Minggu, 14 Juni 2020

Sejarah Lombok (5): Sejarah Kota Selong, Antara Kampong Pantjor dan Klajoe, 1897; Kota Sisik dan Kota Laboehan Hadji


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kampong kecil namanya Selong, diantara dua kampong yang lebih besar: Pantjor dan Klajoe. Kampong kecl Selong inilah sejak dari awal berkembang menjadi kota Selong yang sekarang (ibu kota kabupaten Lombok Timur). Kampong kecil ini, secara teknis mulai dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak 1897.

Kampong Pantjor dan Klajoe (Peta 1897)
Nama kampong Selong, bukan nama unik (tunggal) tetapi sudah sejak dari doeloe sebagai nama generik. Di Jakarta ada nama kelurahan Selong (Kebayoran Baru). Juga sejak tempo doeloe terdapat kampong Selong di Soerabaja. Juga tempo doeloe terdapat kampong Selong di pulau Bintan. Tentu saja ada desa Selong di Djogjakarta, Nama-nama ini sudah diberita di surat kabar sebelum tahun 1900. Pada masa ini nama kampong Selong di kabupaten Lombok Timur ditabalkan sebagai nama kecamatan yang mana tiga kampong awal menjadi pusat kota Selong: kelurahan Selong, kelurahan Pancor dan kelurahan Klayu.

Bagaimana sejarah kota Selong berlangsung? Nah, itu dia. Tampaknya belum ada yang menulisnya. Padahal kota Selong adalah tempat terpenting di Lombok Timur, yang tidak jauh ke tempat dimana pernah berdiri Kerajaan Selaparang. Tidak hanya itu, pasca Perang Lombok, ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintah yang berpusat di Sisik harus segera dipindahkan ke Selong (yang lebih sesuai untuk dijadikan ibu kota). Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lombok (4): Sejarah Kota Mataram di Lombok, Antara Bali dan Sasak; Nama Mataram Jadi Ibu Kota Nusa Tenggara Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Mataram di Jawa adalah masa lampau, Mataram di Lombok adalah masa depan. Pewaris Mataram di Jawa adalah Soerakarta dan Jokjakarta. Lalu, siapa pewaris Mataram di Lombok? Tidak ada. Sebab, Mataram di Lombok adalah ahli waris Selaparang. Dengan kata lain, ahli waris Selaparang adalah Mataram. Dalam hal ini, Mataram di Jawa sudah lama tiada, tetapi Mataram di Lombok masih eksis hingga ini hari.

Ampenan, Mataram dan Tjakranegara (Peta 1894)
Kota Mataram di (pulau) Lombok pada masa ini dapat diperhatikan tempo doeloe berada diantara (kota) Ampenan dan (kota) Cakranegara. Tiga kota tua ini kemudian disatukan menjadi Kota Mataram (yang kini menjadi ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat). Pada era Karangasem, (kota) Mataram dihuni oleh penduduk yang berbeda. Bagian utara (kota) Mataram adalah orang Sasak (Lombok) dan bagian selatan adalah orang Bali. Bagian utara kota Mataram kemudian dimekarkan dengan membentuk kecamatan Selaparang. Kota-kota Ampenan dan Cakranegara juga masing-masing dimekarkan dengan membentuk kecamatan Sandubaya dan Sekarbela. Enam kecamatan yang kini membentuk Kota Mataram bermula dari tiga kota dengan urutan sebagai berikut (dari pantai): Ampenan, Mataram dan Cakranegara. Urutan ini men jadi penanda navigasi terbentuknya Kota Mataram yang sekarang.

Jika Mataram di Jawa adalah masa lalu, dan Mataram di Lombok adalah masa depan, lantas seperti apa perjalanan sejarah (kota) Mataram Lombok? Mungkin pertanyaan ini terkesan sepele dan tidak terlalu penting. Bukan karena terlalu sederhana tetapi justru karena terlalu rumit. Meski demikian, prosesnya dapat disederhanakan. Di sinilah pertanyaan tersebut yang awalnya sepele (terabaikan) menjadi sangat penting untuk diketahui. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 13 Juni 2020

Sejarah Lombok (3): Pangeran Kerajaan Selaparang, Upaya Kuasai Kembali Seluruh Lombok; Asal Usul Kerajaan Selaparang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Selaparang sudah lama eksis, wilayahnya tidak hanya (pulau) Lombok juga termasuk pulau Penida. Invasi Kerajaan Karangasem pada tahun 1740 menyebabkan pulau Penida lepas dan pulau Lombok terbelah (muncul koloni Bali di Lombok bagian barat). Satu abad kemudian, pangeran kerajaan Selaparang mulai memikirkan agar seluruh (pulau) Lombok berada di bawah kendali kerajaan Selaparang. Bagaimana hasilnya?

Kerajaan Selaparang Lombok (Peta 1720)
Dalam laporan Cornelis de Houtman (1595-1597) pulau Lombok ditempati pertama kerajaan Djapara pada tahun 1593 yang kemudian membentuk koloni dengan menempatkan seorang bangsawan (pangeran) Jawa untuk menjadikan sumber pemasok kayu. Di belakang pantai terdapat rumah pemimpin dengan 100 orang pria penjaga (pasukan). Perkampongan ini disebut Lombok dan menurut laporan Cornelis de Houtman teluk Lombok sudah mendangkal. Sejak inilah kemudian diketahui keberadaan (kerajaan) Selaparang di Lombok. Kerajaan Selaparang (Lombok) termasuk pulau Penida (lihat Peta 1660).

Pangeran kerajaan Boeleleng berseteru dengan Pemerintah Hindia Belanda. Pangkal perkara karena pangeran Boeleleng dianggap melanggar perjanjian dan persoalan tawan karang. Pemerintah Hindia Belanda menultimatum pangeran Boeleleng dengan mengirim ekspedisi militer. Ekspedisi ini didukung oleh Sultan Madoera en Sumanap dan Bupati Pamakassan. Ekspedisi ini juga didukung Pangeran Selaparang di bawah bendera Lombok (lihat Javasche courant, 07-07-1846). Inilah awal Perang Lombok. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 12 Juni 2020

Sejarah Lombok (2): Pulau Penida Pernah Menjadi Bagian Kerajaan Lombok (1660); Pengaruh Bali di Pantai Barat Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe pernah saya dengar omongan sepintas bahwa di Lombk ada Bali, tidak ada Lombok di Bali, karena itu datanglah ke Lombok, juga ada Bali. Fakta ini ada benarnya pada masa kini. Namun pada masa tempo doeloe, sebelum pengaruh Bali muncul di pulau Nusa Penida, pulau ini secara geografis masuk pulau Lombok (Peta 1660). Dengan kata lain, pulau ini adalah wilayah Lombok. Namun situasi telah berubah.

Kerajaan Lombok (Peta 1660)
Pulau Nusa Penida kini masuk ke dalam wilayah kabupaten Klungkung. Di sebelah barat pulau adalah selat Badoeng dan di sebelah timur adalah selat Lombok. Pulau Nusa Penida bersama pulau Lembongan dan pulau Ceningan dibentuk satu kecamatan di kabupaten Klungkung. Pada waktu sensus penduduk tahun 1930 jumlah penduduk pulau-pulau ini sebanyak 26.000 jiwa dan pada sensus penduduk terakhir (2010) berjumlah 48.000 jiwa. Ibu kota kecamatan Nusa Penida tidak berada di kampong Penida tempo doeloe (pantai sebelah barat pulau) tetapi ditetapkan di desa Batununggal (pantai sebelah utara pulau).

Pulau Penida pernah menjadi bagian (kerajaan) Lombok adalah satu hal. Hal yang lebih penting adalah bagaimana proses Balinisasi di pulau ini dan pengaruh Bali di Lombok. Nama awal pulau tidak diketahui secara jelas. Namun pada era Pemerintah Hindia Belanda pulau ini diidentifikasi sebagai pulau Bandieten (lihat Peta 1850) dan kemudian pulau Pandita (Peta 1880). Nama Penida muncul belakangan mengacu pada nama kampong Penida. Lantas apakah (masih) ada orang Lombok di pulau (Noesa) Penida? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 11 Juni 2020

Sejarah Lombok (1): Pulau Lombok Sudah Dikenal Sejak Era Cornelis de Houtman, 1596; Posisi Kraton Selaparang di Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Sejarah (pulau) Lombok sudah barang tentu sudah ditulis. Namun narasi sejarah tidak pernah berhenti sejauh penggalian data dilakukan secara terus menerus. Kenyataannya tidak ada penulis yang menghubungkan (pulau) Lombok dengan nama Cornelis de Houtman. Sebagaimana diketahui, Cornelis de Houtman adalah pemimpin ekspedisi pertama Belanda ke Hindia (1595-1597). Semua penulis hanya menyebut Cornelis de Houtman hanya sampai di Bali. Informasi ini tidak akurat, sebab faktanya tim ekspedisi Cornelis de Houtman juga mengelilingi pulau Lombok.

Sejarah Lombok adalah serial artikel Sejarah Lombok dan Sumbawa. Sejarah Lombok juga dimaksudkan untuk menyatakan Sejarah Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejarah Lombok. Penulisan Sejarah Lombok ini sebagai bagian dari menarasikan Sejarah Menjadi Indonesia. Sejauh ini sudah diupload Sejarah Bali, Sejarah Ambon (Maluku dan Papua), Sejarah Makassar (Sulawesi bagian Selatan), Sejarah Surabaya, Sejarah Semarang. Sejarah Yogyakarta, Sejarah Bandung, Sejarah Jakarta, Sejarah Bogor, Sejarah Depok dan lainnya. Juga sudah diupoad Sejarah Palembang, Sejarah Padang, Sejarah Medan, Sejarah Padang Sidempuan dan lainnya. Setelah Sejarah Lombok serial artikel berikutnya akan menarasikan Sejarah Manado (Sulawesi bagian Utara), Sejarah Banjarmasin (Kalimantan), Sejarah Riau, Sejarah Aceh dan Sejarah Banten.

Lantas seperti apa sejarah awal (pulau) Lombok? Kita mulai dari kehadiran Cornelis de Houtman di Lombok. Yang jelas posisi GPS kerajaan di Lombok tidak berada di barat tetapi di timur pulau. Lombok adalah nama kampong sementara Selaparang adalah nama kerajaan. Kampong Lombok berada di pantai, yang diduga menjadi pelabuhan Kerajaan Selaparang. Bagaimana penjelasannya? Untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 10 Juni 2020

Sejarah Pulau Bali (8): Herman Neubronner van der Tuuk, dari Tapanoeli ke Boeleleng, 1870; Kisah Ahli Bahasa yang Sebenarnya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Siapa sesungguhnya menginisiasi pendidikan modern di Bali? Jelas bukan Asisten Residen yang berkedudukan di Boeleleng. Orang tersebut adalah Dr. Herman Neubronner van der Tuuk, ahli bahasa-bahasa Nusantara yang bergelar doktor (Ph.D). Darimana Dr. Herman Neubronner van der Tuuk mempelajari pentingnya pendidikan bagi pribumi? Bukan dari Malaka, tetapi dari Tapanoeli. Dr. Herman Neubronner van der Tuuk adalah penyusun kamus dan tata bahasa Batak. Siapa gurunya di Tapanoeli? Guru Dr. Herman Neubronner van der Tuuk berada di Afdeeling Mandailing en Angkola, namanya AP Godon (Asisten Residen Mandailing en Angkola).

HN van der Tuuk dari Tapanoeli hingga Bali
Orang Tapanoeli respek kepada Kolonel AV Michiels dan tangan kananya Kaptein Alexander van der Hart. Mereka inilah yang membebaskan Tanah Batak dari kelaliman Padri tahun 1838. Lalu pemerintahan dibentuk di Afdeeling Mandailing en Angkola pada tahun 1840. Pada tahun ini juga Gubernur Jenderal Pieter Merkus mengirim FW Jung Huhn, seorang geolog Jerman ke Angkola untuk meneliti geologi dan botani. Jung Huhn dan rekannya TJ Willer mengundang datang Michiels dan Hart tahun 1842. Dua orang ini disambut dengan tarian kolosal (tor-tor) yang diiringi musik gondang. Awalnya direncanakan dua hari di (kota) Padang Sidempoean akhirnya molor menjadi empat hari. Para pemimpin lokal mengajak dua tentara profesional ini berburu rusa. Selesai bertugas, Jung Huhn menyarankan kepada pemerintah pusat agar jangan menyertakan pemimpin lokal dalam pemerintahan jika tak ingin kita yang diatur mereka. Mungkin Jung Huhn telah membaca laporan Marsden (1782) yang menyatakan pendudukan Angkola )dan Mandailing) mampu menciptakan senjata dan mesiu (campuran belerang dan arang getah damar) dan lebih dari separuh penduduknya mampu membaca (aksara Batak) angka yang sangat tinggi melampaui seluruh bangsa-bangsa di Eropa. Itu sebabnya pemimpin lokal di Mandailing en Angkola tidak pernah diangkat regent (bupati) seperti sebelumnya di Jawa dan Minangkabau. TJ Willer seorang ahli geografi sosial mengusulkan agar mereka diberi pendidikan dan sekolah. Pada era Gubernur Jenderal Rochussen, datang seorang sekuler ahli bahasa Dr. Herman Neubronner van der Tuuk. Asisten Residen AP Godon kerap berdiskusi sebagai sesama Eropa di pedalaman Tanah Batak di Afdeeling Mandailing en Angkola (Residentie Tapanoeli). AP Godon kemudian membawa seorang siswa Sati Nasoetion untuk studi ke Belanda pada tahun 1857 sementara van der Tuuk berhasil menyusun kamus dan tata bahasa Batak (tata bahasa pertama di Hundia Belanda). Satu usul yang aneh dari van der Tuuk kepada pemerintah, jika pusat (Batavia) mengirim pejabat ke Tanah Batak harus yang sudah berkeluarga (membawa istri). Laporan ini tampaknya dibaca oleh kantor zending Jerman. Ketika Nommensen yang masih lajang datang dari Jerman, sebelum memasuki Tanah Batak, diketahui Nommensen menikah lebih dulu di Sibolga pada tahun 1862.

Dr. Herman Neubronner van der Tuuk memulai karir di Hindia Belanda di Tanah Batak (Residentie Tapanoeli) dan tiba setelah setahun AP Godon menempati posisi Asisten Residen di Afdeeling Mandailing en Angkola yang berkedudukan di Panjaboengan. Seperti duet Eropa pertama (Jung Huhn dan TJ Willer), duet AP Godon dan van der Tuuk juga serasi (saling mengisi). Sukses dari Tapanoeli membuat Dr. Herman Neubronner van der Tuuk mendapat proyek bahasa dari pemerintah di Residentie Lampoeng yang kemudian membawanya secara alamiah ke Bali (Boeleleng). Untuk mengenal lebih jauh dan menambah pengetahuan siapa sejatinya Herman Neubronner van der Tuuk serta meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.