dari Persatuan Sepak Bola Sumatera Timur untuk mengalokasikan sepertiga dari penerimaan untuk dana ketiga Asosiasi. Setelah berdiskusi, diputuskan untuk menyumbangkan seperenam dari penerimaan tersebut’.
Pegiat sepak bola di Hindia Belanda, termasuk di Medan, seperti Thomas Degenaars biasanya berlatar sepak bola ketika masih di Belanda. Oleh karena adanya latar belakang itu yang menyebabkan para orang muda Belanda terus aktif membangun sepak bola di Medan dan kota-kota lainnya di Hindia. Tidak jarang para penggiat sepak bola seperti di Medan ini, sejak 1890an, adalah pemain professional (klub sepak bola) di Belanda seperti Haarlem (HVV), Sparta, Go Ahead dari Wageningen, Rapiditas (Rotterdam) dan lainnya (tentu saja klub Ajax dan Feyenoord belum lahir). Para "gibol" Belanda ini datang ke Hindia karena berbagai alasan seperti mengikuti orang tua (keluarga), merantau untuk alasan mencari atau mendapat pekerjaan dan sebagainya.
Dua negara sepak bola terawal di Eropa adalah Inggris dan Belanda. Klub-klub Belanda kerap bertangdi ke Inggris (demikian sebaliknya). Para perantau dari dua negara ini yang menginisiasi terbentuknya iklim sepak bola di wilayah tropis seperti di kota-kota di Jawa, di Sumatra, Singapoera dan Penang. Untuk menyiasatinya (adaptasi) biasanya seperti di Medan, pertandingan diadakan sore hari sekitar pukul 17 dengan durasi 2x30 menit. Seperti kita lihat nanti, pertandingan sepak bola pertama di Hindia diadakan di Medan pada tahun 1893 yang mana tim kesebelasan Penang (Inggris) berkunjung ke Medan (Belanda) (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 02-01-1894). Sejak inilah pertandingan sepak bola terus berlanjut di Medan (yang kemudian terbentuk klub sepak bola pertama di Medan pada tahun 1898—DSV). Klassemen 1e Kl. Club di Belanda tahun 1896 (lihat De Telegraaf, 03-02-1896). Catatan: 1e Kl. Club, kini Eredivisie.
Pada tahun 1920 Thomas Degenaars terinformasikan melangsungkan pernikahan dengan TW Fortuin di Singapore pada tanggal 20 September (lihat De Sumatra post, 24-09-1920). Disebutkan menikah Th Degenaars menikah dengan Tr. W. Fortuin di Singapoera tanggal 20 September 1920. Siapa Trintje Wilhelmina Fortuin?
Pada tahun 1921 anak pertama mereka lahir (lihat De Sumatra post, 31-10-1921). Bapak dan Ibu Degenaars dengan ini mengumumkan kelahiran putra kami, Tom. Medan, 30 Oktober 1921. Pada tahun 1923 anak kedua mereka lahir (lihat De Sumatra post, 03-04-1923). Disebutkan Bapak dan ibu Th Degenaars-Fortuin dengan ini mengumumkan kelahiran putri kami, Helene Wilhelmina. Medan, 2 April 1923).
De Sumatra post, 28-04-1923: ‘Tim Veteran HFC – Oostkustelftal. Selasa depan, pertemuan yang telah diumumkan sebelumnya antara tim yang terdiri dari mantan anggota HFC dan tim pemain dari Oostkustelftal akan diadakan di lapangan DSV., untuk menghormati HFC Haarlem, yang kembali ke markas lamanya tahun ini, sehingga memenuhi harapan Mannus Franken, yang, ketika ia pergi ke Hindia Belanda dan HFC masih di divisi pertama, berkata: "Saya berharap dapat bertemu HFC lagi sekembalinya ia, sama seperti ia meninggalkan klubnya!". Fakta bahwa HFC adalah tim Belanda yang paling simpatik terbukti dari fakta bahwa bahkan di Medan, kami merayakan kemenangan ini bersama HFC. Tidak ada perubahan pada tim HFC yang telah diumumkan sebelumnya yang akan bermain pada hari Selasa, sementara tim lawan adalah Angenent Sr dan Themmen akan digantikan oleh Reinders dan Degenaars. Sebuah pertemuan yang menarik mungkin menanti para penonton. Kami kemudian mengetahui bahwa Serrière juga tidak dapat berpartisipasi dalam tim Oostkustelftal dan akan digantikan oleh van der Zant’.
Th Degenaars belum lama, paling tidak baru terinfomasikan di Medan pada bulan Mei 1919 (lihat De Sumatra post, 21-05-1919). Pada bulan Mei 1923, Th Degenaars mendapat kabar ayahnya Leendert Degenaars meninggal dunia di Rotterdam (lihat Deli courant, 02-05-1923). Disebutkan surat terakhir dari Rotterdam menyampaikan kabar duka atas meninggalnya ayah mertua dan kakek kami tercinta, Leendert Degenaars, di usia 63 tahun. Yang berduka Th Degenaars-Fortuin.
Leendert Degenaars (di Rotterdam), Th Degenaars dan Helene Wilhelmina Degenaars (di Medan) adalah garis keturunan keluarga (marga) Degenaars antara Rotterdam dan Medan. Leendert Degenaars sendiri menikah dengan Barbera van Zijst di Zwijndrecht (lihat Nieuwsblad, gewijd aan de belangen van de Hoeksche Waard, IJselmonde, Kralingen & Vlaardingen, 18-03-1882), Disebutkan keduanya sama-sama berusia 22 tahun. Leendert Degenaars diduga adalah cucu dari Th Degenaars (lihat Nieuwsblad, gewijd aan de belangen van de Hoeksche Waard, IJselmonde, Kralingen & Vlaardingen, 06-12-1884). Disebutkan di Strijen, Th Degenaars meninggal dalam usia 80 tahun (suami dari alm. G Kolders). Th Degenaars di Medan dapat dibedakan dengan Th Degenaars yang lain (lihat Bredasche courant, 02-04-1906). Disebutkan telah berpulang hari ini, di usia 63 tahun, di antara orang-orang lain, dengan tenang dan lembut, setelah masa penderitaan yang panjang, ayah kami tercinta Isaak Degenaars. Atas nama semua, Thomas Dagenaars. Breda, 31 Maret 1906. Dagblad van Noord-Brabant, 26-08-1905: ‘Sebuah tongkang lengkap seberat 19 Ton tersedia dengan harga terjangkau dari Thomas Degenaars di Syracuse. Dagblad van Noord-Brabant, 04-01-1908: ‘Th Degenaars adalah seorang agen perdagangan di Klundert. Foto: Lapangan Esplanade tahun 1890
Dalam hal ini diduga nama Th Degenaars digunakan oleh dua keturunan keluarga (marga) Degenaars. Lantas siapa Th Degenaars di Medan? Pada tahun 1895 diberitakan kelahiran dengan nama Th Degenaars (lihat Nieuwe Haarlemsche courant, 18-08-1895). Pada tahun 1914 diadakan ujian akhir di sekolah Handelschool di Rotterdam sebanyak 39 orang siswa yang mana yang lulus antara lain Th Degenaars (lihat De Maasbode, 08-07-1914).
Pada tahun 1915 diadakan ujian tata buku (boekhouden) di Mercurius dengan
diploma salah satu diantaranya Th Dagenaars di Rotterdam (lihat De Maasbode, 13-07-1915).
Th Dagenaars kemudian mengikuti pendidikan bahasa di Mercurius dan mendapat
diploma korespondensi bahasa Spanyol (lihat Rotterdamsch nieuwsblad, 22-07-1916).
Pada tahun 1917 Th Dagenaars lulus ujian diploma korespondensi bahasa Prancis
(lihat Rotterdamsch nieuwsblad, 03-01-1917). Pada tahun 1918 Th Dagenaars lulus
diploma korespondesi perdagangan bahasa Inggris di Amsrterdam (lihat De
Maasbode, 15-01-1918).
Setelah mendapatkan berbagai diploma, Th Dagenaars berangkat ke Indonesia (lihat Algemeen Handelsblad, 10-10-1918). Disebutkan kapal ms Nieuw Amsterdam pada pagi ini pukul 5.50 berangkat dari pelabuhan diantara penumpang kelas dua terdapat Th Dagenaars. Kapal ms Nieuw Amsterdam adalah kapal penumpang mewah dan super besar (dalam manifes kapal tidak ada nama orang non Belanda). Setelah tiba di Bataia Th Dagenaars berangkat dengan kapal ss Rembrandt dan turun di Medan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-12-1918).
Mengapa disebut Indonesia? Pada tahun 1917 di Belanda diadakan kongres
mahasiswa dari berbagai organisasi mahasiswa asal Hindia (Belanda, Cina dan
pribumi). Kongres ini dipimpin HJ van Mook. Perwakilan Indische Vereeniging
(Perhimpoenan Hindia) mengusulkan nama Indonesia. Kongres lalu mengadopsinya. Dalam
kongres Hindia di Belanda pada tahun 1918 nama kongres sudah disebut Kongres
Indonesia. Sejak 1917 inilah nama Indonesia diadopsi semua pihak mahasiswa asal
Hindia. Indische Vereeniging didirikan tahun 1908 di Leiden yang dipimpin oleh
Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Seperti kita lihat nanti pada tahun
1925 nama Indische Vereeniging diubah menjadi Perhimpoenan Indonesia.
Seperti disebut di atas pada tahun 1919, Th Degenaars sudah berada di Medan. Th Dagenaars bukanlah orang biasa, tetapi orang yang telah berpendidikan dari Belanda dan telah siap untuk merantai ke Medan. Usianya yang sidah 20 tahun sudah cukup untuk usia merantau. Pada tahun 1918 di Medan sudah ada dua surat kabar berbahasa Melayu yakni Benih Mardike dan Pewarta Deli. Pada tahun 1918 Parada Harahap menjadi pemimpin redaksi Benih Mardika. Namun karena dibreidel, Parada Harahap tahun 1919 menjadi pemimpin redakasi surat kabar Pewarta Deli (surat kabar yang didirikan oleh Hadji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda pada tahun 1909).
Thomas Degenaars pada tahun 1920 menikah pada usia 22 tahun di Medan. Itu berarti bahwa Thomas Degenaars diperkirakan lahir tahun 1898. Jika ini dijadikan acuan, maka siswa yang lulus ujian akhir Handelschool di Rotterdam tahun 1914 sangat masuk akal adalah Thomas Degenaars di Medan. Thomas Degenaars berusia sekitar 16 tahun. Empat tahun kemudian Thomas Degenaars sudah berada di Medan. Lantas, kapan Thomas Degenaars tiba di Medan? Catatan: pada tahun 1918 salah satu penumpang kapal ss Rembrandt adalah Thomas Degenaars (lihat De Preanger-bode, 18-12-1918). Kapal ss Rembrandt rute (Amsterdam-Batavia dan sebaliknya). Line up: DSV, Thomas Degenaars sebagai gelandang (lihat De Sumatra post, 27-02-1920). Catatan: Pada tahun 1923 DSV merayakan Jubelium (lihat De Sumatra post, 30-08-1923). Dalam perayaan ini diadakan pertandingan sepak bola yang mana Th Degenaars turu bermain. Sebagaimana diketahui klub sepak bola pertama di Medan didirikan tahun 1898 dengan nama Medan Sport yang dalam perkembangannya disebut Deli Sport Vereeniging (DSV).
Seperti disebut di atas, pada tahun 1923 anak kedua Th
Degenaars lahir 2 April 1923 yang diberi nama Helene Wilhelmina (kelak dikenal
nenek Ole Romeney). Lalu tidak lama kemudian Th Degenaars pada bulan Mei 1923 mendapat
kabar ayahnya Leendert Degenaars meninggal dunia di Rotterdam. Th Degenaars
baru berangkat ke Belanda tanggal 6 Oktober 1923.
Kapal ss Goentoer berangkat dari Batavia tanggal 6 Oktober dengan tujuan akhir Rotterdam dan pada tanggal 30 Oktober sudah berangkat dari Marseille dimana diantara penumpang terdapat nama Th Degenaars (lihat De avondpost, 03-11-1923). Dalam manifes kapal ini juga ada nama P Darma Sapoetra dan F Satiman (mantan ketua Jong Java, yang melanjutkan studi kedokteran ke Belanda). Pada bulan Maret 1924 kapal ss Prins der Nederlandden berangkat tanggal 15 dari Amsterdam dengan tujuan akhir Batavia diantara penumpang ada Th Dagenaars (lihat Haagsche courant, 17-03-1924). Juga di dalam manifes kapal ss Prins der Nederlandden ada nama Sie Ho Liem dan M Taloni. Dalam berita ini juga disebutkan kapal ss Rembrandt berangkat dari Batavia tanggal 16 Februari dan merapat di Amsterdam pada tanggal 19 Maret. Dalam kapal ss Rembrandt ini juga ada nama Mas Soenarjo. Kapal ss Prins der Nederlandden adalah kapal penumpang yang besar, sedangkan ss Rembrandt kapal penumpang yang lebih kecil. Soenarjo berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi hukum. Tabel: Kompetisi sepak bola di Medan tahun 1907 dan 1908
Sejauh ini apa yang menjadi pekerjaan Th Degenaars di Medan tidak terinformasikan. Namun dari diploma pendidikan yang dimilikinya, diduga kuat sebagai administrator di dalam satu perkebunan di Deli. Yang kerap terinformasikan adalah Th Degenaars sebagai salah satu pengurus DSV. Pada bulan Juni 1925 Th Degenaars selain pemain sepak bola juga terinformasikan sebagai pemain bilyar yang andal yang bertanding di Witte Societeit (lihat Deli courant, 08-06-1925). Satu yang jelas Thomas Degenaars dapat dikatakan hanya satu-satunya marga Degenaars di Indonesia. Th Degenaars juga sebagai salah satu pemain bowling.
De Sumatra post, 02-11-1925: ‘Peringatan Hari Jadi NON. Sabtu malam, peringatan lima tahun NON dirayakan dengan meriah di arena boling Medan. Atas undangan pengurus, sekitar tiga puluh bowler (perwakilan berbagai klub) berkumpul di arena tersebut. Sebuah kompetisi persahabatan digelar di tengah bunga-bunga warna-warni dan dekorasi bendera, diiringi musik SOK. Seiring berjalannya waktu, performa para bowler sedikit menurun, seperti yang biasa terjadi pada malam seperti itu. Tampaknya penting untuk menanggapi masalah ini dengan serius. Para pemula seharusnya memiliki handicap tertentu dibandingkan dengan mereka yang bertanding nanti. Meskipun demikian, beberapa skor bagus tetap diraih. Empat seri empat bowling telah dilempar. Tuan rumah telah menyediakan berbagai hadiah. Para pemenangnya adalah: van Leeuwen meraih hadiah pertama (poin tertinggi), Harmsen kedua, Th Degenaars membawa pulang hadiah kesembilan, dan v d Swan hadiah kehormatan. Dijkman memenangkan hadiah booby. Terdapat pula empat seri hadiah. Hadiah hiburan yang sangat pantas diberikan kepada Jan Oomen, yang akan cuti minggu depan dan karenanya menghadiri perayaan dengan penuh semangat. Akhirnya, semua orang berkumpul untuk makan malam yang disajikan di arena boling, yang bernuansa Belanda sejati’. Foto: dalam pertandingan antara tim Inggris dan tim Belanda tahun 1915, di lapangan Esplanade disulap menjadi stadion (dengan membangun tribun).
Thomas Degenaars di Medan tidak hanya mahir menggunakan kakinya dalam pertandingan sepak bola, juga piawai menggunakan tangannya dalam pertandingan bowling. Thomas Degenaars juga ternyata pantai menggunakan otaknya dalam permainan bridge (lihat Deli courant, 15-07-1926). Disebutkan Pameran Art Circle diselenggarakan di kamar 38 Hotel de Boer. Pameran ini terbuka khusus untuk anggota Art Circle malam ini dan untuk masyarakat umum pada hari-hari berikutnya, hingga 18 Juli, mulai pukul 17.30 hingga 19.30. Selain itu, besok dan 18 Juli, pukul 10.00 hingga 12.00, akan diadakan Kompetisi Bridge. Tadi malam, kompetisi bridge berlanjut di Witte Sociëteit dengan kompetisi Royal Auction Bridge untuk pria. Hadiah pertama dimenangkan oleh Lutjens dan Reuvers; hadiah kedua oleh van Dijk dan Th Degenaars. Lalu bagaimana gairah sepak bola di Medan?
Pada akhir tahun 1893 (tahun baru 1894) dilaporkan ada pertandingan sepak bola antara tim Deli dengan tim dari Penang (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 02-01-1894). Pertandingan antara tim Belanda dan tim Inggris tersebut dapat dikatakan pertandingan sepak bola pertama di Hindia (baca: Indonesia). Belanda dan Inggris adalah dua negara perintis sepak bola modern di Eropa. Hal itulah mengapa cepat mengalir sepak bola ke Indonesia dan (semenanjung Malaya). De Sumatra post, 24-05-1899: ‘Kemarin sore yang berada di lapangan Esplanade (kini Lapangan Merdeka) di Medan terlihat tontonan yang menggembirakan. Sejumlah orang Eropa berada di pertandingan sepak bola tersebut dengan warga Cina dan kaum pribumi’. Pada bulan Juni 1899 Deli Wedren-club pada akhirnya meresmikan klub mereka dengan nama Sportclub Sumatra's Oostkust yang disingkat dengan Sportclub pada tanggal 1 Juni 1899. Klub Medan ini sebagai klub sepakbola terbilang telat diproklamirkan meski sesungguhnya sepakbola justru di Medan pertamakali dilaporkan adanya di Hindia Belanda. Sedangkan klub sepak bola (secara formal) yang pertama didirikan adalah klub Bataviasche Voetbal Club (BVC) di Batavia (lihat infonya di sini). De Sumatra Post edisi 03-01-1900: ‘Telah berlangsung pertandingan sepakbola antara Sportclub dengan tamunya kesebelasan Langkat’. Uniknya tim Langkat ini merupakan tim yang didominasi oleh orang-orang Inggris. Dalam perkembangannya kompetisi sepak bola di laporkan di Batavia. Bagaimana dengan di Medan? Kompetisi sepak bola di Medan baru dimulai pada tahun 1905 (lihat De Sumatra post, 02-12-1905). Kompetisi ini terdiri dari tiga klub: Medan Sportclub (Eropa/Belanda), Langkat Sportclub dan Toengkoeclub (pribumi). Kompetisi diadakan di Esplanade. Pada tahun 1906 dua klub terbentuk di Medan yakni Voetbal Club Voorwaart (Belanda) dan Zetter Club (pribumi asal Zuid Tapanoeli). Klub Tapanuli kemudian lainnya dibentuk yakni Medan Tapanoeli Club atau Tapanoeli Voetbal Club. Pada tahun 1907 terinformasikan sudah terbentuk perserikatan dengan nama Deli Voetbal Bond (lihat De Sumatra post, 13-06-1908). Dalam kompetisi pada tahun 1907 dibagi ke dalam dua divisi, lalu kemudian menjadi tiga divisi. Dalam perkembangannya Voorwaarts menjadi suksesi Sportclub di Medan, tetapi kemudian Voorwaarts akhirnya merevisi programnya dan lalu melakukan merger dengan Deli Sport Vereeniging (lihat Sumatra post, 28-04-1911). Pada tahun 1915 dibentuk federasi sepak bola yang lebih luas (seluas Sumatra Timur) dengan nama OSVB. Dalam hal ini DVB menjadi bagian OSVB. Seperti disebut di atas, di Deli Sport Vereeniging (DSV) inilah Thomas Degenaars bergabung pada tahun 1919 yang ditunjuk menjadi sekretaris bendahara. Catatan: Dalam perkembangannya di dalam liga OSVB, klub DSV (Medan) dan klub LSV (Langkat) merger dengan nama baru DLSV.
Klub-klub sepak bola yang tergabung dalam DVB tidak semuanya memenuhi syarat untuk kompetisi OSVB. Lantas bagaimana dengan DVB? Klub-klub yang tidak memenuhi syarat ini tetap eksis dan menjalankan kegiatan klubnya dan kompetisi lokal (perserikatan DVB). Pada tahun 1923 Radjamin Nasoetion menyatukan klub-klub DVB yang tidak tertampung yang notabene hampir semuanya adalah klub-klub pribumi untuk menyelenggarakan kompetisi sendiri. Klub-klub yang berkompetisi di OSVB tidak hanya klub-klub Belanda juga klub-klub pribumi. Dengan demikian, DVB sejatinya masih tetap eksis sejak tahun pembentukannya pada tahun 1907.
Radjamin Nasoetion ketika masih kuliah tergabung dengan klub sepak bola Stovia. Pada tahun 1909, saat jeda kompetisi di Batavia melakukan pertandingan persahabatan ke Medan melawan Medan Tapanoeli yang mana sebagai kapten tim adalah Radjamin Nasoetion. Radjamin Nasoetion tidak melanjutkan studi di Stovia dan bekerja di bea dan cukai yang awalnya ditempatkan di Batavia. Dalam perkembangannya Radjamin Nasoetion ditempatkan di Medan. Seperti kita lihat nanti Radjamin Nasoetion ditempatkan di Soerabaja dan kemudian membentuk kompetisi sepak bola kantor (yang terdiri dari klub-klub perusahaan atau kator). Pada tahun 1930 Radjamin Nasoetion terpilih menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja dari partai Persatoean Bangsa Indonesia (PBI) yang dipimpin Dr Soetomo. Kelak Radjamin Nasoetion menjadi wali kota pruibumi pertama di Soerabaja. Klassemen: Ie. Kl. Club di Belanda tahun 1898 (lihat De Telegraaf, 21-01-1898).
Lalu bagaimana dengan Thomas
Degenaars di Medan? Thomas Degenaars tampaknya tetap nyaman di Medan. Pada
tahun 1927 Thomas Degenaars terinformasikan sebagai pemain tennis di Medan
Tennis Club (lihat De Sumatra post, 26-07-1927). Dalam kejuaraan tennis
Oostkust, pada single putra pada putaran pertama Th Degenaars kalah dua set dari
Wee Gim Keng 6-0, 6-0 (lihat Deli courant, 01-08-1927). Dalam kompetisi bridge
di De Witte pada hari ketiga juara 2 diraih oleh Th Degenaars dan Jagerink
dengan 416 poin (lihat Deli courant, 19-11-1927). Th Degenaars masih
berpartisipasi dalam pertandingan bowling di Witte Societeit (lihat De Sumatra post, 03-12-1927).
De Sumatra post, 22-02-1928: ‘Rapat tahunan Witte Societeit, yang diadakan tadi malam di aula utama, berlangsung dengan suasana yang sangat ramah. Wali Kota juga mencatat bahwa jumlah peserta rapat sedikit. Awalnya, hanya ada sekitar 15 orang yang berminat, tidak termasuk seluruh pengurus kecuali Bapak Van Rossum. Beberapa orang lagi bergabung selama rapat, sehingga total peserta rapat menjadi sekitar 30 orang. Akibatnya, perdebatan sengit, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir, misalnya, terkait isu 500 ribu yang kontroversial, dapat dihindari. Agenda utama adalah pergantian dewan. Bapak Aberson mengumumkan bahwa, dengan penyesalannya, ia sendiri merasa terpaksa mengundurkan diri karena cuti Eropa, Bapak Duy, sesuai peraturan, dan Bapak Dootjes, karena komitmen pekerjaannya. Sebagai penggantinya, Bapak Hei Schleb, sebagai penggantinya, dan Bapak Biegei dan Bapak Schravesande dipilih dalam beberapa nominasi. Bapak Aberson kemudian mengenang bagaimana ia sendiri telah memenuhi jabatan ketua dengan sangat senang selama empat setengah tahun, meskipun ada juga hari-hari yang sulit dan tugas itu tidak selalu memuaskan. Akhirnya, pembicara mencatat kata-kata penghargaan yang ditujukan oleh presiden kepada Tuan Bekker, yang dengan senang hati didukung oleh pembicara karena itu tulus. Selama diskusi umum, Tn. Degenaars menunjukkan kondisi meja biliar kecil yang buruk, yang membuat penggandaan biaya biliar jauh dari dapat dibenarkan. Dewan berjanji untuk menyelidiki masalah ini. Seperti setiap tahun, item agenda berulang ditinjau, termasuk persetujuan laporan tahunan—yang, antara lain, menunjukkan peningkatan keanggotaan dari 517 menjadi 571, rekor selama 10 tahun terakhir—risalah rapat sebelumnya, laporan Komite Audit, laporan audit, dan laporan laba rugi, yang semuanya telah tersedia untuk diperiksa di ruang rapat dan telah dipelajari dengan cukup. Akhirnya, perlu dicatat bahwa Tn. Dijitstra, Tn. Kolkman, dan Tn. Souman diangkat menjadi anggota tempat pemungutan suara, Tn. Modderman, Tn. Poelman, dan Tn. Helm diangkat menjadi anggota cadangan, dan Tn. Dr. Beek dan Tn. Van Kooy diangkat menjadi anggota komite audit’. Klassemen: Liga OSVB di Sumatra Timur (1934)
Anak-anak Thomas Degenaars sudah tumbuh dan sehat. Pada
tahun 1929 Tom sudah berusia sembilan tahun dan Helene Wilhelmina berusia tujuh
tahun. Sudah waktunya dibawa ke Eropa/Belanda. Pada tanggal 24 April, kapal sss
Sibajak berangkat dari Batavia dengan tujuan akhir Rotterdam dan singgah di
Belawan dimana yang turun antara lain Sj Harahap dan keluarga Thomas Degenaars naik
kapal (lihat Deli courant, 26-04-1929). Dalam manifes kapal dicatat familie Thomas
Degenaars dan tiga anak. Dua diantara anak mereka adalah Tom dan Helene
Wilhelmina. Juga dalam manifes kapal untuk tujuan Rotterdam adalah RAA
Djajadiningrat, Lim Hoek See, Lim Theng Hin, fam. IDA Sahupala dan AA Sahupala.
Thomas Degenaars dan keluarga kembali ke Medan. Pada bulan Desember Thomas
Degenaars terinformasikan di Medan dalam suatu kompetisi bowling (lihat Deli
courant, 03-12-1929). Dalam klub tennis di Medan Thomas Degenaars masih menjadi
pengurus sebagai anggota komite Audit bersama Valkenburg dan Selby.
Thomas Degenaars tidak hanya aktif dalam olah raga, Thomas Degenaars juga memiliki bakat seni. Dalam suatu pertujukan amal di Medan dipentaskan suatu opera. Thomas Degenaars dalam operai termasuk salah satu actor (lihat Deli courant, 08-02-1932). Thomas Degenaars juga menjadi ketua paduan suara (lihat Deli courant, 08-03-1932). Disebutkan materi vokal yang memadai dibutuhkan; penyanyi pria dan wanita, terutama alto dan tenor, sangat dipersilakan. Silakan mendaftar kepada ketua, Bapak Th. Degenaars, Manggalaan 12. Pada tahun 1933 dalam suatu oratorio karya Joseph Haydn dipentaskan yang di bawah arahan Bapak A. Spoor. Th Degenaars pada posisi suara bass. Ada tiket masuk. Tuan Degenaars memiliki suara yang murni dan alami, ia bernyanyi dengan tempo yang tepat, dan memiliki warna suara yang alami (lihat Deli courant, 06-02-1933). Sepanjang tahun 1933 Th Degenaars cukup intens dalam pertandingan tennis di Medan.
Bagaimana dengan Helene Wilhelmina Degenaars? Belum terinformasikan. Yang terinformasikan adalah istri Degenaars berangkat dari Batavia tanggal 6 Juni ke Eropa (lihat Deli courant, 06-06-1934). Disebutkan kapal Marnix an St. Aldegonde berangkat dari Batavia dengan tujuan Genoa dimana dalam manifes kapal terdapat nama mevr TW Degenaars-Fortuin en 2 anak dan T Dëgenaars. Siapa T Dëgenaars? Sudah tentu Tom? Dua anak diduga salah satu adalah Helene Wilhelmina. Pada bulan Oktober Thomas Degenaars berangkat ke Eropa dengan kapal Marnix an St. Aldegonde tiba di Southampton tanggal 17 Oktober. Dalam manifes kapal hanya Thomas Degenaars. Apakah keluarganya masih di Eropa? Yang jelas pada bulan April 1935 keluarga Thomas Degenaars dan tiga anak berangkat dengan kapal ms Poelau Tello tanggal 29 Maret dari Amsterdam dengan tujuan akhir Batavia (lihat Deli courant, 13-04-1935). Dalam manifes kapal dicatat keluarga Thomas Degenaars turun di Deli. Thomas Degenaars kembali dalam pertandingan tennis dan bowling di Medan.
Tom Degenaars sudah lulus sekolah dasar (ELS) dan melanjutkan studi ke HBS di Medan. Pada tahun 1936 Tom Degenaars lulus ujian transisi di HBS Medan naik dari kelas dua ke kelas tiga (lihat Deli courant, 30-05-1936). Pada kelas tertinggi naik dari kelas empat ke kelas lima antara lain AFP Siregar. Catatan: Sekolah menengah HBS di Medan dibuka tahun 1928. Lama studi lima tahun. HBS Medan adalah satu-satunya yang berada di luar Jawa. Siapa AFP Siregar? Seperti kita lihat nanti tahun 1937 AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang Parlindoengan lulus dan melanjutkan studi teknik ke Eropa di Delft. Pada tahun 1941 Ir MO Parlindoengan, irsinyur teknik kimia bekerja di di pabrik mesiu dan senjata di Bandoeng. Pada saat perang mempertahankan kemerdekaan Ir MO Parlindoengan ditetapkan dengan pangkat Overste (Letnan Kolonel), Pada tahun 1950 Letnan Kolonel Ir MO Parlindoengan diangkat menjadi direktur Peroesahaan Sendjata dan Mesioe di Bandoeng (kini PINDAD).
Deli courant, 25-05-1936: ’Rapat SV "SAHATA". Di bawah kepemimpinan Ketua, Bapak Abdul Hakim, rapat anggota dwitahunan pertama Sportvereniging Sahata berlangsung Sabtu malam lalu di gedung sekolas HIS Djalan Medan. Dalam sambutannya, Ketua menekankan kerja sama yang sangat baik di antara para anggota pengurus. Beliau juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja sama dari berbagai pihak, seperti kapten, anggota tim, dan komite audit. Rapat dwitahunan ini dianggap perlu untuk mempererat hubungan antara pengurus dan anggota. Oleh karena itu, pengurus akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan rapat ini setiap enam bulan. Sportvereniging ini beranggotakan 140 orang, dengan 72 orang hadir. Lebih lanjut, Ketua menekankan bahwa hal ini saja tidak cukup bagi kemajuan ikatan. Kerja sama para anggota juga sangat penting. Oleh karena itu, Ketua mengajak seluruh anggota untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan ikatan. Seorang komisaris, seorang wakil sekretaris, dan seorang anggota komite audit kemudian dipilih. Saat ini, susunan pengurus terdiri dari: Abdul Hakim, Ketua; Albert Siregar, sekretaris pertama; Baharoeddin, wakil sekretaris; Herman Sinaga, bendahara, dan tujuh komisioner. Kesempatan bertanya sangat aktif. Beberapa usulan, seperti pengurangan iuran keanggotaan bagi mahasiswa dan pengangguran, tidak dapat ditindaklanjuti karena dampaknya yang luas. Namun, ketua berjanji untuk membahas kembali hal ini pada rapat berikutnya’. Catatan: Klub ini didirikan pada tahun 1935 yang dibentuk dari gabungan (merger) dua klub yakni Horas Voetbal Vereeniging (HVV) dan Parsadaan Sport Vereeniging (PSV). De Sumatra post, 31-10-1935 memberitakan bahwa pengurus klub Sahata ketika dibentuk adalah Abdul Hakim (Wethouder Gemeeteraad) dengan sekretaris Albert Siregar dan bendahara Ibu Mariamsjah Loebis. Catatan: Di Belanda, kompetisi sepak bola terbagi lima afdeeling (masing-masing afdeeling terdiri dua atau lebih divisi). Pada kelas pertama (eredivisi) di afd. I terdapat klub Sparta, ADO dan Ajax; afd. II terdapat klub Feyenoord dan Excelsior; afd. III terdapat klub Go Ahead; afd. IV terdapat klub NAC, PSV (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 24-02-1936). Sebagaimana diketahui pada masa ini eredivisi hanya satu liga saja.
Thomas Degenaars sudah lama tidak terinformasikan
dalam bidang sepak bola. Thomas Degenaars terinformasikan pada cabang olah raga
bowling dan tennis. Boleh jadi usianya sudah tidak kuat lagi bersaing dengan
pemain yang lebih muda. Anak-anaknya juga tidak terinformasikan di lapangan sepak
bola, tetapi hanya di kolam renang. Sementara anak-anak Tapanoeli sejak lama umumnya
dan biasanya lebih memilih cabang sepak bola.
Salah satu pemain sepak bola di Medan yang cukup penting adalah Abdoel Hakim Harahap, tidak hanya sebagai pemain dan juga memiliki keutamaan sendiri. Abdoel Hakim lulus sekolah menengah di Batavia (PHS) tahun 1927. Abdoel Hakim yang menjadi pemain sepak bola PHS kemudian bekerja di bea dan cukai Batavia. Pada tahun 1929 Abdoel Hakim dipindahkan ke Medan dan kemudian bergabung dengan salah satu klub sepak bola Tapanoeli. Pada tahun 1931 Abdoel Hakim terpilih sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) Medan. Pada tahun 1935 di Medan didirikan klub “Sahata” dimana pimpinannya sekaligus kapten tim adalah Abdoel Hakim. Seperti kita lihat nanti Abdoel Hakim pernah menjadi Residen Tapanoeli (1948-1949), Wakil Presiden Republik Indonesia di Jogjakarta (1950), Gubernur Sumatra Utara (1951-1953) dan Menteri Negara Pertahanan Republik Indonesia (1955-1956). Line-up Sahata: Lihat De Sumatra post, 10-08-1936.
Seperti disebut di atas, klub orang-orang Tapanoeli
sudah ada sejak 1902 yakni Zetter Club (para karyawan percetakan milik orang
Tapanoeli, Dja Endar Moeda. Lalu pada tahun 1907 didirikan klub Medan
Tapanoeli. Demikian seterusnya hingga muncul klub-klub seperti Horas Voetbal
Vereeniging (HVV) dan Parsadaan Sport Vereeniging (PSV) yang kini menjadi klub Sahata.
Pada tahun 1936 salah satu pemain baru klub Sahata adalah Damora Harahap.
Klub Tapanoeli tidak hanya ada di Medan, juga ada di Batavia dan Padang. Anak-anak Tapanoeli yang merantau di berbagai kota juga bermain sepak bola seperti Achmad Nawir mahasiswa NIAS di Soerabaja. Pada kejuaraan PSSI tahun 1935 di Semarang pemain terbaik adalah Damora Harahap, siswa sekolah MOSVIA di Magelang. Dalam kejuaraan PSSI tahun 1935 di Semarang ini Damora Harahap mewakili tim Magelang (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 10-06-1935). Damora tak tergantikan di tim Megalang. Yang menjadi juara adalah Meester Cornelis, sedangkan pemain terbaik adalah Damora Harahap dari Megelang (lihat De locomotief, 12-06-1935). De locomotief, 10-06-1936: ‘Eindexamen Mosvia. Di Gedung Mosvia di aloen-aloen Magelang diadakan ujian akhir dari tanggal 3 hingga tanggal 9 Juni yang mana gagal satu siswa dan yang lulus sebanyak 31 siswa, sebagai berikut: M. Mohamad Hasan, Ali Hasan, Sjarif, S. Damora Harahap, Moestafa Pane, Mohamad Hasan, Zainoeddin, AM Hamzah, M. Soelaeman, Léla Pane, Radja Abdoel Hamid, R Tatang, R Soejoedono, R Djoemadjitin, R Soelaeman, Toebagoes Iskandar, R Samsoedin, R Tachja, R Iskandar, M Warmana, R Hirawan, M Soehéba,.R Hidajat, M Djokosoebeti, R Arjo Roeslan Tjakraningrat, R Harmaen Wiratanoeninigrat, R Absar, R Kamar, R Sasidi, R Saléh, RM Koensoehardjito’. Catatan: Setelah lulus Damora Harahap dan Moestafa Pane kembali ke Medan. Kelak (1950n) menjadi Kapolda Sumatra Utara dan Kapolda Jawa Barat. Di Medan Damora Harahap bergabung dengan klub Sahata pimpinan Abdoel Hakim Harahap.
Pada bulan September 1936 di Medan diadakan lomba renang anak (lihat Deli courant, 07-09-1936). Lomba renang di kolam renang Medan ini dipertandingan beberapa gaya dengan jarak 50 Meter yang terbagi dalam kelompok umur. Juga ada gaya renang mata tertutup. Helene Wilhelmina Degenaars dalam kelompok umur putri 12-14 tahun. Pada kelompok umur ini urutan adalah D Luyt, H Mann, dan HW Degenaars. Dalam hal ini bakat olah raga sang ayah Thomas Degenaars mulai tampak menurun kepada sang putri Helene Wilhelmina Degenaars. Tom Degenaars juga memiliki bakat olahraga (lihat Deli courant, 07-12-1936). Disebutkan pada hari Minggu, langit cerah sekitar tengah hari, sehingga ketika para peserta lomba pertama dari dua lomba muncul di garis start, angin berlayar yang sangat kencang dan matahari membuat layar putih perahu tampak mencolok di antara hutan pasang surut yang gelap di sisi lain Geul. Pieto Lenderink adalah orang yang beruntung yang melintasi garis finis pertama dalam lomba dorong junior, diikuti empat puluh detik kemudian oleh Wim Mathieu. Menempati posisi dekat di belakang adalah Tom Degenaars, Benny Jongste, dan Robbie Degenaars di posisi ketiga, keempat, dan kelima. Perahu-perahu tersebut tetap berdekatan, setelah perahu dorong Tom Degenaars menjadi yang yang pertama melintasi garis start dengan waktu yang baik, yaitu 24 detik, diikuti oleh perahu-perahu lainnya dalam waktu satu menit. Lantas siapa Robbie Degenaars? Apakah adik dari Tom dan Helene Degenaars? Pada bulan Desember 1936 kembali diadakan lomba layar (lihat Deli courant, 14-12-1936). Disebutkan total poin yang diraih dalam kedua balapan ini adalah: Matthieu 21, Hengeveld 19, Lenderink Jr. 6, W. Geeroms 22, Lohman 17, Degenaars Sr. 15, Degenaars Jr. 19, dan v.d. Baan 7.
Thomas Degenaars selain dalam olahraga, juga terinformasikan sebagai pengurus pramuka Medan (lihat Deli courant, 30-11-1937). Disebutkan dalam pertemuan tahunan NIPV cabang Medan tadi malam, yang diketuai oleh Dr WF van Heil. Antara lain, rapat tersebut membahas program yang akan disusun oleh Pramuka Medan. Penyambutan kontingen Jambore, yang mengunjungi Medan dalam perjalanannya ke Belanda, berlangsung dengan sangat meriah. Pembicara juga mengenang wafatnya Bapak Herman Strauss, yang kenangannya akan selalu dikenang oleh departemen. Dewan telah diperluas, karena dua kelompok telah mengirimkan perwakilan. Dewan saat ini terdiri dari para pria berikut: Dr. WF van Heil, ketua; B. Los, wakil ketua; AW van Wijngaarden, sekretaris-bendahara; A. Bruinier; A.M.J. van Eekhout; H.A. Parker; Djl. Tobing. Ong Chin Liang, Th Degenaars, PT van der Schaaf, dan Pastor Vergeest, anggota. Lebih lanjut, Ibu Spoor bertugas di dewan sebagai perwakilan Persekutuan Putri, sementara Bapak Mensinga bertugas di dewan sebagai asisten komisaris distrik. Jumlah kelompok telah meningkat dua, yaitu Kelompok V dan VII. Jumlah Pramuka yang dilantik telah tumbuh dari 172 menjadi 190, dan masih ada 80 hingga 90 Pramuka yang tidak dilantik. Lenny Degenaars juga terinformasikan pemain polo air di Medan (lihat Deli courant, 12-03-1938). Lenny Degenaars juga aktif dalam seni (lihat Deli courant, 20-05-1938). Klassemen kompetisi divisi utama OSVB tahun 1938 (lihat De Sumatra post, 04-04-1938).
Akhirnya timnas Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia ke Piala Dunia di Prancis. Persiapan timnas sedang dilakukan. Dalam perkembangannya NIVU hanya menyeleksi tim nasional di Jawa. Damora Harahap di Medan gigit jari tampaknya. Seleksi timnas (NIVU) di Jawa di bawah pelatih Mastenbroek, melalui tournament dipanggil sejumlah pemain untuk mengikuti pelatihan dan uji coba. Pada fase keberangkatan menuju pemusatan latihan juga akan diadakan di Medan, Nama-nama pemain tim Indonesia yang berangkat ke Prancis sudah ditetapkan sebanyak 17 pemain. Surat kabar De Indische courant, 12-04-1938 memberitakan bahwa secara aklamasi Achmad Nawir ditunjuk menjadi kapten tim dan Rohrig sebagai wakil kapten (lihat De Indische courant, 19-04-1938).
Sebelum berangkat ke Eropa, tim NIVU akan memainkan pertandingan terakhir di Batavia pada hari Minggu siang 24 April di lapangan BVC melawan "sisa" Batavia. Tim NIVU: Mo Heng (Malang), Samuels (Surabaya), Anwar (Batavia), Nawir (Soer.), Taihutu (Batavia), Patiwael (Batavia), Hong Djien (Soer.), Hukom, F Meeng, Tan See Han, Summers. Cadangan: Van Beuzekom (Batavia), Harting (Surabaya), Van der Burj (Djocja), Faulhaber (Semarang), Sudarmadji (Surabaya) dan Telwe (Surabaya). Hasil pertandingan di Batavia berakhir dengan skor 4-1 (2-0) untuk kemenangan Tim NIVU melawan tim Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-04-1938). Akhirnya Tim Indonesia berangkat dan memulai perjalanan panjang ke Eropa, dari Batavia tanggal 27 April 1938. Persinggahan pertama dilakukan di Medan. Di Medan, Tim Indonesia melakukan pemusatan pelatihan terakhir di tanah air sebelum menuju Eropa. Pada tanggal 30 April di Medan melakukan uji coba melawan sebuah tim bentukan yang terbilang kuat yang merupakan kombinasi para pemain terbaik di Medan dan sekitarnya. Apakah Damora Harahap akan bentrok dengan Achmad Nawir? Di Medan oleh dewan OSVB telah membentuk dua tim untuk menghadapi tim nasional NIVU (lihat Deli courant, 22-04-1938). Damora Harahap termasuk pemain OSVB yang dipanggil untul melawan timnas. Kedua tim OSVB sudah melakukan uji coba dengan lawan-lawannya sebelum kehadiran timnas. Dalam pertandingan, Tim Indonesia dapat memainkan partai indah dalam pertandingan itu, tetapi hanya mampu menang 4-2 (lihat De Sumatra post, 02-05-1938). Disebutkan kedua tim berimbang yang membedakan hanya skor. Pelatih berdalih itu hanya sekadar latihan, apapun hasilnya tidak masalah. Hasil di Medan ini tidak terlalu diperhitungkan, tetapi tujuan utama lebih pada mendapatkan gambaran yang baik dari apa yang dapat selama pemusatan latihan sebelumnya di Soerabaja dan Batavia serta hasil partai uji coba di Bandung melawan klub Bandung tanggal 13-3-1938. Sementara itu Soedarmadji begitu kagum dengan permainan tim Medan.
Helene Wilhelmina Degenaars dan Tom Degenaars naik kelas tahun 1938 di HBS Medan (lihat Deli courant, 01-06-1938). Helene Wilhelmina Degenaars naik dari kelas dua ke kelas tiga dan Tom Degenaars naik dari kelas empat ke kelas tertinggi kelas lima afdeeling B (jurusan IPA). Pada tahun 1938 ini juga diadakan ujian masuk HBS Medan dimana yang diterima antara lain R Degenaars (lihat Deli courant, 07-06-1938)..
Deli gids 1938 (Medan): ‘NV Handelsvereeniging “Amsterdam”: Agentschap Medan. Produk: Karet, Teh, Minyak Sawit, Inti Sawit dan Ijuk. pos. Medan. Agen: K. Raadsheer. Proses Umum. pemegang: FL Faber. Sekretaris: Mr J Biemond. Pengacara: WGG Walrave, PDC Rosenboom. Manajer Instalasi: Ir JJM van Dijk, Manajer Manufaktur: Ir L Laszlo, Karyawan: R van der Baan, AJ Bodamer, Th Degenaars, W van der Groot, A Groothengel, J Hesseling, JA Paulus, FB Schweers, W Schwippert. DM Sinning, A Verburg, Ir JA Vertregt, L de Waard, AWillebrands’.
Apakah R Degenaars adalah Robbie Degenaars adik dari Helene Wilhelmina Degenaars dan Tom Degenaars? Rob Degenaars dan Tom Degenaars juga ikut lomba layar ke danau Toba (lihat Deli courant, 18-07-1938). Thomas Degenaars pada tahun 1938 ini juga masih aktif dalam pertandingan bowling dan pertandingan tennis (lihat Deli courant, 09-09-1938).
Deli courant, 15-12-1938: ‘Padvindersbond. Setelah peraturan baru disahkan, pengurus baru pun terpilih. Rapat umum cabang lokal Perhimpunan Pramuka Medan, yang terpaksa ditunda pada tanggal 29 November karena larut malam, dilanjutkan tadi malam di Hotel de Boer, dipimpin oleh Dr I.F van Heil. Pertama, rancangan peraturan cabang dibahas lebih rinci. Setelah beberapa komentar dan perubahan, rancangan tersebut disetujui oleh rapat. Pemilihan pengurus susulan kemudian dilakukan, yang hanya dapat dilakukan setelah peraturan disahkan. Terakhir kali, seperti yang telah kami laporkan, Bapak Dr. van Heil terpilih sebagai ketua, Bapak van der Schaaf sebagai sekretaris-bendahara, dan Bapak van Druten sebagai komisioner lencana. Dewan ini kini diperkuat oleh Bapak Spoor, Pastor Vergeest, Bapak van Eekhout, Bapak Benning Sr., dan Bapak Degenaars. Atas nama para pemimpin berbagai kelompok, Tuan van Aperlo, kapten kelompok Pramuka Laut, mengambil tempat di dewan ini. Penunjukan terakhir ini dengan demikian memenuhi keinginan yang diungkapkan dalam pertemuan sebelumnya: bahwa seorang pemimpin dari salah satu kelompok juga akan duduk di dewan cabang lokal untuk menjaga hubungan yang semarak mungkin. Setelah putaran pertanyaan singkat, Dr. van Heil menutup pertemuan’. Deli courant, 24-04-1939: ‘Pertandingan layar yang mana pemenang adalah Tom Degenaars’.
D Tarip Siregar selah satu peneliti terbaik di bidang kedokteran hewan di Hindia Belanda menikah dengan kakak Sanoesi Pane. Anak mereka adalah Chairani Tarip Siregar dan D Tarip Siregar. D Tarip Siregar melanjutkan studi ke Belanda. Dr Tarip lulus ujian akhir dokter hewan tahun 1930. Kabar itu diterima setelah keluarga di Medan menerima telegram dari Utrecht yang kemudian diberitakan oleh surat kabar De Sumatra post, 07-10-1930. Chairani Tarip disebutkan di Neutrale Medansche Vakschool voor Meisjes (masa kini disebut SKKP, sekolah kejuruan) lulus ujian akhir (lihat Deli courant, 28-06-1935). Chairani Tarip pada tahun 1939 menikah dengan Hasan Batoebara. Putra mereka adalah Prof Sangkot Marzuki.
Pada tahun 1940 Helene Wilhelmina Degenaars di HBS Medan naik dari kelas empat ke kelas lima afdeeling A letter en economie (lihat De Sumatra post, 30-05-1940). Robbie Degenaars juga naik dari kelas dua ke tiga yang bersama D Tarip. Nama Tom Degenaars tidak terinformasikan lagi. Pada tahun 1941 Helene Wilhelmina Degenaars di HBS Medan lulus ujian akhir (lihat De Sumatra post, 21-05-1941).
Helene Wilhelmina Degenaars lancar dalam studi. Helene Wilhelmina Degenaars tidak pernah gagal dalam ujian transisi dan berhasil ujian akhir tepat waktu di HBS Medan. Namun bagaiman tentang abanya Tom Degenaars tidak terinformasikan apakah lulus ujian akhir atau tidak di HBS Medan. De Sumatra post, 28-10-1941: ‘Yubileum Sumatra di HVA. Sabtu, 1 November, Yubileum Perak akan diperingati di HVA. Pada hari itu, genap dua puluh lima tahun Bapak Th Degenaars bergabung dengan perusahaan; niscaya, Yubileum ini tidak akan luput dari perhatian dan akan menerima pernyataan minat dari banyak pihak’.
Helene Wilhelmina Degenaars yang lahir di Medan telah menyelesaiakan semua tingkat pendidikannya di Medan, mulai dari tingkat sekolah dasar (ELS) dan tingkat sekolah menengah (HBS). Sang ayah, sejak datang di Medan hingga tahun 1941 masih aktif dalam berbagai bidang di Medan, terutama dalam bidang olah raga dan organisasi. Oleh karena itu, Helene Wilhelmina Degenaars, nenek dari Ole Romeny benar-benar sebagai ‘Anak Medan’.
Yang menjadi sisa pertanyaan adalah siapa Lennie Degenaars yang disebut di atas? Satu yang jelas Lennie Degenaars pada tahun 1941 dalam sebuah iklan menikah di Medan (lihat De Sumatra post, 06-12-1941). Dalam iklan pemberitahuan ini disebutkan menikah Lenny Degenaars dengan JA Hartog di Medan pada tanggal 6 Desember 1941.
Pada bulan Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada militer Jepang di Jawa. Sejak ini wilayan Indonesia khususnya di Jawa dan Sumatra dibawah pemerintahan militer Jepang. Pada masa pendudukan Jepang ini di Medan tidak terinformasikan nama dari keluarga (marga) Degenaars. Akan tetapi daftar yang dipublikasikan oleh majalah yang terbit di Amerika terdapat nama Tom Degenaars berada di kamp interniran di Jawa.
Knickerbocker weekly. "Free Netherlands". (The Netherlands magazine), jrg 3, 1943, No. 32, 04-10-1943: ‘Warga Belanda di Kamp Penjara Jepang. Berikut ini adalah daftar lain warga Belanda atau subjek Belanda yang menjadi tawanan perang di wilayah yang diduduki Jepang. Sebelas daftar sebelumnya telah diterbitkan (lihat Knickerbocker Weekly 12 April, 17 Mei, 24 Mei, 7 Juni, 14 Juni, 21 Juni, 5 Juli, 19 Juli, 6 September, 20 September, dan 27 September). Di kamp di Jawa, dalam daftar terdapat nama Tom Degenaars nomor kode 32521’.
Dalam perkembangannya Tom Degenaars terinformasikan menjadi mahasiswa di Delft (lihat De spiegel; officieel orgaan van het Delftsch Studentencorps, jrg 19, 1946-1947, No. 3, 11-10-1946). Tom Degenaars menceritakan kisahnya yang saat pendudukan militer Jepang ditempatkan di kamp Tjimahi (lihat Achter kawat en gedek, 1947). Tom Degenaars di bawa keluar Jawa dana kemudian pada tanggal 30 April 1943 didaratkan di Amahai, Zuid Seram. Lantas apakah di Jawa Barat Tom Degenaars sedang studi di THS Bandoeng? Yang jelas, Tom pada tahun 1946 terinformasikan menjadi mahasiswa baru di Delft.
Thomas Degenaars menjadi salah satu dari Degenaars (lihat In memoriam Delian 1942-1945, yang diterbitkan Oostkust van Sumatra Instituut di Amsterdam, Mededeling No 31 tahun1948). Di dalam buku ini dicatat Th Degenaars, Stafemployé der HVA te Medan’. Pada tahun 1950 Tom Degenaars mahasiswa teknik sipil di Delft beralamat di v. d. Heimstraat 83 (lihat Delftsche studenten-almanak voor het jaar ..., 1950).
Lantas dimana Thomas Degenaars? Tampaknya masih di
Medan. Pada tahun 1951 diinformasikan penumpang yang berangkat ke Indonesia dengan
kapal Indrapoera tanggal 29 Agustus dari Rotterdam (lihat De Indische
verlofganger; blad gewijd aan de belangen van den Indischen verlofganger in
Holland, jrg 29, 1951, No. 2, 01-10-1951). Dalam daftar penumpang terdapat nyonya Degenaars-Fortuin. Sementara itu dalam perkembangannya, Tom Degenaars pada tahun 1957 terinformasikan sudah
bergelar insinyur (lihat Tijdschrift voor volkshuisvesting; orgaan van het
Nederlandsch Instituut voor Volkshuisvesting en den Nationalen Woningraad, jrg
38, 1957, No. 9, 1957, 1957-09). Disebutkan di dalam De Ingenieur, No. 22, 31 Mei
1957, menulis dengan judul: “Bouwen in de winter in Noorwegen: Enkele
gezichtspunten en gegevens” (Membangun di Musim Dingin di Norwegia: Beberapa
Perspektif dan Data) door Ir T Degenaars. Bagaimana dengan Helene Wilhelmina
Degenaars?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sepak Bola Bermula di Medan: Riwayat Keluarga Degenaars dan Keluarga Romeny di Oost Sumatra
Setelah berakhirnya pendudukan militer Jepang, meski tidak terinformasikan, tetapi diduga kuat Thomas Degenaars masih berada di Medan. Tom Degenaars selama pendudukan militer Jepang diketahui berada di kamp interniran di Java, yang kemudian dipindahkan ke Maluku, lalu pada tahun 1946 sudah berada di Delft (mahasiswa). Algemeen Handelsblad, 31-12-1949: ‘Ujian akademik di Delft. cand. insinyur sipil: T Degenaars di Rotterdam’.
Pada tahun 1951 terinformasikan istri Thomas Degenaars (Fortuin) menjadi salah satu
penumpang kapal Indrapoera yang berangkat dari Rotterdam tanggal 29 Agustus
1951 dengan tujuan akhir Indonesia. Dalam berita ini disebutkan istri Thomas Degenaars
akan turun di Medan. Namun ada beberapa hal yang tidak terinformasikan: apakah Thomas
Degenaars masih di Medan? Kapan istri Thomas Degenaars ke Belanda? Lantas bagaimana
dengan Helene Wilhemina Degenaars dan Robbie Degenaars?
Pada bulan Oktober 1949 terinformasikan Helene Degenaars (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 01-10-1949). Disebutkan kapal MS "Oranje", berangkat dari Amsterdam menuju Batavia pada tanggal 21 September 1949, dimana terdapat penumpang akan dipindahkan ke kapal penumpang KPM di Singapura untuk tujuan Deli, antara lain: Ny HW ter Haar Romeny-Degenaars beserta 2 anak.
Jika Thomas Degenaars masih berada di Medan, lalu kapan Helene
Wilhemina Degenaars alias Mevr. HW ter Haar Romeny-Degenaars dari Medan berangkat
ke Eropa/Belanda? Pertanyaan serupa juga kepada istri Thomas Degenaars (Degenaars-Fortuin): kapan berangkat
dari Medan ke Eropa/Belanda. Seperti disebut di atas, istri Thomas Degenaars berangkat
dari Rotterdam ke Indonesia tanggal 29 Agustus 1951. Dengan kata lain: HW
ter Haar Romeny-Degenaars akan bertemu kembali di Medan.
Dalam hal ini pada tahun 1949, Helene Wilhemina Degenaars terinformasikan sudah menikah (dengan ter Haar Romeny) dan sudah pula memiliki dua anak. Lantas kapan mereka menikah? Siapa ter Haar Romeny? Yang jelas sudah ada sejak lama keluarga (marga) Ter Haar Romeny di Medan dan sekitarnya.
Deli courant, 07-03-1935: ‘De Heer en Mevrouw Romkes-ter Haar Romeny geven kennis van de geboorte van hun dochter Helene Jacoba Marguerite. Hospital Bangkattan, Tandjong Djatti, 06-03-1935’. Deli courant, 09-12-1935: ‘Pelantikan Pendeta Ter Haar Romeny kemarin. Pendeta Ter Haar Romeny menyampaikan khotbah pelantikannya di Gereja Protestan Siantar yang penuh sesak. Pendeta baru, yang akan menggantikan Pendeta Srink untuk sementara waktu, diperkenalkan oleh Pendeta Jebbes dari Medan. Setelah kebaktian, ada kesempatan untuk berkenalan dengan Pendeta Ter Haar Romeny dan istrinya di salah satu kamar Hotel Siantar’. Catatan: Nama keluarga (marga) Romenij sudah ada di Medan tahun 1889 (lihat Deli courant, 17-07-1889). Disebutkan tanggal 13 kapal Hebe berangkat dari Medan tujuan Singapoera, JE Romenij. Pada tahun JE Romenij menikah di Rotterdam (lihat Deli courant, 14-11-1896). Catatan: Nama keluarga (marga) Romenij sudah ada di Medan tahun 1889 (lihat Deli courant, 17-07-1889). Disebutkan tanggal 13 kapal Hebe berangkat dari Medan tujuan Singapoera, JE Romenij. Pada tahun JE Romenij menikah di Rotterdam (lihat Deli courant, 14-11-1896). Lantas bagaimana dengan marga Ter Haar Romenij? Tampaknya marga Haar dan marga Romenij digabungkan. Nama marga Roemnij sudah lama ada di Hindia (sekitar awal tahun 1820an); Marga Ter Haar Romenij baru muncul kemudian. Bagaimana dengan marga Ter Haar? Yang jelas marga ter Haar dan marga Roemenij sudah sama-sama eksis sebelum terinformasikan nama keluarga (marga) ter Haar Romenij. Nama keluarga (marga) Ter Haar Romenij paling tidak sudah teinformasikan pada tahun 1827 (lihat Overijsselsche courant, 31-07-1827). Sebagai tambahan nama keluarga (marga) Degenaars paling tidak sudah terinformasikan pada tahun 1737 (lihat Oprechte Haerlemsche courant, 26-12-1737).
Helene Wilhemina Degenaars setelah lulus sekolah
menengah (HBS) di Medan pada tahun 1941 tidak terinformasikan apakah masih di
Medan atau sudah di Belanda. Sebagaimana diketahui pada akhir tahun 1941
serangan militer sudah terjadi Tarempa, Natuna, Pontianak dan Kakas lalu pada
bulam Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah/takluk kepada militer Jepang.
Di Medan orang Eropa/Belanda diinternir di wilayah Labuhan Batu hingga
dibebaskan pada akhir tahun 1945 (Sebagian dievakuasi ke Belanda). Namun apakah Helene
Wilhemina Degenaars mengalami kejadian pada selang waktu tersebut, tidak terinformasikan
hingga keberadaan Helene Wilhemina Degenaars diketahui di Belanda (dan telah
menikah dengan Ter Haar Romeny).
Bredasche courant, 15-08-1947: ‘TER HAAR ROMENY— Degenaars geven met grote blijdschap kennis van de geboorte van hun Dochter HéLèNE GERTRUDE. Breda, 12 Augustus 1947. Ulvenhoutselaan 76. Tijd.: Diaconessenhuis’. Bredasche courant, 28-12-1948: ‘De Heer en Mevrouw TER HAAR ROMENY— Degenaars, geven met blijdschap kennis van de geboorte van hun Dochter RENéE CAROLINE Breda, 27 December 1948. Ulvenhoutselaan 76’.
Kapan Helene Wilhemina Degenaars menikah dengan
ter Haar Romeny tidak terinformasikan. Yang jelas putri mereka lahir di Breda
pada tanggal 12 Agustus 1947 dan tanggal 27 Desember 1948. Ini sesuai dengan
yang disebuat di atas, pada saat berangkat ke Indonesia tanggal 29 Agustus 1951
Helene Wilhemina Degenaars membawa dua anak. Dalam hal ini Helene Wilhemina Degenaars
menikah sebelum tahun 1947.
Jika Helene Wilhemina Degenaars mengalami pendudukan militer Jepang di Indonesia, para interneran Eropa/Belanda baru dibebaskan pada akhir tahun 1945 (dan Sebagian dievakuasi ke Belanda). Oleh karena itu bisa jadi bahwa Helene Wilhemina Degenaars menikah dengan Ter Haar Romeny di Belanda pada tahun 1946.
Lalu mengapa keluarga Helene Wilhemina Degenaars-ter Haar Romeny (kembali) ke Indonesia pada tahun 1949? Selain melihat orang tua (Thomas Degenaars) di Medan, apakah Ter Haar Romeny juga memiliki keluarga di Medan? Seperti disebut di atas, keluarga (marga) Ter Haar Romeny sudah lama ada di Medan dan sekitarnya. Lalu mengapa istri Thomas Degenaars (Fortuin) kembali ke Medan pada bulan Agustus 1951.
Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 26-11-1945: ‘Mereka yang gugur di Sumatra. Letnan Wm. SB Klooster menulis surat kepada kami pada 17 November dari Medan: Banyak orang Belanda muda, tetapi juga yang lebih tua, yang berasal dari Deli, sayangnya kehilangan nyawa mereka sebagai tawanan perang, tetapi banyak sekali warga sipil juga telah gugur dalam beberapa tahun terakhir—beberapa dieksekusi, yang lain meninggal di penjara, tak terhitung banyaknya yang dikubur di kamp konsentrasi akibat malnutrisi, disentri, atau malaria. Daftar ini sangat panjang dan suram; berisi ratusan nama. Tidaklah berlebihan untuk memperkirakan bahwa sekitar 15 hingga 20 persen dari populasi Eropa yang relatif kecil di Pantai Timur tewas selama tahun-tahun pendudukan. Daftar lengkap korban belum dapat dipublikasikan. Namun, untuk sementara waktu, saya akan mencantumkan di sini sejumlah nama orang Deli yang gugur di bawah rezim Jepang, beberapa di antaranya juga dikenal di luar wilayah ini. Di kamp konsentrasi Si Ringo-Ringo yang terkenal kejam di dekat Rantau Prapat, yang dijuluki "Oe Doodenvallei" (Lembah Orang Mati), tempat hampir semua warga negara Eropa di Pantai Timur Sumatra, Tapanuli, dan Aceh ditahan selama tahun terakhir pendudukan, berikut ini yang meninggal, antara lain: L. Loman, insinyur konstruksi,… Di antara mereka yang meninggal di penjara Medan atau Siantar adalah: Kepala Polisi, Komisaris PJ de Bruyn, … Berikut ini yang meninggal di kamp konsentrasi Belawan Estate: J de Ruyter, sekretaris Asosiasi Asisten di Deli, Kriek, guru di HBS,... Sebagaimana disebutkan, banyak yang meninggal sebagai tawanan perang atau tewas dengan cara lain, di luar wilayah Deli. Delian terkenal yang sayangnya tidak kembali dan yang ingatannya hanya tinggal bagi kita termasuk: K ten Velde, perwakilan dari SIPEF di Medan; van Kooy, wakil dari Société rinanciere (meninggal di Aceh); Th Degenaars, anggota staf HVA, Striening, v Tekelenburg, Touber, White, Hoeberechts, Ankerman, v Lelyveld dan Courtier, semuanya dari HVA; LJ Kleyn, dokter di Kaban Djahe, dan banyak lainnya. Baru-baru ini, korban tewas kami peringati secara khidmat di Witte Sociëteit di Medan. Upacara itu sungguh mengharukan. Namun, pertemuan kecil itu meninggalkan kesan yang lebih mendalam setelahnya’.
Thomas Degenaars masih berada di Medan, namun terinformasikan telah meninggal pada waktu pendudukan militer Jepang (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 26-11-1945). Disebutkan salah satu yang meninggal dalam masa pendudukan militer Jepang adalah Th Degenaars, staf HVA di Medan. Namun tidak terinformasikan kapan tepatnya Thomas Degenaars meninggal.
Nyonya Helene Wilhemina Degenaars-ter Haar Romeny dengan dua anak (kembali) ke Medan tahun 1949 dan istri Thomas Degenaars (Fortuin) kembali ke Medan pada bulan Agustus 1951 selain kembali ke rumah, juga untuk berziarah ke makam Thomas Degenaars di Medan.
Lalu siapa Ole Romeny? Ada empat anak Helene Wilhemina Degenaars-ter Haar Romeny, semuanya perempuan: lahir 1947 (Helene Gertrude), lahir 1948 (Renee Caroline), lahir 1959 (?) dan lahir 1963 (Catherine Frédérique). Yang mana yang menjadi ibu dari Ole Romeny? Hanya Ole Romeny yang bisa menjawabnya. Tampaknya, oleh karena Ole Romeny lahir tahun 2000, kemungkinan besar ibu Ole Romeny bernama Catherine Frédérique.
Catherine Frédérique lahir di Haarlem 24 Juni 1963. Ibunya HW Ter Haar Roemney-Degenaars lahir di Medan (1923) dan menyelesaikan sekolah menangah (HBS) di Medan (1941). Kahadiran (militer) Jepang di Indonesia (termasuk di Medan) telah menjadi kacau. Kakeknya Thomas Degenaars meninggal pada masa pendudukan militer Jepang. Ibunya (Helene Wilhelmina Degenaars), neneknya (Nyonya Degenaars-Fortuin) dan omnya Robbie Degenaar kembali ke Belanda pasca pendudukan militer Jepang. Ibunya kemudian menikah di Belanda. Dua kakaknya lahir di Belanda, ibu bersama dua kakaknya lalu berangkat ke Medan pada tahun 1949 dan kemudian neneknya menyusul ke Medan pada tahun 1951. Oleh karena omnya (Tom Degenaars) sudah di Belanda (kuliah di Delft), kota Medan ditinggalkan keluarga Degenaars. Di Belanda, saudaranya lahir tahun 1959. Catherine Frédérique sendiri lahir di Haarlem 24 Juni 1963.
Catherine Frédérique tentu saja tidak memiliki memory tentang kota Medan. Catherine Frédérique lahir di Belanda. Tampaknya Catherine Frédérique juga tidak pernah terinformasikan ke Medan. Kini, putranya (Ole Romeny) sudah menjadi WNI (2025), salah satu pemain sepak bola diaspora Indonesia. Lantas, apakah Ole Romeny sudah pernah ke Medan? Yang jelas Helena Wilhelmina Degenaars lahir dan lulus HBS di Medan. Helena Wilhelmina Degenaars menikah dengan AB ter Haar Romeny. Putri keempat mereka diberi nama Catherine Frédérique (ter Haar Romeny) adalah ibu Ole Romeny. Sementara itu nama ayah Ole Romeny adalah Piet Burgers.
Nama Piet Burgers sendiri pernah terinformasikan pada tahun 1980 sebagai pemain klub Piershil (lihat Trouw, 14-01-1980). Disebutkan dalam pertandingan melawan WHS, Piet Burgers dan Piet Verveer terbukti menjadi pemain terbaik Piershil. Piershil adalah sebuah desa dan bekas kotapraja di dekat Rotterdam (provinsi Holland Selatan, Belanda). Apakah nama Piet Burgers yang disebut tersebut adalah ayah dari Ole Romeny? Tampaknya masuk akal, karena ibunya lahir tahun 1963.
Lantas mengapa Ole menggunakan nama belakang Romeny? Sebenarnya nama lengkap Ole Romeny adalah Ole Lennard ter Haar Romeny. Dalam hal ini Ole Romeny dalam nama lengkapanya terdiri tiga nama: depan=Ole, tengah (Lennard) dan belakang (ter Haar Romeny). Nama belakang tersebut mengambil dari nama belakang kakeknya (AB ter Haar Romeny)—yang mana ter Haar-Romeny sendiri adalah nama keluarga (marga). Marga Ole Romeny sendiri adalah Burgers (mengikuti marga ayahnya: Piet GW Burgers). Jika nama Ole Romeny ditulis selengkap mungkin menjadi: Ole Lennard ter Haar Romeny Burgers.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com






























Wah baru tau sejarahnya Ole Romeny seperti ini, terima kasih...
BalasHapus