Jumat, 28 Juni 2019

Sejarah Bekasi (7): Sejarah Rawa di Bekasi, Sejarah Situ di Depok; Rawa, Situ dan Kali Dibendung untuk Membangun Kanal Irigasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Apa itu sitoe, sudah cukup jelas. Akan tetapi apa itu rawa, masih kurang jelas. Rawa dan situ bertetangga. Ibarat Depok dan Bekasi.  Di Depok nyaris tidak ditemukan rawa, tetapi sangat banyak sitoe. Sebaliknya di Bekasi hanya beberapa buah sitoe tetapi sangat banyak rawa. Sejumlah rawa di Bekasi sangat luas. Seperti di Depok, sejumlah rawa di Bekasi dijadikan sumber air irigasi dengan membendung dan membangun kanal. Beberapa di Bekasi telah bertransfomasi menjadi daratan dan bahkan di atasnya terbentuk perkampongan.

Daftar rawa di Bekasi (1900)
Banyak kota dibangun di atas rawa dan bantaran kali. Contohnya, Batavia (kini Jakarta). Tidak hanya itu, kota-kota besar lainnya dibangun di atas rawa seperti Semarang, Soerabaja, Palembang, Padang. Tidak hanya itu, kota Bandoeng juga dibangun di atas rawa. Dalam hal ini, termasuk kota Bekasi.

Sitoe jelas menarik perhatian. Akan tetapi apa menariknya rawa? Pertanyaan ini sepele bahkan terkesan kurang penting. Pada era kolonial Belanda sejumlah rawa menjadi sumber air irigasi. Itu doeloe. Namun persoalannya menjadi lain pada masa ini maupun pada masa nanti. Rawa telah diubah atau berubah (drastis) menjadi daratan dan dijadikan area perumahan. Apa dampaknya ke depan? Pertanyaan ini menyebabkan sejarah rawa menjadi penting. Lantas serupa apa sejarah rawa di Bekasi? Itulah yang ingin kita perhatikan dengan menelusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 27 Juni 2019

Sejarah Bekasi (6): Nama Djago di Bekasi, Djawara di Banten; Sejarah Djago, Djagoan, Djoeara, Djawara, Tjenteng dan Preman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Bandit atau garong adalah satu hal, Djago atau Djawara adalah hal lain. Di dalam kelompok bandit atau garong juga muncul djago atau djawara dan sebvaliknya seorang djago atau djawara dapat berperilaku bandit atau garong. Sejarah bandit di era kolonial Belanda sudah ditulis, tetapi sejarah djago atau djawara tampaknya belum disentuh. Padahal aktivitas bandit atau garong sejaman dengan keberadaan djago atau djawara.  Boleh jadi para penulis terdahulu tidak melakukan pemisahan.

Bataviaasch nieuwsblad, 28-08-1929
Pada era kolonial Belanda, setiap tempat memiliki terminologi yang berbeda-beda untuk menunjukkan satu hal. Selain tjenteng di Batavia, juga disebut djago di Bekasi, djoeara atau djawara di Banten dan preman di Deli. Di Sumatra, terminologi djoeara merujuk pada hulubalang mandiri. Penggunaan terminologi tjenteng lebih luas, tidak hanya di Batavia tetapi juga di Deli. Berbeda dengan djago atau djawara, terminologi tjenteng mengindikasikan suatu profesi apakah sebagai penjaga (gudang atau plantation) atau pengawal pribadi (bodyguard). Namun adakalanya djago atau djawara juga disebut tjenteng. Dalam perkembangan lebih lanjut terminologi tjenteng terdegradasi dan terminologi preman mengalami promosi. Sementara itu teminologi djago menghilang dan digantikan dengan djawara. Untuk terminologi bandit atau garong, juga muncul sebutan lain yakni rampok dan bangsat.

Lantas bagaimana kisah para djago atau djagoan di Bekasi? Lalu mengapa istilah djogo atau djagoan di Bekasi bergeser menjadi djawara? Satu kisah pilu seorang djagoan Bekasi diberitakan tahun 1929. Sang djagoan tewas oleh seorang pemuda belia yang masih berumur 16 tahun. Apakah terminologi djago atau djagoan bergeser menjadi djawara karena seiring dengan semakin populernya nama ayam jago sebagai merek jamu? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 26 Juni 2019

Sejarah Bekasi (5): Harimau Macan Maung Bekasi; Pertarungan Anak Bapak Lawan Harimau Lapar, Harimau Dapat Dibunuh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Selama ini tidak pernah terpikir ada harimau di Bekasi, apalagi di Jakarta. Namun faktanya harimau pernah berkeliaran di Bekasi dan bahkan ruang jelajahnya sampai ke Jakarta. Keberadaan harimau Jakarta terakhir kali diketahui tahun 1886 (lihat Algemeen Handelsblad, 18-09-1886). Jika memperhatikan habitatnya, harimau Bekasi diduga kuat masih ada setelah tahun 1886.

Harimau Bekasi, 1843 (illustrasi)
Harimau Bekasi adalah bagian dari populasi harimau Indonesia (Panthera tigris sondaica). Harimau Jawa diduga kuat telah punah pada tahun 1870an. Sejak itu tidak pernah ditemukan adanya harimau lagi di Jawa. Seperti harimau Jawa, harimau Bali juga telah dinyatakan punah. Harimau yang tersisa hingga ini hari (hanya) harimau Sumatra. Oleh karena Indonesia tidak memiliki singa, harimau harus dipandang sebagai raja hutan.  

Meski harimau Bekasi itu ada pada waktu tempo doeloe, tetapi harimau Bekasi harus diakui keberadaanya di dalam sejarah Bekasi.  Satu yang penting, di Bekasi pernah terjadi pertarungan antara harimau dengan orang. Jika di Jakarta, harimau dilumpuhkan dengan senapan laras panjang oleh seorang penembak jitu, sebaliknya  di Bekasi harimau dapat dilumpuhkan dengan hanya menggunakan badik. Berita pertarungan hebat di Bekasi ini tidak hanya diberitakan di Belanda juga dilansir oleh surat kabar yang terbit di Belgia dan Prancis. 

Senin, 24 Juni 2019

Sejarah Bekasi (4): Kanal Pertama Bekasi, Antara Moeara dan Pantai; Kali Bekasi dan Sungai Tjitaroem Dihubungkan Kalimalang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Bekasi adalah sejarah yang unik. Kota Bekasi kerap dihubungkan dengan kota kuno dari sebuah kerajaan tua. Kota Bekasi juga kerap dihubungkan dengan kanal kuno, kanal yang dihubungkan dengan kali Bekasi yang sekarang. Itu tentu adalah satu hal, sedangkan hal yang lain adalah kanal melintang dari timur di Purwakarta hingga barat di Jakarta. Kanal itu disebut Kalimalang. Kanal Kalimalang berpotongan dengan Kali Bekasi di pusat kota Bekasi.

Sungai Bekasi tompo doeloe (Peta 1724), Kota Bekasi masa kini
Keberadaan kanal di Indonesia pada masa ini sangat terkait sejarah kanal di era kolonial Belanda (VOC/Pemerintah Hindia Belanda). Sangat banyak kanal dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kanal yang terkenal adalah Oosterslokkan di sisi timur sungai Tjiliwong dan Westerslokkan di sisi barat sungai Tjiliwong. Kanal terkenal di tengah kota Batavia adalah adalah Bandjier Kanaal. Di kota-kota lain juga Pemerintah Hindia Belanda membangun kanal-kanal besar. Di Semarang disebut kanal barat, kanal timur dan kanal Kali Baroe; di Soerabaja juga ada kanal besar disebut kanal Kalimas. Tentu saja juga ditemukan di Padang (Banda Bakali). Tentu saja di kota pegunungan juga ada dibangun kanal yakni di Buitenzorg dan Bandoeng.

Lantas seperti apa sesungguhnya sejarah kanal di Bekasi? Pertanyaan ini mungkin bagi umum tidak terlalu penting. Namun artikel ini justru menganggap disitulah menariknya—karena dianggap tidak penting. Kanal adalah instrumen pengendali banjir, kanal juga menjadi sumber pengairan lahan yang tidak pernah banjir. Kanal-kanal di Bekasi memiliki sifat yang khas. Itulah mengapa kita perlu meninjau kembali sejarah kanal di Bekasi. Kanal Bekasi di jaman kuno terkait dengan kanal di Bogor.     .

Minggu, 23 Juni 2019

Sejarah Bekasi (3): Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api, Pertama di Bekasi (1864), Realisasinya Justru yang Terakhir (1887)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Rencana pertama tidak selalu disegerakan, juga yang pertama tidak salalu duluan sampai ke tujuan, tetapi yang pertama justru ditempatkan terakhir. Itulah kisah awal pembangunan jalur kereta api di Bekasi. Penduduk Bekasi harus menunggu 23 tahun impian itu baru terwujud. Realisasi pembangunan jalur kereta api yang pertama  adalah ruas Semarang-Ambarawa.

Jalur rel kereta api Bekasi (Peta 1898); jembatan Tjikarang, 1900
Kota Bekasi pernah mengalami suatu masa dimana transportasi air sebagai moda transportasi utama. Itu sangat intens pada akhir era VOC, tetapi mulai berkurang di awal Pemerintah Hindia Belanda. Gubenur Jenderal Daendels (1808-1811) sangat serius soal pembangunan. Dua hal pertama programnmya yang terpenting adalah membangun jalan dan mendirikan kota-kota milik pemerintah. Pembangunan jalan yang utama adalah membanguna jalan trans-Java antara Batavia dan Anjer dan antara Batavia-Panaroekan via Buitenzorg. Dua kota utama yang harus dibangun adalah kota Batavia dan kota Buitenzorg. Untuk itu pemerintah membeli lahan-lahan partikelir (land) di Batavia dan di Buitenzorg. Urutan di bawahnya adalah membangun jalan arteri, salah satu diantaranya ruas jalan Meester Cornelis via Tjakoeng ke Bekasi terus ke Krawang. Tidak hanya itu, pemerintah membeli lahan partikelir (land) di Bekasi untuk membangun kota. Namun dalam perkembangannya ruas jalan Meester Cornelis ke Bekasi tidak terawat dengan baik. Pemilik land ogah merawat agar pejabat pemerintah menjadi sulit ke Bekasi. Mafia opium mengambil keuntungan lewat jalan sungai.

Jalan yang buruk adalah keseharian penduduk Bekasi jika harus ke Meester Cornelis. Ketika muncul rencana konsesi eksploitasi kereta api tahun 1864 penduduk Bekasi sumringah. Namun rencana-tetap rencana, impian penduduk Bekasi terbebas dari masalah transportasi tidak pernah terwujud. Berbeda dengan di jalur sungai Tjiliwong, penduduk Bekasi terus terisolasi dan kota Bekasi tenggelam. Lalu kapan impian kereta api penduduk Bekasi terwujud? Itu yang mau kita cari. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 21 Juni 2019

Sejarah Bekasi (2): Perang Lawan Belanda di ‘Provinsi China’; Rama van Ratoe Djaja, 1869 dan Mayor Madmuin Hasibuan, 1947


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Kota Bekasi kini dijuluki sebagai Kota Patriot. Bahkan tidak jauh dari kota tua dibangun stadion yang diberi nama Patriot. Kota tua berada di jalan Veteran, stadion baru yang diberi nama Patriot berada di jalan Jenderal Ahamad Yani. Pada awal terbentuknya kota Bekasi tahun 1857 sebagai ibukota distrik, penduduk mulai resah karena pajak kuda dan jalan, Lalu muncul perang melawan kompeni (Pemerintah Hindia Belanda) tahun 1869 yang dipimpin oleh Rama van Ratoe Djaja. Setelah perang, orang Eropa/Belanda enggan di Bekasi dan sejak itulah semua land di Bekasi menjadi milik orang Tionghoa. Orang Eropa/Belanda menyebut Distrik Bekasi bagaikan ‘Provinsi China’ (baca: pengaruh Eropa/Belanda minim).

Eksekusi Patriot di Bekasi (1870) dan kota Bekasi (Peta 1901)
Pada tahun 1946 Bekasi kembali menjadi area perang. Lagi-lagi untuk melawan kompeni Belanda. Saat Pemerintah RI mengungsi ke Jogjakarta, pada tahun 1947 sejumlah pihak di Priangan memproklamirkan berdirinya Negara Pasundan yang pro Belanda. Para patriot Bandoeng Laoetan Api menjadi ‘ngembang kadu’. Rakyat Pasundan yang sebelumnya 100 persen republik, molohok dan penduduk menjadi terpecah: pro RI menolak Belanda dan pro Belanda menolak RI. Muncul reaksi di Bekasi. Mayor Madmuin Hasibuan dan kawan-kawan secara tegas menyatakan melepaskan diri dari Djakarta (yang dikuasai Belanda) dan ‘ogah’ menjadi bagian Negara Pasundan (yang pro Belanda), dan bersama-sama dengan urang Priangan eks patriot Bandoeng Laoetan Api ingin tetap mempertahankan Bekasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Mayor Madmuin Hasibuan, ketua dewan Bekasi yang pertama, berjuang di dewan Provinsi Jawa Barat tahun 1957 untuk meningkatkan taraf hidup para petani, Madmuin Hasibuan pernah menjadi sekretaris Perdana Menteri Boerhanoeddin Harahap dan ketua Sarikat Petani Islam. Itulah mengapa nama Madmuin Hasibuan ditabalkan sebagai nama jalan di Kota Bekasi.

Itulah sejarah singkat soal patriotisme di Bekasi: diawali Bapak Rama dari Ratoe Djaja dan diakhir Mayor Hasibuan. Lantas bagaimana sejarah keseluruhannya dari awal, tengah dan hingga akhir? Itulah yang akan disarikan. Untuk menulis sari patriotisme di Bekasi, kita harus menelusuri peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dari masa lampau ketika Bekasi masih sebuah kampong, lalu menyajikannya secara utuh agar warga metropolis Bekasi tidak gagal paham.