Minggu, 03 Agustus 2025

Sejarah Indonesia Jilid 6-2: Jelang Indonesia Merdeka Tahun 1945; Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini 

Sejarah Indonesia jelang kemerdekaan Indonesia sudah banyak ditulis. Satu yang penting dari sisi Indonesia adalah sudah dipersiapkannya berbagai aspek dalam kemerdekaan Indonesia seperti dasar negara (Pancasila), statuta negara (RUUD) dan lainnya. Namun bagaimana situasi dan kondisi di sisi Jepang sendiri kurang terinformasikan. Satu yang jelas, Jepang dalam posisi genting dengan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat.


Berdasarkan Buku SNI Jilid 6: Pada tanggal 28 Mei 1945 BPUPKI diresmikan yang kemudia esoknya tanggal 29 dimulai persidangan untuk merumuskan dasar negara (statuta). Dalam rapat terakhir 1 Juni dasar negara diusulkan Ir Soekarmo dengan nama Pantja Sila. Demikianlah seterusnya hingga perumusan terakhir draf dasar negara yang dilakukan pada persidangan tanggal kedua mulai tanggal 10 Juli yang juga membahas wilayah negara, persiapan RUUD, pembentukan panitia Perancang UUD, pembelaan tanah air, serta keuangan dan perekonomian. Panitian Perancang UUD diketuai Ir Soekarno dengan 18 orang anggota: Mr AA Maramis, Otto Iskandar Dinata, Poeroebojo, Agus Salim, Mr Ahmad Subardjo. Prof Dr Mr Soepomo. Mr Maria Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, Mr Latuharhary, Mr Susanto Tirtoprodjo, Mr Sartono, Mr Wongsonegoro, Wuryaningrat, Mr RP Singgih, Tan Eng Hoat, Prof Dr PA Hoesein Djajadiningrat, dan dr Sukiman. Demikian selanjutnya hingga pada sidang kedua  rapat besar pada tanggal 16 Juli 1945 semua anggota setuju sebulat-bulatnya. 

Lantas bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti disebut di atas bahwa dari sisi Indonesia segala sesuatunya telah dipersiapkan, sementara Jepang dalam posisi genting dengan Sekutu pimpinan Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah jelang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.

Jelang Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945; Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika

Seminggu setelah sidang kedua rapat besar BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945 yang mana semua anggota setuju sebulat-bulatnya terhadap dasar-dasar negara (Indonesia), Amerika Serikat, sebagai pimpinan Sekutu, memberi sinyal ultimatum bagi Jepang. Presiden Amerika Serikat Truman telah menetapkan syarat-syarat penyerahan diri Jepang. Markas Besar MacArthur di Pasifik melaporkan bahwa pasukan Sekutu telah melakukan pendaratan baru di pesisir tenggara Kalimantan dekat Teluk Balikpapan (sebagai upaya untuk merebut semua ladang minyak).


Amigoe di Curacao, 23-07-1945: ‘Berita hari ini: Amerika Serikat, dengan persetujuan Presiden Truman, telah mengirimkan ultimatum radio kepada Jepang yang menuntut penyerahan diri. Jepang merespons dengan memperingatkan rakyat Jepang bahwa mereka harus mengantisipasi serangan baru dari pasukan Amerika yang semakin besar. Ultimatum ini penting karena Presiden Truman saat ini sedang berunding dengan Churchill dan Stalin. Oleh karena itu, mereka melihat kemenangan terselubung dalam partisipasi Rusia dalam perang di Timur Jauh jika Jepang tetap bersikeras pada niat jahatnya. Surat kabar Army & Navy Journal mengklaim bahwa Truman telah menetapkan syarat-syarat penyerahan diri Jepang dan menyerahkannya kepada Konferensi. Syarat-syarat tersebut adalah: 1) pelucutan senjata Jepang sepenuhnya; 2) hilangnya seluruh wilayah kecuali pulau-pulau asalnya ke tangan Jepang; 3) penghancuran dan likuidasi upaya perangnya; 4) kendali penuh atas ekonomi politiknya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa; dan 5) ekstradisi penjahat perang. Tampaknya, Jepang juga harus diduduki untuk sementara waktu. Menurut surat kabar tersebut, pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap Kaisar Hirohito akan dibahas di Potsdam. Sementara itu, laporan dari kawasan Pasifik menunjukkan bahwa angkatan laut dan udara Amerika telah menghancurkan atau merusak 791 kapal dan tongkang Jepang dalam dua minggu terakhir. Di antara kapal-kapal yang rusak tersebut terdapat kapal perang "Nagato", yang diserang oleh pesawat angkatan laut di pangkalan angkatan laut Yokosuka. Markas Besar MacArthur melaporkan bahwa pasukan Sekutu telah melakukan pendaratan baru di pesisir tenggara Kalimantan dekat Teluk Balikpapan. Ini merupakan upaya untuk merebut semua ladang minyak. Markas Besar MacArthur melaporkan bahwa pasukan Divisi Ketujuh Australia telah mendarat di dekat pintu masuk Teluk Balikpapan dan memasuki negara tersebut tanpa perlawanan. Australia merebut desa Berangoe, sementara mereka, bersama pasukan kolonial Belanda, berusaha menguasai sepenuhnya negara penghasil minyak ini’.

Jepang tentu saja tidak takut ultimatum Amerika, Pemerintah Jepang memberi respons dengan memperingatkan rakyat Jepang bahwa mereka harus mengantisipasi serangan baru dari pasukan Amerika yang semakin besar. Lalu apakah para anggota BPUPKI di Djakarta mengetahui semua pemberitaan di luar? Tentu saja, semua orang memiliki radio. Namun dalam narasi sejarah Indonesia seperti dalam Buku SNI Jilid 6 pemahaman seperti tidak ada. Lalu apa dampaknya? Yang jelas tingkat pemahaman kita masa kini menjadi tidak luas dengan apa yang terjadi pada saat yang sama. Narasi sejarah telah mereduksi. Itulah akibatnya jika narasi sejarah Indonesia terlalu Indonesia sentris. Bahkan saat BPUPKI tengah bersidang di Djakarta, tidak jauh di Teluk Balikpapan pasukan Divisi Ketujuh Australia telah mendarat tanpa perlawanan dan pasukan kolonial Belanda telah menguasai sepenuhnya kota Balikpapan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jepang dalam Posisi Genting dengan Sekutu Pimpinan Amerika: Situasi dan Kondisi di Djakarta dan Kota-Kota Lainnya    

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

 

 *Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar