*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Oerip Soemohardjo selama ini dianggap sebagai pribumi berpangkat tertinggi (Mayor) di dalam kesatuan militer Belanda (KNIL). Ternyata itu keliru. Jauh sebelum Oerip Soemohardjo mendapat pangkat Mayor tahun 1935, Prawiro Koesoemo sudah mendapat pangkat tertinggi Mayor pada tahun 1859. Prawiro Koesoemo sebelum menjadi bagian dari militer Belanda adalah anggota pasukan Sentot Ali Basa, sayap militer Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di wilayah Jogjakarta pada Perang Jawa (1825-1830).
Oerip Soemohardjo selama ini dianggap sebagai pribumi berpangkat tertinggi (Mayor) di dalam kesatuan militer Belanda (KNIL). Ternyata itu keliru. Jauh sebelum Oerip Soemohardjo mendapat pangkat Mayor tahun 1935, Prawiro Koesoemo sudah mendapat pangkat tertinggi Mayor pada tahun 1859. Prawiro Koesoemo sebelum menjadi bagian dari militer Belanda adalah anggota pasukan Sentot Ali Basa, sayap militer Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di wilayah Jogjakarta pada Perang Jawa (1825-1830).
Nama Oerip Soemohardjo
terehabilitasi, karena Oerip Soemohardjo berpatisipasi aktif dalam perang
kemerdekan Republik Indonesia (1945-1948). Pada era perang kemerdekaan, Oerip
Soemohardjo adalah mantan tentara berpangkat tertinggi apakah yang berasal dari
KNIL (Belanda) maupun PETA (Jepang), Dalam jajaran militer Indonesia Oerip
Soemohardjo adalah Kepala Staf dengan pangkat Letnan Jenderal. Oerip
Soemohardjo meninggal di Jogjakarta tanggal 17 November 1948 pada usia 55
tahun. Pada tahun 1964, Oerip ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Bagaimana Prawiro
Koesoemo berpindah haluan dan menjadi bagian dari militer Belanda yang melawan
bangsanya sendiri? Itu tidak pernah ditulis karena tidak ada yang menulis.
Padahal Prawiro Koesoemo memiliki karir yang cemerlang hingga mencapai pangkat
Mayor (pangkat tertinggi untuk pribumi). Sangat beruntung Oerip Soemohardjo
karena riwayatnya telah ditulis panjang lebar. Untuk itu, ada baiknya riwayat Prawiro
Koesoemo ditulis. Mari kita telusuri.
Raden Tumenggung Ario Prawiro
Koesoemo
Raden Tumenggung Ario
Prawiro Koesoemo (disingkat Prawiro Koesoemo) adalah anak Pangeran Ngabehi
Djojo Koesoemo. Sedangkan Pangeran Ngabehi Djojo Koesoemo adalah anak Sultan
Hamengkoeboewono II (Sultan Sepoeh van Djokjakarta). Demikian J Hageman sebagai
teman menulis riwayat Prawiro Koesoemo tidak lama setelah meninggal dunia di
Soerabaja pada tahun 1859 (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws- en advertentieblad, 02-06-1859). J Hageman adalah seorang
panitera di Landraad Soerabaja.
Perang Jawa berlangsung sekitar lima
tahun (1825-1830). Para pemimpin pasukan dalam perang Belanda ini adalah Dipo
Negoro, Soenan Saperdan, Sentot, Praboe Ningrat, Mangkodiningrat, Kjai Modjo, Dipo Kesoemo, Soerio Bronto, Noto
Prodjo, Donoeredja dan Prawiro Koesoemo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar