Senin, 10 November 2025

Sejarah Indonesia Jilid 7.3: Hari Pahlawan, Pahlawan Indonesia dan Gelar Pahlawan Nasional; Dr Soetomo dan Bung (Su)Tomo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini

Pagi ini (10-11-2025) Presiden RI Prabowo Subianto membuka hari pahlawan dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh baru. Artikel ini tidak sedang membicarakan itu, melainkan tentang para pahlawan Indonesia, hari pahlawan dan gelar pahlawan nasional di kota pahlawan Surabaya. Ada dua nama menggunakan Soetomo, yakni Dr Raden Soetomo dan Soetomo alias Bung Tomo.  


Gelar Pahlawan Nasional di Indonesia adalah penghargaan tertinggi dari negara yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang dianggap berjasa luar biasa bagi bangsa dan negara.  Pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2025, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh baru. Penerima Gelar Pahlawan Nasional Terbaru (10 November 2025). Berikut adalah 10 tokoh yang baru saja menerima gelar Pahlawan Nasional: Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Jawa Timur); Jenderal Besar TNI Soeharto (Jawa Tengah); Marsinah (Jawa Timur); Mochtar Kusumaatmadja (Jawa Barat; Hajjah Rahmah El Yunusiyah (Sumatera Barat); Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah); Sultan Muhammad Salahuddin (Nusa Tenggara Barat); Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur); dr. Kariadi (Jawa Tengah); Zainal Abidin Syah (Maluku Utara). Dasar Hukum dan Kriteria: Pemberian gelar Pahlawan Nasional diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2010.  Syarat umum untuk menjadi Pahlawan Nasional antara lain: Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang di wilayah NKRI; Memiliki integritas moral dan keteladanan; Berjasa secara signifikan bagi bangsa dan negara, yang berdampak luas bagi kemajuan, kesejahteraan, dan martabat bangsa; Tidak pernah berkhianat kepada bangsa dan negara; Gugur atau meninggal dunia bukan akibat perbuatan tercela; Proses pengusulan dapat dimulai dari masyarakat atau pemerintah daerah, kemudian dibahas di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga Kementerian Sosial, sebelum diajukan kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan untuk mendapatkan persetujuan akhir  (AI Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional? Seperti disebut di atas, banyak Pahlawan Indonesia, tetapi hanya sedikit yang mendapat gelar Pahlawan Nasional. Bagaimana dengan Dr Soetomo dan Bung Tomo di Soerabaja? Lalu bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah ahli sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Pahlawan Indonesia, Hari Pahlawan dan Gelar Pahlawan Nasional; Dr Soetomo dan Bung Tomo

Ada perbedaan daftar nama yang diberikan oleh AI Wikipedia dan Kompas.com. Perbedaan karena berbeda sumber. Yang mana yang benar? Demikian pula narasi dalam sejarah Indonesia kerap terjadi perbedaan data, analisis dan interpretasi. Hal itu juga yang berlaku pada nama Soetomo. Oleh karena keduanya berjuang di Soerabaja, bahwa ada juga yang menganggap Dr Soetomo dan Bung Tomo dalam orang yang sama. Faktanya tidak demikian. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data.


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 10 tokoh di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Senin (10/11/2025). Berikut ini 10 nama yang dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Prabowo: Abdurrahman Wahid, tokoh dari Jawa Timur Jenderal Besar TNI Soeharto, tokoh dari Jawa Tengah Marsinah, tokoh dari Jawa Timur Mochtar Kusumaatmaja, tokoh dari Jawa Barat Hajjah Rahma El Yunusiyyah, tokoh dari Sumatera Barat Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh dari Jawa Tengah Sultan Muhammad Salahuddin, tokoh dari NTB Syaikhona Muhammad Kholil, tokoh dari Jawa Timur Tuan Rondahaim Saragih, tokoh dari Sumatera Utara Zainal Abisin Syah, tokoh dari Maluku Utara (Sumber: https://nasional.kompas.com).

Dr Soetomo sudah lama tiada, meninggal tahun 1938 di Soerabaja. Soetomo atau kemudian lebih dikenal Bung Tomo namanya baru muncul pada perang mempertahankan kemerdekaan di Soerabaja (1945). Puncak perlawanan di Soerabaja terjadi pada tanggal 10 November 1945. Dalam konteks inilah nama Soetomo dikenal luas.


Amigoe di Curacao, 30-11-1945: ‘Korban. Pasukan Inggris di Jawa telah menderita 774 korban sejauh ini, 109 di antaranya tewas antara 5 Oktober dan saat ini. Satu batalion Mahratta diterbangkan dari Surabaya ke Semarang, di mana bantuan mendesak dibutuhkan untuk melindungi para interniran terakhir. Para mantan interniran ini sedang diangkut dari kamp Ambarawa. Seorang juru bicara Inggris menyatakan bahwa Soemarno, penasihat Soetomo, salah satu pembicara revolusioner di Radio Surabaya, tewas dalam pertempuran tersebut. Stasiun radio tersebut kini beroperasi di luar Surabaya dan telah meminta makanan untuk para revolusioner yang masih bertempur di dalam kota (Aneta).

Ini bermula ketika pasukan Sekutu/Inggris tanggal 29 September 1945 merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Lalu mulai melakukan tugas pelucutan senjata militer Jepang dan pembebasan interniran Eropa/Belanda. Sebagai respon terhadap pasukan Sekutu/Inggris dan NICA yang tidak peduli terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lalu Tentara Rakjat Indonesia mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13 Oktober 1945 dan yang juga hal yang sama dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan Keesings historisch archief: 14-10-1945.


Seperti dketahui pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan maklumat pembentukan tentara nasional yang diberi nama Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Dalam masa konsolidasi TRI ini, tentara Sekutu/Inggris sudah masuk jauh ke pedalaman. Pada tanggal 15 Oktober pasukan Sekutu/Inggris ke Buitenzorg. Pada hari yang sama satu detasemen Punjabi ke Depok untuk membebaskan sandera akibat kerusuhan tanggal 11 Oktober. Setelah membebaskan sandera, pasukan bersama sandera ke Buitenzorg. Robert Kiek, wartawan ANP ikut dalam pembebasan ke Depok ini. Pada tanggal 16 Oktober 1945 pasukan Belanda telah mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan dan pada tanggal 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan nasionalis (lihat De patriot, 18-10-1945). Pada tanggal 18 Oktober 1945 pasukan Sekutu/Inggris memasuki Bandoeng.

Pasukan Sekutu/Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945 mendarat di Semarang dan pada tanggal 25 Oktober 1945 mendarat di Surabaya. Radio Bandung masih digunakan oleh pihak Indonesia (lihat Gazet van Limburg, 26-10-1945).  Lalu pada tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Pertempuran di Soerabaja puncaknya terjadi pada tanggal 10 November.


De Volkskrant, 26-10-1945: ‘Mendarat di Surabaya. Kemarin pagi pukul 10.30, pasukan pertama mendarat di Surabaya tanpa perlawanan. Tidak ada pasukan Belanda yang hadir. Awak pesawat Thunderbolt yang mengawal pendaratan dari udara melaporkan bahwa banyak bendera merah putih terlihat, tetapi tidak ada tanda-tanda perlawanan yang terlihat. Pendaratan dilakukan oleh Brigade Infanteri India Britania ke-49, di bawah komando Brigadir Jenderal Mallaby. Brigade yang menduduki Ambarawa dan Magelang tersebut menerima sambutan yang ramah, menurut laporan’. Amigoe di Curacao, 29-10-1945: ‘Pihak berwenang militer Inggris menerbangkan pemimpin Indonesia, Soekarno, ke Surabaya dalam upaya menghentikan serangan mendadak penduduk asli terhadap garnisun Sekutu. Keadaan darurat diumumkan seiring meningkatnya pertempuran. Setelah enam jam pertempuran, seorang tentara India Inggris tewas, dan seorang perwira Inggris serta beberapa tentara India Inggris terluka. Pihak berwenang Inggris menyatakan kekhawatiran bahwa beberapa posisi yang sebelumnya diduduki dengan ringan akan diserbu oleh pihak Indonesia. Memburuknya situasi militer di Surabaya secara tiba-tiba tidak terduga. Sejak pasukan mendarat di sana tanpa perlawanan empat hari sebelumnya, laporan harian ke markas besar menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan dan pendudukan berjalan lancar. Sikap Indonesia berubah setelah pesawat Inggris menjatuhkan selebaran. Selebaran tersebut, yang dimaksudkan untuk meredakan situasi tegang, tampaknya justru memberikan dampak yang salah. Brigadir AWF Mallaby, komandan Brigade ke-49, memerintahkan blokade jalan untuk kembali dilakukan. Siaran di Radio Indonesia Merdeka, yang dijadwalkan menampilkan Dokter Moestopo, salah satu pemimpin moderat, dibatalkan dan digantikan oleh pidato berapi-api oleh seorang revolusioner. Tembakan pertama dilepaskan ke sebuah jip dan dua truk yang membawa personel Inggris dalam perjalanan menuju pertemuan dengan kepala polisi. Pertemuan ini telah diselenggarakan oleh Residen Soedirman yang nasionalis, yang telah menjanjikan kerja sama penuh dengan otoritas pendudukan tiga jam sebelumnya. (Batavia. AP 29.10)’. Algemeen Handelsblad, 31-10-1945: ‘Brigadir Jenderal Mallaby tewas di Surabaya. Jenderal Christison menuduh Soekarno bertanggung jawab atas pembunuhan itu dan memanggilnya. Brigadir Jenderal Inggris AW Mallaby tewas di Surabaya setelah berunding dengan kaum nasionalis revolusioner. Jenderal Christison telah menyatakan bahwa ia menuduh Soekarno bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Soekarno telah diperintahkan untuk bergabung dengannya. Awalnya, sebuah kesepakatan dicapai antara Inggris dan kaum nasionalis, di mana wilayah perkotaan tertentu akan diduduki oleh pasukan Inggris-India, yang lain oleh pasukan nasionalis, dan tidak ada detasemen Belanda yang akan mendarat. Karena kesalahpahaman, pertempuran kembali berkobar, yang diredakan dengan kedatangan Jenderal Hawthorn dan Soekarno, Hatta, dan Amir Sjarifoedin Harahap. Setelah keberangkatan mereka ke Batavia, para revolusioner membunuh Jenderal Mallaby. Christison mengkritik kapten angkatan laut Belanda Huyer, yang dikirim ke Surabaya atas perintah Laksamana Patterson dan, bertentangan dengan instruksi, menuntut agar Jepang menyerahkan senjata mereka, yang kemudian jatuh ke tangan kaum nasionalis pribumi. Pertempuran berlanjut di Surabaya sepanjang malam. Inggris tidak dapat mengevakuasi korban luka mereka. Diskusi antara Dr. Van Mook dan para pemimpin nasionalis belum berlangsung. Poekarno telah menginstruksikan Soebardjo untuk mengumpulkan delegasi. Ultimatum: Menurut A.P., Jenderal Christison mengeluarkan ultimatum kepada para revolusioner Indonesia, menasihati para nasionalis yang taat hukum untuk melepaskan diri dari mereka yang melanggar perjanjian dengan Mallaby di Surabaya. Ia lebih lanjut menyatakan: "Kecuali jika orang Indonesia yang melakukan serangan tak beralasan terhadap pasukan kami menyerah kepada pasukan saya, saya bermaksud untuk mengerahkan seluruh kekuatan angkatan laut, darat, dan udara saya serta semua senjata perang modern untuk melawan mereka sampai mereka musnah". Seorang jenderal Jepang telah ditangkap dari Surabaya ke Batavia. Christison yakin bahwa orang-orang Jerman, dari kapal selam, memainkan peran dalam pertempuran di Surabaya. Mohamad Hatta telah menyatakan bahwa ada begitu banyak revolusioner di Surabaya sehingga bahkan berbahaya bagi Soekarno untuk menenangkan mereka. Menurut U.P. Sukarno berangkat hari ini dengan pesawat ke Magelang, di mana bentrokan telah terjadi, untuk mencoba memulihkan ketertiban’.  Bredasche courant, 30-10-1945: ‘Kemarin, Ir Soekarno mengeluarkan seruan radio kepada warga Indonesia di Surabaya untuk meletakkan senjata mereka. Kini, Surabaya sudah tenang’. Telex, 02-11-1945: ‘Pemancar radio seluler, yang telah dipasang di suatu tempat di Yogyakarta, menyiarkan pesan berikut: "Kita telah mengalahkan Inggris di Surabaya. Sekaranglah saatnya untuk pemberontakan umum". Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 02-11-1945: ‘Batavia, 1 November (Aneta). Segera setelah pidato radio Soekarno tadi malam, stasiun radio revolusioner di Surabaya menyatakan: "Orang tidak boleh khawatir dengan perundingan damai Soekarno. Pemberontakan harus dilanjutkan dengan segala cara yang memungkinkan." Reporter itu menambahkan bahwa penting untuk "membunuh semua musuh republik". De waarheid, 06-11-1945: ‘Perwira Belanda dari Surabaya, yang dibacakan di radio Senin malam: Orang-orang Indonesia telah menangkap, melucuti senjata, dan menahan tentara Jepang dalam pertempuran sengit. Setibanya di darat, penguasa Belanda memerintahkan pembebasan tentara Jepang dan pengembalian senjata mereka’. Leeuwarder koerier, 09-11-1945: ‘Jenazah Jenderal Mallaby, yang dibunuh di Surabaya, kini telah diekstradisi oleh pihak Indonesia. Jenazahnya dimakamkan dengan penghormatan militer di bandara Surabaya. Komandan pasukan Inggris telah dengan tegas memperingatkan pihak Indonesia bahwa mereka juga harus mematuhi tuntutan ekstradisi para pembunuh, atau jika tidak, semua peralatan yang tersedia akan dikerahkan. Radio Indonesia merespons dengan meminta bala bantuan untuk Surabaya, mengklaim bahwa pasukan Belanda telah mendarat. Perintah Inggris untuk menarik kembali permintaan ini tidak dipatuhi’. Groot Arnhem, 10-11-1945: ‘Batavia, 10 November (Reuters). Menurut laporan telepon yang diterima Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, kota Surabaya telah diserang sejak pukul 6.00 pagi waktu setempat. Markas besar Sekutu belum memiliki detail atau konfirmasi apa pun terkait laporan ini. Pagi ini pukul 10.00 pagi waktu setempat, seorang anggota Partai Republik dari kantor penghubung gabungan Sekutu-Indonesia di Surabaya menelepon pemerintah Republik Indonesia di Batavia, menyatakan bahwa "tak lama setelah pukul enam," waktu berakhirnya ultimatum Mayor Jenderal Mansergh, penembakan hebat dimulai. Sebelum ditutup tadi malam, stasiun radio Surabaya yang dikendalikan ekstremis mendesak penduduk untuk tidak menyerah pada cara memalukan yang diperintahkan Mayor Jenderal Mansergh untuk menyerah. Menurut stasiun tersebut, perintah ini melanggar perjanjian yang dicapai sepuluh hari sebelumnya antara Ir. Sukarno dan Mayor Jenderal Hawthorn. Menurut sumber Indonesia, banyak warga Indonesia terluka akibat tembakan granat, yang intensitasnya semakin meningkat’. Algemeen Handelsblad, 12-11-1945: ‘Pasukan Inggris menduduki seluruh Surabaya. Kota ini telah dibersihkan dari pasukan ekstremis; Jenderal Symonds tewas dalam sebuah kecelakaan. Menurut laporan resmi Jenderal Mansergh, Divisi India Britania Kelima di Surabaya pada hari Sabtu mulai membersihkan kota dari kelompok bersenjata ekstremis setelah tuntutan pelucutan senjata sukarela warga negara nasionalis ini ditolak. Ketika pasukan Inggris ditembaki oleh penembak jitu dan senapan mesin, yang mengakibatkan korban jiwa, artileri dan angkatan udara Inggris menembaki target-target yang dipilih dengan cermat, seperti pelabuhan, kantor pos, dan gedung-gedung pemerintah tempat para ekstremis bercokol. Pada hari Sabtu, empat pesawat Thunderbolt menjatuhkan 20 bom. Dari dua belas pesawat Mosquito yang terbang sangat rendah dan menyerang konsentrasi musuh dengan senjata di dalamnya, tiga di antaranya rusak parah oleh tembakan senapan mesin. "Merdeka" melaporkan bahwa pihak Indonesia telah melancarkan serangan balasan dan merebut kembali beberapa blok rumah. Pasukan Inggris secara bertahap menduduki seluruh kota dan menyelamatkan 3.500 tawanan Belanda. Dalam sebuah kecelakaan saat lepas landas dengan pesawat Mosquito miliknya, Brigadir Jenderal Inggris Symonds tewas. Pihak Indonesia mencirikan perlawanan ini sebagai "perang suci". Menurut U.P., tentara reguler Indonesia tidak berpartisipasi dalam pertempuran. Namun, para ekstremis memiliki tank dan truk ringan Jepang. Mereka konon telah menghitung 1.500 orang tewas dan terluka. Radio Surabaya meminta mediasi dari Amerika, Tiongkok, dan Rusia’.

Menteri Penerangan yang juga merangkap Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap meminta Kepala Staf Umum Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo untuk mengadakan konferensi diantara para pimpinan tentara untuk menentukan pimpinannya sebagai Panglima untuk menggantikannya. Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap ingin fokus pada fungsi manajemen keamanan dan pertahanan. Panglima adalah yang memimpin pertempuran di lapangan. Konferensi yang diadakan pada tanggal 12 November 1945 di Djogjakarta menghasilkan sejumlah keputusan yang antara lain pembagian wilayah pertahanan Indonesia (terutama di Jawa) dan penetapan pimpinan militer tertinggi sebagai Panglima. Yang terpilih adalah salah satu pimpinan TKR/TRI, Soedirman.


Dalam fase konsolidasi organsiasi tentara ini, perang terus berkobar dimana-mana, Menteri Pertahanan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap menilai terdapat tiga wilayah TKR yang melakukan tugasnya dengan rapih seperti dikutip oleh surat kabar Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. 21-11-1945: ‘TKR di Tjikampek, Tangerang dan Depok Jawa Barat. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap menyatakan TKR di tiga wilayah ini lebih rapih (disiplin) jika dibandingkan di Jawa Timur’. Dalam situasi pergerakan pasukan inilah, pasukan Sekutu/Inggris dari Djakarta dikirim ke Semarang pada tanggal 23 November 1945 (dan mendarat darurat di Tjakoeng, Bekasi). Seperti kita lihat nanti pasukan Sekutu/Inggris ini ditawan ke Bekasi oleh para revolusioner dan kemudian semuanya terinformasikan telah dibunuh (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-11-1945). Mayat yang ditemukan di Bekasi terdiri dari 18 tentara Inggris/India dan empat orang tentara Inggris (lihat De waarheid, 03-12-1945). Pesawat itu sendiri mendarat di persawahan di Tjakoeng dimana terdapat penumpangnya lima Inggris dan 20 Inggris/India. Dua orang Inggris/India terbunuh di TKP di Tjakoeng (lihat De Volkskrant, 04-12-1945).

Selain pertempuran di Djakarta dan sekitar, pertempuran di Bandoeng dan Soerabaja masih tetap berlangsung. Pejabat pemerintah RI yang paling sibuk dalam hal ini adalah PM Soetan Sjahrir dan Menteri Penerangan/Menteri Pertahanan/Keamanan Mr Amir Sjarifoedin. PM Soetan Sjahrir ke pihak luar (terutama pihak Sekutu/Inggris) dan Menteri Penerangan/Menteri Pertahanan/Keamanan Mr Amir Sjarifoedin ke pihak dalam (terutama pihak revolusioner Indonesia). Mensinkronkan dua sisi sudah tentu tidak mudah namun sebaliknya semakin sulit.


Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 05-12-1945: ‘Ketika ditanya jurnalis Amerika, tindakan apa yang telah ia ambil terhadap stasiun-stasiun radio yang digunakan oleh para ekstremis yang telah menghasut penduduk Indonesia di Bandung dalam beberapa hari terakhir untuk melawan Inggris dan telah meminta bala bantuan untuk dikirim ke Bandung, Mr Amir Sjarifoedin menjawab bahwa ia telah mengirim seorang perwira TKR ke stasiun radio tersebut dengan tujuan "mempengaruhi" para ekstremis. Mr Amir Sjarifoedin juga telah mengirim seorang perwakilan ke Surabaya untuk membujuk Soetomo, yang terus menghasut penduduk melalui radio, agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Namun, dimana stasiun radio Soetomo belum terlacak’.

PM Sjharir menyatakan bahwa Indonesia akan merespons dengan kekerasan terhadap upaya Inggris untuk memulihkan ketertiban (lihat Keesings historisch archief: geïllustreerd dagboek van het hedendaagsch wereldgebeuren met voortdurend bijgewerkten alphabetischen index, 12-12-1945). Juga disebutkan 12 Desember pemimpin nasionalis Indonesia, Soetomo, mengancam akan membalas dengan racun massal.


De Volkskrant, 12-12-1945: ‘Pemimpin nasionalis Indonesia, Soetomo, mengancam akan membalas dengan racun massal jika Inggris dan Belanda mengambil tindakan yang lebih keras untuk mengendalikan kerusuhan di Jawa, lapor Ass. Press. Berbicara kepada sebuah stasiun radio di dekat Surabaya, Soetomo menyatakan: "Belanda membanggakan bahwa mereka akan segera mendaratkan 40.000 tentara. Lalu kenapa? Kami bertekad untuk menghancurkan mereka, bahkan jika kami harus meracuni mereka. Kami memiliki 70 juta orang di belakang kami. Merupakan tugas yang mudah bagi kami untuk melumpuhkan 100.000 atau 200.000 musuh dengan racun".

Para pemimpin nasionalis Indonesia terdapat di berbagai front: Djakarta, Semarang, Bandoeng, Soerabaja, Medan dan lainnya. Setelah Radio Bandoeng direbut Inggris beberapa waktu lalu, Soetomo di sekitar kota Soerabaja masih memainkan peran dengan caranya sendiri (melalui radio).


Bredasche courant, 21-12-1945: ‘Pada tanggal 15 Desember, Soetomo menyatakan di Radio Surabaya, "Tuhan tidak akan membiarkan kita dikuasai lagi oleh imperialisme Belanda, yang bahkan lebih rendah daripada fasisme Jepang. Jika Inggris dan Belanda menang, kita akan kembali ditindas dan dieksploitasi. Perjuangan telah berkobar di seluruh Indonesia".

 

Dr Soetomo dan Bung Tomo: Sejarah Pemberian Gelar dan Kini Gelar Pahlawan Nasional Menjadi Sumber Permasalahan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Soetomlengkapnya

 

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar