*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini
Sejarah
lama apalagi sejarah kuno kerap mengejutkan pada masa ini. Sejarah Sabah, Sulu,
Jolo, Tawi-Tawi dan Mindanao hingga ini hari kurang terinformasikan. Padahal
wilayah ini di masa lampau adalah satu kesatuan kawasan wilayah bahkan
terintegrasi dengan semenanjung Celebes (Manado) dan Ternate di Halmahera
(Batachini del Moro) yang memiliki pengaruh Islam. Era Portugis (kedatangan
orang Eropa) hanyalah sejarah baru, kelanjutan sejarah lama ketika dominasi
Hindoe-Boedha mulai diretas dengan masuknya pengaruh Islam yang kuat. Peaiain
utama di kawasan utara (Indonesia) di sekitar laut Sulwaesi ini adalah
orang-orang Moro beragama Islam (suksesi orang-orang Persia dan Arab).
Narasi sejarah masa kini seakan hanya mengutub
ke satu titik. Boleh jadi sengaja atau tidak sengaja. Namun sesungguhnya hal
itu karena kurangnya data dan tidak tepatnya analisis yang diterapkan dan
interpretasi yang keliru. Para sejarawan sangat terikat dan lebih tertarik pada
eksistensi Sriwijaya dan Majapahit, kurang memperhatikan dan kurang serius
menelusuri garis sejarah dari Baroes ke Padang Lawas (Kerajaan Aroe atau de
Aroe atau Daroe) yang dihubungkan dengan Tiongkok melalui Infragiri, Djohor,
Borneo (kini Brunei) dan Luzon. Dalam konteks inilah ditemukannya jalan sutra menuju
Ternate (Maluku) yang tidak pernah diketahui Madjapahit. Nama pulau Aroe di
dekat Papoea bukanlah bersifat acak tetapi garis ujung dari Kerajaan Aroe di
Sumatra (Padang Lawas Tapanoeli). Candi yang luas tidak hanya di wilayah
Madjapahit tetapi juga di kawasan daerah aliran sungai Baroemoen (Padang
Lawas). Padang Lawas dan Baroes berada di satu kawasan teritori. Ketika
Presiden Jokowi baru-baru ini meresmikan Titik Nol Kilometer Islam di Nusantara
semua menjadi heboh, bukan? Bukankah kerajaan-kerajaan Atjeh berkembang
dari Baroes dan dari Baroes agama Islam menyebar ke pulau Jawa?
Lantas
bagaimana sejarah Sabah, Sulu, Jolo, dan Tawi-Tawi? Yang jelas nama-nama tempat ini berada di satu
kawasan yang sama dengan Nunukan dan Sebatik di pantai timur Borneo (kini
provinsi Kalimantan Utara). Lalu apa pentingnya sejarah kawasan ini? Ada dunia lama di sini yang kurang
terinforasikan. Padahal dala penulisan sejarah baru tidak boleh melupakan
sejarah lama. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.