*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Pulau Kangean jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep di pantai timur pulau Madura. Tapi jangan khawatir sangat mudah dijangkau dengan kapal menuju ke pelabuhan Batuguluk di pulau Kangean. Sebenarnya kemudahan ini tidak hanya sekarang, tetapi sejak zanman kuno. Mengapa? Karena pulau Kangean adalah penanda navigasi pelayaran penting di Laut Bali. Berbeda dengan situs Gua Arca yang dulu tidak dikenal tetapi kini gua alam di desa Daandung menjadi salah satu perhatian masa ini.
Pulau Kangean (Kangayan) adalah nama salah satu pulau dan merupakan pulau utama dalam wilayah gugusan pulau-pulau yang terletak di bagian utara Laut Bali, sebelah baratlaut Nusa Tenggara, sekitar 120 km (75 mi) di utara Bali, yang dikenali secara kolektif sebagai kepulauan Kangean. Pulau Kangean (dan wilayah kepulauan Kangean pada umumnya) secara administratif masih merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Pulau Kangean dikelilingi oleh 90 pulau lainnya, dengan 27 pulau berpenghuni (total ada 118 pulau dalam kepulauan Kangean). Terlepas dari administrasi kabupaten, ibukota dari kepulauan Kangean adalah Arjasa, yang merupakan kecamatan terbesar yang terletak di belahan barat pulau Kangean. Kepulauan Kangean memiliki potensi sumber daya alam yang relatif besar, seperti produksi gas alam, jati, kelapa, dan garam. Secara demografi pulau terdiri dari orang/suku Kangean, Bajo, Bugis, Mandar, Chindo, Arab dan lainnya. Agama umumnya Islam dan bahasa Kangean (dominan) dan bahasa lainnya Bajo, Mandar dan Bugis (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah pulau Kangean di laut
Bali wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti disebut di atas, pulau Kangean
sudah dikenal sejak zaman kuno. Namun situs kuno yang terdapat di pulau yang
dulu tidak dikenal kini menjadi penting. Ayo, ke pulau Kangean, dari pelabuhan Kalianget
di Suemenep ke Pelabuhan Batuguluk di pulau. Lalu bagaimana sejarah pulau
Kangean di wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Pulau Kangean di Lau Bali Wilayah Madura dan Penduduk Melting Pot; Pelabuhan Batuguluk dan Lokasi Gua Arca Prasejarah
Kangean adalah nama pulau, nama yang diduga merujuk pada nama kampong di bagian timur pulau yakni (kampong) Kangajan. Nama Kangajan diduga nama kuno yang berasal dari zaman Hindoe Boedha. Kangajan secara geografis dan toponimi terkait dengan nama kajan (baca: kayan) di pulau Borneo (baca: pulau Kalimantan) seperti nama Katapang. Nama Kangean diduga diidentifikasi pada era Portugis (seperti halnya pulau Madura, pulau Sapeudi dan pulau Bali), sebagai suatu pulau yang menjadi penanda navigasi pelayaran perdagangan di perairan luas (laut Bali).
Pulau Kangean di laut Bali tidak hanya jauh dari (pulau) Madura, juga cukup dekat dengan pantai utara Jawa, panyau utara Bali dan pantai utara Lombok. Pulau Kangean juga secara navigasi cukup dekat dengan pantai selatan Kalaimantan dan pantani barat Sulawesi. Dalam konteks inilah sejarah pulau Kangean terbentuk. Seperti kita lihat nanti, di pulau Kangean pada awalnya tidak hanya dihuni orang Madura, juga orang Boegis, orang Makassar, orang Melayu dan orang Bali.
Para pendatang sejak zaman kuno, telah meningkatkan popolusi penduduk di pulau. Para pendatang ini berasal dari pulau Madura, pulau Jawa, pulau Bali, pulau Sulawesi dan pulau Kalimantan. Namun sejak kapan terjadi tidak diketahui secara pasti. Nama pulau diduga diidentifikasi pelaut-pelaut Portugis di Makassar dari arah timur pulau berdasarkan nama kampong Kangajan di bagian timur pulau yang ditulis Kangean. Lalu pada era VOC/Belanda hingga Pemerintah Hindia Belanda merujuk pada nama Kangean (peta-peta lama) tetapi dari arah barat pulau di (teluk) Ketapang.
Pada permulaan pembentukan cabang pemerintahan di (pulau) Kangean, sebagai perluasan district Sumenep (pulau Madura), populasi penduduk pulau Kangean sudah cukup banyak sekitar 15.000 jiwa. Kampong terbesar di pulau adalah kampong Kalisangka di teluk Katapang pantai barat pulau Kangean. Kampong Kangajan di timur pulau tetap sebagai kampong kecil. Sementara itu kampong utama di pantai utara adalah kampong Pabean. Foto: Rumah asli penduduk Kangean, mirip rumah orang Makassar (1935)
Pulau Kangean dimasukkan ke wilayah (Afdeeling) Soemanap bersamaan dengan district Soemanap menjadi bagian Pemerintah Hindia Belanda sejak 1 November 1883 yang kemudian seorang pejabat setingkat Controleur di pulau Kangean yang berkedudukan di (kampong) Kalisangka dimana terdapat benteng (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indiƫ, 1896). Seperti kita lihat nanti, dalam perkembangannya, ibu kota (hoofdplaats) dari Kalisangka ke kampong kecil di sebelah timur, kampong Ardjasa dimana district Kangen membagi wilayah kepulauan menjadi dua bagian yang mana di Kangean diangkat seorang wedana dan di Sepeken diangkat seorang asisten wedono. Nama Ardjasa juga ada di panati utara Jawa (dekat kota Panaroekan). Mana lebih dahulu eksis Ardjasa Kangean atau Ardjasa Panaroekan?
Orang pertama yang mendeskripsikan secara lengkap pulau Kangean adalah JL van Gennep, atas permintaan seorang guru besar dalam bidang geografi di Belanda. Sebelum van Gennep memulai observasi dan kunjungan di pulau-pulau Kangean telah mereview semua sumber tertulis/peta yang ada seperti laporang yang dimuat dalam Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap (tidak ada tahun), Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, 1885; dan Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, deel XLIX. JL van Gennep, kemudian merangkup semua pengetahuannnya dalam satu artikel panjang dengan judul Bijdrage tot de Kennis van den Kangean Archipel yang dimuat dalam Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indiƫ, 1896. Peta 1883
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pelabuhan Batuguluk dan Lokasi Gua Arca Prasejarah: Sebelum ke Kangean Pelajari Dulu Sejarahnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar