Sabtu, 10 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (15): Sejarah Nunukan, Tempo Dulu di Teluk St Lucia; Kisah Pulau Sebatik dan Keutamaan Kota Nunukan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini

Nama (pulau) Nunukan tidak terpisah dengan nama (pulau) Sebatik di pantai timur Kalimantan sejak masa lampau, sejak adanya pembicaraan antara dua belah pihak Pemerintah Hindia Belanda dengan Inggris. Inisiasinya dimulai pada tahun 1824 (yang terdapat pada pasal Traktat London 1824). Di wilayah perabatasan di pantai timur pulau Kalimantan mempertegasnya dengan dikeluarkannya Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 28 Februari 1846. Mulai ada masalah ketika batas-batas itu dipersoalkan yang dihubungkan dengan British Noord Borneo-Msatschappij atau British Nort Borneo Company pada tahun 1879. Okelah, itu satu hal.

Pada dasarnya urusan batas-batas wilayah masa kini antara Indonesia dan negara lain (Malaysia, Filipina dan lainnya) sudah diselesaikan tempo doeloe antara Belanda (Pemerintah Hindia Belanda) dengan Inggris dan Amerika Serikat dan Portugis). Batas-batas yang ada sekarang adalah batas-batas yang diteruskan. Namun adakalanya penarikan batas atau penentuaan batas itu tidak begitu tepat dengan ukuran (presisi) serta situasi dan kondisi sekarang (tempo doeloe masih sedikit penghuni sementara sekarang sudah padat). Hal itulah yang pernah terjadi antara (sengketa) pulau Sipadan dan pulau Ligitan (antara Indonesia dan Malaysia). Perbedaan persepsi sekarang yang menjadi sisa masalah yang diselesaikan antar dua negara berbatasan baik secara bilateral atau pengadilan arbitrase atau Mahkanmah Internasional.

Lantas bagaimana dengan sejarah Nunukan (dan Sebatik) di wilayah perbatasan? Sebagai wilayah perbatasan, sejarah Nunukan dan sejarah Sebatik menjadi penting sebagai bagian dari Sejarah Menjadi Indonesia. Bagaimana semuanya berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Teluk St Lucia Baai: Noenoekan dan Sebatik

Pulau Nunukan dan pulau Sebatik diduga kuat adalah pulau yang terbentuk baru (hasil proses sedimentasi). Dua pulau yang terbentuk ini berada di teluk Dwel Bay (lihat Peta 1657). Di dalam peta tidak terdapat pulau tetapi suatu identifikasi navigasi yang mengindikasikan gundukan pasir (tanah berawa-rawa).

Di dalam teluk ini beruara banyak sungai. Sehubungan dengan meningkatkatnya perekonoian (perdagangan) wilayah-wilayah hulu sungai-sungai tersebut semakin intens aktvitas produksi (penebangan dan pembakaran) yang menyebabkan erosi yang drastik. Bahan-bahan hanyut inilah yang mendangkalkan teluk dan menimbulkan sedimentasi jangka panjang (terbentuknya pulau baru). Pada Peta 1657 ini juga mengindikasikan pulau Sipadan dan pulau Ligitan yang sekarang belum berupa daratan tetapi masih berupa gundukan pasir atau karang. Proses pembentukan pulau umum terjadi di teluk yang memiliki banyak muara sungai (hal ini juga banyak ditemukan di Jawa). Demikian juga karang di lautan dapat terbentuk pulau baru.

Pada peta-peta berikutnya teluk ini (Dwel Bay) diidentifikasi sebagai teluk St Lucia. Dari penamaan teluk terkesan ada unsur Portugis. Sebelum seputar pulau Borneo ini menjadi lintasan perdagangan VOC, sudah sejak lama menjadi lintasan perdagangan Portugis yang berpusat di Malaka. Orang Portugis ke Borneo pertama kali tahun 1521 di bawah pimpinan George Menesez. Tempat yang dikunjungi pertama adalah Boernai (kini Brunei) yang merujuk pada penamaan pulau oleh orang Portugis sebagai pulau Borneo.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pertumbuhan dan Perkembangan di Noenoekan dan Sebatik

Nama pulau Sebatik lebih dulu populer jika dibandingkan nama pulau Noenoekan. Hal ini karena pulau Sebatik tepat berada di perbatasan antara wilayah Pemerintah Hindia Belanda dengan wilayah yurisdiksi Ingrris. Pada Peta 1861 nama pulau Sibattoek (Sebatik) sudah diidentifikasi sementara pulau di selatannya belum (pulau yang diduga pulau Noenoekan).

Dalam Peta 1861 belum ada batas pemisah diantara dua wilayah tersebut. Hal ini karena batas formal wilayah Pemerintah Hindia Belanda masih sebatas kerajaan Berau (Goenoeng Taboer) dan wilayah (lanskap) di sebelah utaranya (kerajaan Boeloengan) di sungai Atas (di sebelah utara pulau Tarakan). Wilayah (lanskap) yang kelak menjadi perbatasan (termasuk Sebatik dan Nunukan) tampaknya sedang disewakan kepada pihak sarikat perdagangan Borneo Utara (Inggris). Pada Peta 1877 batas wilayah antara Hindia Belanda dan lasnkap kerajaan Soeloe (Inggris) berada lebih ke utara di batas wilayah yang sekarang. Dalam peta ini hanya daratan yang ditandai batas, sedangkan pulau Sebatik belum. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa wilayah ujung pantai timur Borneo tersebut adalah wilayah kerajaan Soeloe yang disewakan kepada Inggris. Dalam fase konsesi inilah batas wilayah tersebut berubah (ditinjau ulang).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar