*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini
Ada garis continuum guru-guru dari Padang
Sidempoean. Itu semua berawal dari era Sati Nasoetion alias Willem Iskander
(1857-1876). Lalu muncul guru Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda (1879-1826)
dan kemudian Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (1887-1827). Guru berikutnya
asal Padang Sidempoean adalah Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (sejak
1910).
Jejak Sejarah, Tulisan Soetan Goenoeng Moelia tentang Persatuan Pemuda di Jong Sumatranen Bond. Fernando Hamonangan. Nusantara62.com. Jumat, 2 Juni 2023. Soetan Goenoeng Moelia memiliki nama lahir Todoeng Soetan Moelia Harahap. Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempuan, 21 Januari 1896. Soetan Goenoeng Moelia aktif di pergerakan Jong Sumateranen Bond. Ketika masa pergerakan pemuda, Soetan Goenoeng Moelia mengulas persatuan pemuda Sumatera dalam Bahasa Belanda berjudul Is de opbouw van een Sumatraansche natie mogelij? di Gedenk nummer van Jong Sumatra, 1917-1922. Berikut isi lengkap terjemahan tulisan asli: “Dengan mengesampingkan pertanyaan apakah masalah persatuan penduduk Sumatera pada saat ini mempunyai arti yang praktis, dalam tulisan singkat ini persoalan tersebut dibahas dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh pertumbuhan politik dewasa ini. Penduduk pulau Sumatera memang beraneka ragam dalam segala hal. Dalam suatu kawasan suku bangsa tumbuh suatu masyarakat dengan bahasa, susunan dan pengertian hukum tersendiri, yang bagi penduduk yang beraneka ragam itu merupakan suatu ciri khas…. (https://www.nusantara62.com/)
Lantas bagaimana sejarah Soetan Goenoeng Moelia guru bergelar doctor? Seperti disebut di atas, selepas lulus sekolah dasar (ELS), langsung berangkat studi ke Belanda. Soetan Goenoeng Moelia di Leiden menjadi akta guru sebelum Kembali ke tanah air. Soetan Casajangan berjuang untuk pendidikan pribumi. Lalu bagaimana sejarah Soetan Goenoeng Moelia guru bergelar doctor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Soetan Goenoeng Moelia Guru Bergelar Doktor; Soetan Casajangan Berjuang Untuk Pendidikan Pribumi
Todoeng Harahap lahir di Padang Sidempoean tahun 1896. Todoeng Harahap memulai pendidikan dasar di sekolah Eropa (Europeesche Lagere School=ELS) Padang Sidempoean tahun 1905 (gedung sekolah itu masih eksis kini sebagai kantor Bank Sumut di Padang Sidempuan). Namun pada tahun ini ELS Padang Sidempoean ditutup karena dipindahkan ke Sibolga. Todung Harahap mau tak mau ikut pindah sekolah ke Sibolga.
Pada tahun 1905 residentie Tapanoeli dipisakan dari province Sumatra’s Westkust,
sebagai residentie otonom yang langsung bertanggungjawab ke Gubernur Jenderal
Hindia Belanda di Batavia. Ini berkaitan
dengan semakin berkurangnya gangguan di wilayah Toba dari perlawanan pengikut
dan Sisingamangardja. Ibu kota Residentie Tapanoeli sejak 1885 dipindahkan dari
Sibolga ke Padang Sidempoean (karena tidak sehat bagi orang Eropa/Belanda—kawasan
rawa/pantai). Pemindahan ini dilakukan dua tahun setelah jembatan Batangtoroe
selesai dibangun, jembatan yang menghubungkan Sibolga (ibu kota afdeeling
Sibloga en Omst.) dan Padang Sidempoean (ibu kota afdeeling Angkola Mandailing).
Padang Sidempoean saat itu adalah kota besar, kota kedua terbesar di Sumatra,
setelah kota Padang (ibu kota province Sumatra’s Westkust sejak 1838). Di
Padang Sidempoean sejak 1879 sudah ada sekolah guru (kweekschool) yang mana direkturnya
tahun 1881 adalah Charles Adrian van Ophuijsen (pada saat ini Medan masing
sebuah kampong).
Pada tahun 1910, Todoeng menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di ELS Sibolga. Ayahnya Mangaradja Hamonangan, seorang pengusaha perkebunan di Padang Sidempoean menyekolahkan Todoeng ke negeri Belanda. Setelah lulus, BTL, berangkat studi ke Belanda (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 27-11-1911). Disebutkan dalam manifes kapal Prinses Juliana yang berangkat dari Batavia tanggal 2 November dan telah tiba di Genoa (Italia) tanggal 25 November dengan tujuan akhir Amsterdam dicatat namanya Si Todoeng. Dari ratusan penumpang hanya Si Todoeng yang bernama pribumi. Lantas siapa yang mendampinginya?
Mungkin Mangaradja Hamonangan sumringah saat kapal bergerak dari dermaga
Tandjoeng Priok, tetapi ibu si Toedoeng (yang masih usia 13 tahun) boru Regar mengangguk
godang. Mangaradja Hamonangan yakin anaknya baik-baik saja selama di pelayaran.
Di Belanda sudah ada yang akan menjemputnya di pelabuhan Amsterdam. Rajioen Harahap gelar Soetan
Casajangan Soripada yang
lulus sekolah guru mendapat akta guru MO tahun 1910 sudah mengajar di sekolah
Handelschool di Amsterdam. Pada tahun ini Abdoel Firman Siregar gelar
Mangaradja Soangkoepon yang juga kelahiran Padang Sidempoean sudah tiba di Belanda. Sietan Casajangan sendiri di Belanda adalah penggagas dan presiden pertama organisasi pelajar/mahasiswa
pribumi (Indisch
Vereeniging).
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia di Belanda boleh jadi siswa pribumi termuda dari Hindia (Mangaradja Soangkoepon lahir 1885). Soetan Casajanga yang menjadi guru di Amsterdam membimbing Soetan Goenoeng Moelia memilih sekolah dan mengawasi perkembangan studinya. Mangaradja Soangkoepon studi di Handelschool di Amsterdam.
Pada tahun 1913 Sorip Tagor tiba di Belanda untuk melanjutkan studi. Sorip
Tagor Harahap, kelahiran Padang Sidempoean memulai pendidikan sekolah
kedokteran hewan (Veeartsenschool) di Buitenzorg pada tahun 1907 (Sekolah Dokter Hewan Buitenzorg
dibuka tahun 1907). Sorip
Tagor sebagai angkatan pertama lulus tahun 1912 dan menjadi asisten dosen di Veeartsenschool.
Pada tahun 1913 Sorip Tagor berangkat ke Belanda. Berdasarkan buku Satu Abad Sekolah Kedokteran
Hewan Belanda (Een eeuw veeartsenijkundig onderwijs, 1821-1921) hanya satu
pribumi yang mendapat gelar dokter hewan di Utrecht yakni Sorip Tagor. Pribumi
pertama di Utrecht diterima sebagai angkatan 1913-1914. Sorip Tagor lahir di kampong
Hoeta Imbaroe, Padang Sidempuan, 21 Mei 1888, ayahnya Radja Tagor Harahap dan ibunya
Dorima Siregar. Sorip Tagor Harahap kelak dikenal sebagai ompung (kakek) dari
Risty/Inez Tagor (artis) dan Destri (istri Setya Novanto, mantan Ketua DPR). Catatan:
Pada tahun 1912 di kampus Soetan Casajangan di Rijkweekschool di Haarlem
diterima Ibrahim Datoek Tan Malaka sebagai angkatan 1912-1916. Soetan
Casajangan sendiri angkatan 1906-1910). Pada tahun 1913 Soetan Casajangan
kembali ke tanah air, diangkat sebagai direktur sekolah guru (kweekschool) di
Fort de Kock (darimana Tan Malaka belum lama lulus). Soetan Goenoeng Moelia
tentu saja sudah berada di tengah saudara-saudaranya sekampong yakni Mangaradja
Soangkoepn dan Sorip Tagor (lahir di Padang Sidempoean tahun 1888).
Pada tahun 1915 Soetan Goenoeng Moelia lulus ujian akta guru LO di Haarlem (lihat De Maasbode, 12-05-1915). Disebutkan Soetan Goenoeng Moelia di Leiden, Akta serupa ini diperoleh oleh Soetan Casajangan pada tahun 1907 di Haarlem.
Seperti halnya Soetan Goenoeng Moelia, yang lulus ujian akta guru LO
adalah Dahlan Abdoellah dan Samsi dinyatakan lulus ujian akte guru (LO) di
‘sGravenhage (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-12-1915). Disebutkan Dahlan
Abdoellah lulus untuk bahasa Melayu dan etnografi dan Samsi lulus untuk bahasa
Jawa.
Pada tahun 1915 Mangaradja Soeangkoepon kembali ke tanah air setelah menyelesaikan sekolah perdagangan di Amsterdam. Sorip Tagor lulus ujian kandidat dokter hewan di Rijksveeartsenijschool, Utrecht tahun 1916 (lihat Algemeen Handelsblad, 19-06-1916).
Pada tahun 1917 Sorip Tagor mempelopori didirikannya organisasi pelajar/mahasiswa asal Sumatra di Belanda (lihat De Sumatra post, 31-07-1919). Disebutkan organisasi anak-anak Sumatra (Sumatranen Bond) resmi berdiri tanggal 1 Januari 1917, dewan terdiri dari Sorip Tagor (sebagai ketua); Dahlan Abdoellah, sebagai sekretaris dan Soetan Goenoeng Moelia sebagai bendahara. (Salah satu) anggota komisaris Ibrahim Datoek Tan Malaka
Soetan Goenoeng Moelia lulus ujian akta guru MO di Den Haag tahun 1917 (lihat De Maasbode, 22-08-1917). Akta serupa ini diperoleh Tan Malaka di Haarlem pada tahun 1916. Di kampus Tan Malaka pada tahun 1910 Soetan Casajangan lulus MO. Dengan demikian, paling tidak sudah ada tiga guru pribumi asal Hindia yang memperoleh akta guru MO (akta guru kepala). Soetan Goenoeng Moelia tidak langsung pulang tetapi di Leiden mengikuti sejumlah kursus singkat termasuk bidang sastra. Pada tahun 1919 keluar beslit dari Minister van Kolonien tanggal 10 September 1919, 9de afdeeling, No. 66 yang mana Tadoeng Gelar Soetan Goenoeng Moelia di Leiden ditempatkan di bawah Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie sebagai guru Hollandsch-inlandsch onderwijs (lihat Nederlandsche staatscourant, 13-09-1919). Soetan Goenoeng Moelia bersiap-siap kembali ke tanah air. Soetan Goenoeng Moelia sejak 1911 belum pernah pulang. Pada tahun 1919 ini Dr. Soetomo tiba di Belanda untuk melanjutkan studi kedokteran.
Soewardi Soerjaningrat juga bersiap-siap pulang ke tanah air (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-08-1919). Disebutkan Soewardti dengan kapal uap ss Wilis meninggalkan Belanda dan mungkin akan tiba di Tandjong Priok pada awal Scptember. RM Soewardi Soerjaningrat telah menyelesaikan pendidikan dengan mendapat akta LO (Lager Onderwijzer). Soewardi memulai Pendidikan tahun 1915 (lihat Haagsche courant, 18-06-1915). Disebutkan RM S Soerjaningrat lulus ujian saringan masuk untuk berpartisipasi untuk mendapatkan akte guru hulp acte. Ujian saringan itu dilakukan Sabtu malam. Catatan: Soewardi Soerjaningrat kelak dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Pada permulaan kemerdekaaan Indonesia Ki Hadjar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan. Lalu digantikan oleh Soetan Goenoeng Moelia.
Awalnya ditempatkan di Bengkoeloe, Namun tidak lama
kemudian tahun
1920, Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia diangkat pemerintah menjadi guru dan
ditempatkan sebagai kepala sekolah di Sipirok (lihat Algemeen Handelsblad, 18-07-1920). Selanjutnya Sutan Goenoeng
Moelia, guru pendidikan Eropa, diangkat menjadi kepala sekolah di Hollandsch
Inlandsche School (HIS) yang baru dibuka di Kotanopan (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1921). HIS adalah sekolah dasar yang
diperuntukkan bagi penduduk pribumi dengan pengantar Bahasa Belanda, sedangkan ELS adalah sekolah
dasar yang diperuntukkan bagi orang Eropa/Belanda tetapi juga dimungkinkan
menerima siswa pribumi dengan persyaratan yang sangat ketat.
Sorip
Tagor pada bulan Desember 1920 lulus ujian akhir (2de helft) di
Rijksveeartsenijschool, Utrecht. Sorip Tagor diwisuda dan mendapat gelar dokter
hewan (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 30-01-1921). Sebelumnya diberitakan JA Kaligis dengan kapal Grotius akan berangkat
tanggal 31 Januari dari Batavia menuju Amsterdam (lihat Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 30-01-1920). Surat kabar Het Vaderland: staat- en
letterkundig nieuwsblad, 14-10-1920 memberitakan bahwa JA Kaligis salah satu
dari mahasiswa yang lulus ujian bagian pertama di Utrecht. JA Kaligis
menyelesaikan sebagian yang lain (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig
nieuwsblad, 30-01-1921).
Dalam perkembangannya, untuk mengisi kekosongan 'kursi' dewan yang ditinggalkan, untuk sidang di Volksraad, terhitung 17 Mei 1921 Sutan Gunung Mulia juga akan menjadi Volksraad di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1921). Ini berarti Sutan Gunung Mulia memulai karir di panggung (politik) nasional yang tentu saja akan membawa misi perbaikan pendidikan pribumi.
Selama ini Dahlan Abdoellah dan Sjamsi Widagda sebagai
asisten pengajar di Universiteit Leiden dalam bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Pada
era Soetan Casajangan hanya bahasa Melayu yang ditugaskan kepada Soetan
Casajangan (sebagai asisten dosen untuk Prof CA van Ophuijsen). Jabatan asisten dosen Melayu dan bahasa Jawa di Universiteit Leiden kosong karena mereka berdua
sangat sibuk situdi. Untuk mengisinya bahasa Melayu kemudian didatangkan Soetan Mohammad Zain (lihat De Maasbode, 27-07-1922). Untuk
posisi asisten dosen Jawa didatangkan Perbatjaraka
(lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant,
18-09-1922). Dahlan Abdoellah kemudian lulus
ujian acte MO voor de Maleische-taal en letterkunde (lihat Het Vaderland:
staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-06-1923). Samsji Widagda masih menyelesaikan program
sarjananya di Handelhoogeschool di Amsterdam.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Soetan Casajangan Berjuang Untuk Pendidikan Pribumi: Soetan Goenoeng Moelia Melanjutkannya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar