Rabu, 26 Juni 2019

Sejarah Bekasi (5): Harimau Macan Maung Bekasi; Pertarungan Anak Bapak Lawan Harimau Lapar, Harimau Dapat Dibunuh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Selama ini tidak pernah terpikir ada harimau di Bekasi, apalagi di Jakarta. Namun faktanya harimau pernah berkeliaran di Bekasi dan bahkan ruang jelajahnya sampai ke Jakarta. Keberadaan harimau Jakarta terakhir kali diketahui tahun 1886 (lihat Algemeen Handelsblad, 18-09-1886). Jika memperhatikan habitatnya, harimau Bekasi diduga kuat masih ada setelah tahun 1886.

Harimau Bekasi, 1843 (illustrasi)
Harimau Bekasi adalah bagian dari populasi harimau Indonesia (Panthera tigris sondaica). Harimau Jawa diduga kuat telah punah pada tahun 1870an. Sejak itu tidak pernah ditemukan adanya harimau lagi di Jawa. Seperti harimau Jawa, harimau Bali juga telah dinyatakan punah. Harimau yang tersisa hingga ini hari (hanya) harimau Sumatra. Oleh karena Indonesia tidak memiliki singa, harimau harus dipandang sebagai raja hutan.  

Meski harimau Bekasi itu ada pada waktu tempo doeloe, tetapi harimau Bekasi harus diakui keberadaanya di dalam sejarah Bekasi.  Satu yang penting, di Bekasi pernah terjadi pertarungan antara harimau dengan orang. Jika di Jakarta, harimau dilumpuhkan dengan senapan laras panjang oleh seorang penembak jitu, sebaliknya  di Bekasi harimau dapat dilumpuhkan dengan hanya menggunakan badik. Berita pertarungan hebat di Bekasi ini tidak hanya diberitakan di Belanda juga dilansir oleh surat kabar yang terbit di Belgia dan Prancis. 

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
.
Anak Bapa vs Harimau Lapar

Pada tanggal 16 November 1842 di kampong Chiratten di land Telok Poetjong, Bakassie terjadi pertarungan yang hebat dengan harimau (lihat Nederlandsche staatscourant, 06-04-1843). Pertarungan ini berakhir dengan matinya harimau dengan badik. Ramein cidera parah dan terluka dan kemudian dibawa ke rumah sakit di Batavia. Menurut penyelidikan harimau betina masih berada di wilayah sekitar.

Nederlandsche staatscourant, 06-04-1843
Pada tahun 1842 sudah ada surat kabar di Batavia. Namun beberapa surat kabar di Belanda sudah memiliki koresponden. Di Batavia. Berita kejadian tanggal 16 November 1842 baru diturunkan pada edisi 6 Juni 1843. Lama memang, karena kecepakatan kapal saat itu masih lambat dan harus melalui rute pelayaran jauh melalui Afrika Selatan. Meski demikian adanya, berita tetaplah berita: bad news is good news. Dalam berita spesial ini boleh jadi karena unik dan dianggap telah memecahkan record pertarungan manusia melawan binatang buas yang biasa dilakukan di Colosseum, Roma. Italia.

Kejadian bermula ketika Ramein lagi bekerja di sawah di depan rumahnya, tiba-tiba seekor harimau gede secara pelan-pelan mendekatinya dari belakang, sementara ayahnya yang sedang duduk di rumah panggung melihatnya tetapi karena ketakutan tidak kuat untuk menyerukan kepada anakmya.

Ketika ia melihat putranya dicengkeram oleh binatang, Ramein yang ketakutan segera melemparkan dirinya, dan kemudian maju dengan perasaan kesurupan mengerahkan semua kekuatannya, dan menekan kepala harimau itu diantara kakinya ke tanah dengan kedua tangan. Ketika menyadari bahwa kekuatannya tidak dapat menahan binatang itu, ia berteriak meminta bantuan dan mencoba untuk menyandarkan jari-jarinya ke mata harimau. Ayah Ramein, yang baru saja mendapatkan kembali kekuatan nyalinya, menarik badik kecil, karena dia tidak dapat menemukan goloknya dengan begitu cepat berlari kencang ke harimau dan menghujam senjata itu dari samping badan harimau. Setelah menerima luka ini, harimau melepaskan mangsanya, dan berbalik dan dan ingin pergi perlahan, tetapi ayah Ramein melanjutkan serangan itu, dan memberikan luka yang sama untuk kedua kali dan harimau itu kemudian berbalik kepadanya. Sementara itu, saudara laki-laki Ramein, bernama Mallang, yang juga datang dengan perasaan marah mendekat yang segera memberi tebasan kepada hewan itu dengan golloknya. Lalu harimau itu berbalik dan mengarah kepada Mallang, tetapi ia melompat mundur dan setelah itu ayah dan anak menyerang harimau, membuat mereka sukses, dan segera menyelesaikannya.

Ramein telah menerima beberapa luka penting pada perkelahian dengan binatang itu. Segera setelah kejadian itu, Ramein dibawa ke rumah sakit kota, untuk bisa lebih cepat penyembuhannya.

Harimau yang sudah mati, setelah dilakukan pengukuran ditemukan memiliki panjang enam kaki sepuluh inci, di bagian belakang, di luar ekor. Juga telah ditemukan bahwa ada harimau betina lain di daerah yang sama, mungkin betina dari harimau yang sudah mati ini, dengan ukuran yang sama, dan belum ditemukan dan diharapkan dapat ditemukan.

Pada tahun 1863 kembali ditemukan harimau di kampung Karatan Darat (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-01-1863). Disebutkan pada tanggal 2 Desember [1962] sekitar pukul 2 siang, Saipan berusia 25 tahun, dari kampung Karatan Darat, di Afdeeling Bekassi, ketika dia sedang menebang kayu, diterkam dan dibunuh oleh harimau raja besar.

Java-bode, 07-01-1863
Di sekitarnya ada Kardin Bapa Djena yang juga sedang memotong kayu. Oleh karena menyadari tidak memiliki keberanian untuk membantu temannya Saipan, ia lalu berlari keluar dari hutan dan memberi tahu orang-orang yang sedang bekerja di sawah tentang kejadian itu. Segera mereka semua menuju ke lokasi bencana dan menemukan jiwa Saipan di belukar. Binatang itu telah menggigit tenggorokan dan bagian leher Saipan, ada juga beberapa luka tusukan taring pada lengannya. Setelah dilakukan pengejaran, penduduk tidak menemukan harimau jahat tersebut.

Jika memperhatikan lokasi dua kejadian yang berada di wilayah yang sama pada rentang waktu 20 tahun diduga kuat populasi harimau di sekitar tidak hanya satu dua. Harimau betina yang dideteksi pada tahun 1842 sudah mati karena masa hidup harimau hanya hingga sekitar 20 tahun. Harimau yang ditemukan tahun 1862 diduga kuat adalah turunan dari harimau-harimau terdahulu. Harimau tampaknya masih terus berkeliaran di Bekasi.

Bataviaasch handelsblad, 15-12-1891
Pada tahun 1891 kembali ditemukan harimau di Bekasi (lihat Bataviaasch handelsblad, 15-12-1891). Disebutkan di Bekasi selatan, seekor harimau besar ditembak kemarin, tepat pada saat ia sedang sibuk menerkam seekor rusa.

Lantas sejak kapan macan harimau maung Bekasi punah?


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar: