Liga Inggris (Algemeen Handelsblad, 28-12-1899) |
Pada tahun 1899,
sebagaimana dilaporkan Soerabaijasch handelsblad, 20-05-1899 bahwa pada hari
Senin, 22 Mei di lapangan Mesjid Surabaya akan diadakan pertandingan sepakbola
antara anak-anak Surabaya (Soerabajasche jongelingen) dengan tamunya dari
Semarang (Semarangsche Voetbal-club). Pertandingan terbuka untuk publik (sebagaimana
telah diiklankan). Para pemain Surabaya adalah Kolling atau Merghard (penjaga
gawang), Avis dan Pas (belakang), Vader, Guldenaar dan van Wieringen (gelandang),
De Hoog, Douwes Dekker, Harper, Hughan dan Guldenaar (depan). Mereka itu adalah
mantan pemain (di Belanda) dan dalam hal Gambar akan menjadi pemain cadangan. Masih
di Surabaya, pada bulan Agustus 1899 juga terjadi pertandingan sepakbola, yakni
antara Soerabsjasche (Voorwarts) dengan ECA Sportclub (ECA). Pertandingan ini
dilaksanakan 20 Agustus, sore hari pukul enam. Tidak bisa diputuskan siapa yang
pemenang (mungkin sudah gelap dan hasil masih imbang) dan akan dilakukan
tanding ulang dalam minggu ini (Soerabaijasch handelsblad, 21-08-1899).
Sebelum
berakhir abad ke-19, paling tidak sudah empat kota yang memiliki klub
sepakbola, yakni: Medan, Jakarta, Semarang dan Surabaya, Sejauh ini
pertandingan sepakbola di Bandung belum terdeteksi. Lagi pula pertandingan
sepakbola sendiri belum popular dan masih pada fase pengenalan. Olahraga yang
sudah popular saat itu hanya senam dan balap sepeda. Boleh jadi pada saat itu
jumlah sepedea sudah sangat banyak, tidak hanya untuk kendaraan tetapi juga
menjadi alat olahraga (baik laki-laki maupun perempuan). Sepakbola semakin popular
karena media (utamanya surat kabar) juga telah mulai mempublikasikan
berita-berita sepakbola di Eropa terutama liga Belanda dan liga Inggris.
Liga sepakbola
Belanda dan Inggris kala itu sudah terbilang baik dan berjalan normal.
Sementara di Hindia Belanda belum ada kompetisi. Klub yang ada masih bersifat
anjangsana. Di Belanda klub seperti Eindhoven sudah ada. Di Inggris, meski baru
terbilang seusia jagung, Liverpool sudah diperhitungkan. Nama-nama klub yang
berkompetisi saat itu, masih kita kenal sekarang, misalnya Stoke, Menchester
City, Newcastle, Everton, Aston Villa, Sunderland dan lainnya (Algemeen
Handelsblad, 28-12-1899). Tentu saja Menchester United (MU), Chelsea dan
lainnya belum lahir. MU dibentuk tahun
1902, Chelsea didirikan tahun 1905. Sebaliknya nama-nama klub Belanda yang kita
kenal sekarang banyak yang belum lahir dan klub-klub yang berkompetisi waktu
kini sudah banyak yang tidak muncul lagi. Beberapa nama klub yang lahir
nantinya di Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya (dan Bandung) banyak yang sama
dengan nama klub di kompetisi Belanda (imitasi). Mengapa koran-koran Belanda
mempublikasikan liga Inggris agak samar, sebab Belanda dan Inggris sudah sejak
lama berseteru, atau apakah karena di Langkat banyak orang-orang Inggris yang
bermain sepakbola atau dimaksudkan hanya sekadar untuk mendongkrak tiras (motif
bisnis). Tetapi juga boleh jadi karena liga Inggris lebih baik dari liga
Belanda, dan untuk referensi dalam pengembangan sepakbola di Hindia Belanda
diperlukan dengan mengesampingkan unsur politik.
Demikianlah
gambaran awal tentang situasi dan kondisi eksternal tentang sepakbola di
Jakarta. Masih terlihat belum bersemangat. Seorang pembaca menulis
menggambarkan olahraga di Jakarta dan Surabaya masih kalah jauh jika dibanding dengan
di Singapora meski udara di kota perdagangan hawanya lebih panas (Soerabaijasch
handelsblad, 31-01-1901). Seperti kita tahu bahwa Singapoera dan Penang adalah
pusat komunitas Inggris (di Jakarta juga sudah ada klub orang-orang Inggris),
penulis ingin menunjukkan bahwa orang-orang Inggris sudah lebih terbiasa olahraga
(termasuk sepakbola) di tropis daripada orang-orang Belanda. Penulis ini
menujukan pada penduduk sipil, sebab di lingkungan militer Belanda, sepakbola
adalah bagian dari kegiatan rutin. Pusat keramaian sepakbola di Jakarta sendiri
berada di Koningsplein (alun-alun Jakarta). Nederlandsch Indie Sportclub
berkantor di dekat alun-alun di Gang Boentoel.
Pada
akhir tahun 1901 sesuatu yang diharapkan menjadi kenyataan di Jakarta. Salah
satu klub di Jakarta (SSS Sportclub) berinisiatif menyelenggarakan suatu
kompetisi sepakbola (dengan mengundang beberapa klub). Yang memberitakan
kejadian ini adalah Koran yang terbit di Medan, Sumatra Post (edisi
19-12-1901). Koran ini memberikan pujian (karena mungkin yang pertama) dan berharap
di Deli juga dapat dilakukan. Kami yakin itu bias terlaksana karena sudah cukup
klub yang ada. Dewan klub olahraga Sumatra’s Ooskust perlu kiranya mempertimbangkan.
Namun sangat disayangkan klub-klub apa saja yang melakukan kompetisi di Jakarta
itu tidak disebutkan.
Di Medan sendiri
kompetisi sepakbola baru pertama kali diadakan pada tahun 1905 (lihat De
Sumatra post, 02-12-1905). Ada tiga klub: Medan Sportclub (klub orang-orang
Belanda), Langkat Sportclub (klub orang-orang Inggris) dan Toengkoe Club yang
berbasis di Binjei didirikan 1904 (klub orang-orang keradjaan). Klub Letterzetters
Club (L.Z. Club) yang merupakan klub orang Tapanoeli (Angkola dan Mandailing)
yang didirikan tahun 1903 tidak ikut kompetisi. Namun kompetisi ini hanya
berlangsung satu putaran saja, kemudian vakum. Tahun 1906 dua klub baru
didirikan: Voortwarts (orang-orang Belanda) dan Tapanoeli voetbal Club
(orang-orang Angkola dan Mandailing). Tapanoeli VC dan Voortwarts berinisiatif
untuk melakukan kompetisi yang akan dilaksanakan tahun 1907. Klub-klub Medan
Sportclub, Langkat Sportclub, Toengkoe Club, Tiong Hoa Club dan Taman Sefakat
Club tidak ikut serta. Klub yang berkompetisi (selain Tapanoeli VC dan
Voortwarts) adalah Chinese Sport Club, Maimoen Sporting Club, Sarikat Voetbal
Club, Java Voetbal Club, Djawi Beranakan Voetbal Club. Kompetisi dibagi dua divisi.
Divisi satu terdiri dari tiga klub, yakni: Voorwaarts, Chinese Sport Club dan
Maimoen Sporting Club. Divisi dua terdiri dari
tujuh klub, yakni: Medan Tapanoeli Club, Sarikat Voetbal Club, Java
Voetbal Club, Djawi Beranakan Voetbal Club, Chinese Sport Club II, Voorwaarts
II dan Maimoen Sporting Club II. Pada tanggal 16-07-1907 disepakati bahwa semua
klub yang berkompetisi digabung menjadi satu nama: Deli Voetbal Bond
(Perserikatan Sepakbola Deli).
Sejauh
ini dinamika sepakbola lebih terasa di Medan daripada kota-kota lain. ‘Menteri
Olahraga’ Belanda bahkan sengaja berkunjung ke Medan tahun 1904 dan memberikan
bantuan keuangan untuk pengembangan sepakbola. Ketika majalah olahraga pertama
terbit di Batavia (Jakarta), Indische Sport: Weekblad voor Sport in Indie tahun
1905, laporan utama mengetengahkan sepakbola di Medan. Di Bandung, pertandingan
sepakbola pertama diadakan pada tanggal 6 November 1904 antara Sidolig Bandung vs
BVC Jakarta . Untuk perkembangan lebih lanjut sepakbola di Jakarta, ikuti terus
artikel berikutnya.
Bersambung:
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar