*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Nama
Tandjoeng Datoe (Kaap Datoe) tempo doeloe sudah dianggap penting karena
ditetapkan sebagai batas pemisah antara wilayah Inggris (Serawak) dan wilayah Hindia
Belanda (Sambas). Namun batas pemisah itu menimbulkan masalah ketika tahun 2014
Pemerintah Malaysia membangun menara mercusiar di lokasi yang tidak tepat.
Padahal sudah sejak 1885 di Tnadjoeng Datoe dibangun menara oleh Pemerintah
Hindia Belanda.
Tanjung dan teluk adalah dua bentuk topografi
wilayah yang berbeda. Teluk menjadi wilayah yang cenderung luas dan aman
terbentuknya pelabuhan (kota). Sedangkan tanjung justru sebaliknya, sempit dan
tajam dan kerap menimbulkan masalah dala navigasi. Meski demikian, tanjung
adakalanya dijadikan sebagai penanda batas wilayah (semacam di dinding di garis
pantai). Dalam konteks inilah tempo doeloe Tandjoeng Datoe dijadikan pembatas
wilayah. Untuk mengamankan navigasi pelayaran dibangun menara pemandu
(mercusuar). Menara mercusuar ini begitu penting bagi penduduk kepulauan
Natoena (Kepulauan Riau).
Lantas
apa pentingnya sejarah Tandjoeng Datoe ditulis? Nah, itu tadi. Tandjoeng Datoe
sebagai batas pemisah (wilayah) dan mercusuar yang dibangun menjadi penanda
navigasi pelayaran. Lalu, apakah ada sejarah Tandjoeng Datoe? Nah, itu tadi. Pernah dibicarakan dan disepkati antara
pihak Inggris dan pihak Pemerintah Hindia Belanda. Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Tandjoeng Datoe
Nama
Tandjoeng Datoe adalah nama kuno. Suatu nama yang dianggap penting sebagai
penanda navigasi seperti nama-nama tempat atau nama sungai. Nama Tandjoeng
Datoe paling tidak sudah diidentifikasi pada Peta 1657. Tanjung ini tidak jauh
dari kota (kerajaan) Sambas. Peta ini dibuat pada era VOC (Belanda).
Dalam sistem navigasi kuno, selain nama pulau,
tiga hal yang utama yang diidentifikasi dalam peta adalah nama tempat (kota
atau kerajaan), nama sungai dan nama tanjung. Meski penting nama teluk namun
peta sebagai rujukan pelayaran tidak selalu diidentifikasi. Hal itulah mengapa
nama tanjung penting dan sejak awal sudah dicatat. Dari namanya, nama tanjung
adalah penamaan lokal. Dala Peta 1657 ini di pulau Borneo (Kalimantan) hanya
tiga nama tempat yang diidenrifikasi sebagai kerajaan besar: Bandjarmasin,
Soecadana dan Sambas. Besar dugaan penamaan nama tanjung ini merujuk penanda
navigasi dari kerajaan Sambas. Biasanya bila nama tanjung belum ada orang Eropa
(Portugis atau lainnya) memberi nama sendiri. Pembuatan peta-peta sendiri
bersifat akummulatif oleh para ahli. Para pelaut terutama dari Eropa hanya
menambahkan rincian yang sudah ada pada peta lama atau mengoreksi jika terdapat
kesalahan. Peta adalah bersifat publik (pengetahuan umum). Dengan saling
bertukar peta dimungkinkan muncul peta terbaru yang tujuannya berguna dan aman
dalam naviagasi pelayaran.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Menara Mercusuar Tanjung Datu
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar