*Semua artikel Sejarah Universitas Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Fakultas Ekonomi adalah fakultas yang dibentuk baru di Universitas Indonesia yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1950. Pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia pada dasarnya tidak terkait dengan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Universitas Indonesia. Hal ini berbeda dengan Fakultas Psikologi yang dibentuk dari keberadaan pendidikan (ilmu) psikologi di Fakultas Kedokteran; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang dibentuk dari keberadaan ilmu-ilmu sosial dan politik di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia; dan Fakultas Ilmu Komputer yang dibentuk dari Pusat Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Fakultas Ekonomi adalah fakultas yang dibentuk baru di Universitas Indonesia yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1950. Pembentukan Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia pada dasarnya tidak terkait dengan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di Universitas Indonesia. Hal ini berbeda dengan Fakultas Psikologi yang dibentuk dari keberadaan pendidikan (ilmu) psikologi di Fakultas Kedokteran; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang dibentuk dari keberadaan ilmu-ilmu sosial dan politik di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia; dan Fakultas Ilmu Komputer yang dibentuk dari Pusat Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Java-bode, 26-08-1953 |
Mengapa dalam berbagai
tulisan disebutkan Fakultas Ekonomi terkait dengan Fakultas Hukum dan Ilmu
Sosial di Universitas Indonesia? Disebutkan Jurusan Sosial Ekonomi di Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia dipisahkan lalu kemudian dibentuk
menjadi Fakultas Ekonomi. Padahal kenyataannya tidak demikian. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, artikel ini mendeskripsikan proses pembentukan Fakultas
Ekonomi di Universitas Indonesia (FEUI). Sebagaimana diketahui Fakultas Ekonomi
yang dimaksud tersebut adalah fakultas yang kini namanya menjadi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB-UI). Lantas siapa-siapa saja
yang menjadi sarjana lulusan pertama di FEUI? Mari kita lacak!
Universitas Indonesia: Bermula dari Nood Universiteit
Universitas Indonesia pada dasarnya bermula
ketika pada tahun 1946 Belanda (NICA) mulai merintis lagi pembentukan
universitas yang disebut Nood Universiteit (Universitas Darurat). Tepat pada
tanggal 21 Januari 1946 secara resmi dibuka Nood Universiteit (lihat Het
dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 21-01-1946). Dalam
pengantar pembukaan PM van Wulfften Palthe mengatakan pembukaan universitas
darurat ini tidak ada terkait dengan keberadaan Universiteit van
Nedederlandsche Indiƫ (Universitas Hindia Belanda) sebelum pendudukan Jepang).
Tujuan utama pembentukan universitas ini adalah menjembatani celah, untuk
mengejar apa yang telah hilang. Sejauh ini bahwa praktis hanya warga di Batavia
(Djakarta) yang memiliki kesempatan untuk menghadiri pendidikan di Universitas
Darurat. Saat ini jumlah mahasiswa terdaftar: fakultas kedokteran 122 orang
yang terdiri dari 58 Cina, 62 Belanda, 2
Indonesia; Fakultas Hukum sebanyak 46 majasiswa (18 Cina, 24 Belanda, 4 Indonesia);
Fakultas Sastra dan Filsafat sebanyak 13 mahasiswa (8 Cina, 4 Belanda, 1
Indonesia); Fakultas Teknik sebanyak 20 mahasiswa (10 Cina, 9 Belanda, 1
Indonesia): Fakultas Pertanian sebanyak 9 mahasiswa (4 Cina, 4 Belanda, 1
Indonesia). Disebutkan khusus untuk Fakultas
Sastra dan Filsafat terdiri dari lima bidang studi: sosial ekonomi, linguistik,
etnologi, arkeologi dan sejarah.
Dari pidato Presiden Nood Universiteit ini terindikasi
hanya ada lima fakultas: kedokteran, hukum, sastra dan filsafat, dan pertanian
(di Djakarta) dan teknik di Bandoeng. Salah satu bidang studi di Fakultas Sastra
dan Filsafat adalah sosial ekonomi. Perkuliahan di Nood Universiteit te Batavia
akan dimulai pada tanggal 1 Agustus 1946 (Nieuwe courant, 26-07-1946).
Disebutkan bahwa mahasiswa yang terdafatar di Universitas Darurat secara gratis.
Lalu dalam perubahan yang cepat, Presiden
Nood Universiteit yang baru Prof. Dr. Cornelis Douwe de Langen menata kembali Nood
Universiteit dan namanya diubah menjadi Universiteit van Indonesie yang diresmikan
pada tanggal 12 Maret 1947. Jumlah fakultas yang awalnya empat fakultas
ditambah Fakultas Ilmu Exact sehingga jumlahnya menjadi enam fakultas, yakni:
(1) Fakultas Teknik di Bandoeng; (2) Fakultas Eksak di Bandoeng; (3) Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial; (4) Fakultas Kedokteran; (5) Fakultas Sastra dan Ilmu
Filsafat; dan (6) Fakultas Pertanian di Buitenzorg (Algemeen Indisch dagblad, 26-07-1947). Sementara itu sedang
dikaji untuk pembentukan Fakultas Ekonomi di Makassar (lihat Het dagblad :
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 25-08-1947).
Disebutkan bahwa Universiteit van Indonesie ini di
Fakultas Hukum ditambahkan bidang ilmu sosial sehingga namanya menjadi Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial. Bidang linguistik di Fakultas Sastra dan Filsafat hanya akan
membuka dua bidang studi: bahasa dan sastra Belanda dan bahasa dan sastra
Melayu. Bidang sosial ekonomi dari Fakultas Sastra dan Ilmu Filsafat dipisahkan.
Pada tahun 1949 bidang sosial ditambahkan ke Fakultas Hukum (Nieuwe courant,
12-05-1949). Nama Fakultas Hukum menjadi
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial). Disebutkan di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial pada
rumpun ilmu sosial (Departemen Sosial) hanya ada satu bidang studi yakni bidang
sosial ekonomi.
Salah satu mahasiswa yang terdaftar di
Faculteiten der Rechtsgeleerdheid en Sociale Wetenschappen, Universiteit van
Indonesie (Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial) adalah Tan Goan Tiang. Pada tahun 1950 Tan Goan Tiang diberitakan lulus
ujian propaedeutische atau ujian setelah tahun pertama (Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,24-01-1950). Disebutkan Tan
Goan Tiang dan Ridwan Jazid lulus ujian propaedeutisch di Department Sociale
Wetenschappen (Departemen Ilmu Sosial).
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda
(hasil KMB yang dimulai tanggal 27 Desember 1949) terjadi peralihan dari
Belanda (NICA) ke Republik Indonesia Serikat. Pada tanggal 2 Februari 1950 Universiteit
van Indonesie namanya diubah menjadi Universiteit Indonesa tetapi fakultas yang
ada dilanjutkan. Presiden Universiteit Indonesia yang pertama adalah Ir.
Soerachman.
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Dibentuk di Djakarta
Namun tidak lama kemudian, Pemerintah
Indonesia (setelah sidang kabinet) memutuskan untuk mendirikan Fakultas Ekonomi
di Universitas di Djakarta (Nieuwe courant, 12-09-1950). Disebutkan selain itu
di fakultas ini akan dibentuk Sekolah Administrasi Bisnis (School
for Business Administration) dengan masa studi dua tahun sebagai bagian dari
fakultas. Sedangkan untuk lama studi di fakultas ekonomi adalah lima tahun,
Persyaratan masuk di fakultas ekonomi adalah siswa yang memiliki diploma AMS,
HBS, Gymnasium, Lyceum, SMA) atau yang memiliki ijazah pendidikan menengah yang
setara. Prof. Mr. K. Sunario Sanyatavijaya diangkat sebagai dekan fakultas.
Untuk pendaftaran dilakukan oleh administrasi di Sekretariat Universitas
Indonesia di Jalan Eijkman No. 12.
Keputusan pemerintah ini ditetapkan setelah sebelumnya
gagal untuk memindahkan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Makassar.
Salah satu fraksi di parlemen menolak pemindahan Fakultas Ekonomi ke Djakarta dan
menginginkannya tetap berada di Makassar (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-07-1950). Sebaliknya pemerintahan
(Kementerian Pendidikan) memiliki keputusan lain yakni dengan membentuk baru
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta. Fakultas Ekonomi di
Djakarta ini kemudian diresmikan pada tanggal 18 September 1950. Ini berarti
secara dejure Universitas Indonesia telah memiliki Fakultas Ekonomi di dua kota
(Makassar dan Djakarta). Hal ini juga terjadi ketika dua fakultas kedokteran di
bawah Universitas Indonesia tetap diselenggarakan di dua kota (Djakarta dan
Soerabaja). Ketika pemerintah telah membentuk Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia di Djakarta,
Sementara itu, di Fakultas Hukum dam Ilmu Sosial,
Universitas Indonesia pada akhir tahun 1950 dilakukan pengangkatan sejumlah
dosen dan profesor (De vrije pers: ochtendbulletin, 13-12-1950). Mereka yang
diangkat tersebut dengan mata kuliah yang diajarkan, diantaranya Prof, Mr, S.
Kolopaking Sanyatavijaya (mengajar Sosiologi dan Ekonomi); Prof. Dr. DH Burger
(Kapita Selekta Ekonomi Indonesia); Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D
(Ekonomi Indonesia). Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo sendiri adalah Menteri
Perdagangan dan Perindustrian (Kabinet Natsir: sejak 6 September 1950).
Saat pembentukan dan dimulainya aktivitas di Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta, fakultas ekonomi yang tetap eksis di
Makassar seakan diabaikan dan pemerintah terkesan kurang memperhatikan. Hal ini
boleh jadi karena situasi dan kondisi pasca pengakuan kedaulatan Indonesia di
Indonesia Timur belum sepenuhnya kondusif. Lebih-lebih para guru besar dan
dosen termasuk dekan Prof. Hanrath telah meninggalkan Makassar dan telah
kembali ke Belanda. Kepulangan dosen dan guru besar Belanda, rumor, tidak hanya
karena masalah keamanan di Makassar tetapi juga soal standar kehidupan dosen
yang telah bergeser dari standar Eropa/Belanda menjadi standar Indonesia.
Kabinet Natsir
dibubarkan dan berakhir pada tanggal 27 April 1951. Sejak itu, Prof. Drs.
Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D ingin sepenuhnya di kampus. Disebutkan Prof.
Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D berambisi untuk mengembangkan fakultas
ekonomi yang sudah dibentuk di Djakarta. Tidak lama kemudian, masih pada tahun
1951 ini, Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D telah diangkat sebagai
dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-11-1951). Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D menggantikan
Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya (dekan yang pertama, sejak akhir 1950).
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta
setelah peresmiannya berpacu dengan waktu. Sejumlah dosen mengalami mutasi dan
diantaranya ditambahkan ke Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta
(lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
02-06-1951). Guru besar yang ditambahkan ke Fakultas Ekonomi ini diantaranya: Prof. dr. RM Sunario Kolopaking SanyatavĆ¼aya, Profesor
di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, sejak dari 1 September 1950, selain tetap
bertugas di kantor saat ini, untuk sementara diangkat sebagai dosen Sosiologi
dan Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan (rangkap) di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
di Djakarta; Prof. Dr. A. Kraal, profesor ekonomi bisnis di Fakultas Hukum dan
Ilmu Sosial di Jakarta, efektif dari 1 Desember 1950, untuk sementara ditunjuk
sebagai dosen dalam bisnis dan keuangan dan (rangkap) mengajar di Fakultas
Ekonomi di Djakarta; Prof. Mr. Djoko Soetono, profesor di
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, secara efektif dari 1 Desember 1950 untuk
sementara disamping fungsi ini, untuk sementara ditunjuk sebagai dosen
pengantar hukum di Fakultas Ekonomi dan (rangkap) di Fakultas Hukum dan Ilmu
Sosial.
Sejauh ini di Fakultas Ekonomi yang baru dibentuk
tersebut hanya ada tiga kekhususan yakni Ekonomi-Sosiologis, Ekonomi Bisnis,
dan Ekonomi Umum. Tidak ada bidang studi Sosial Ekonomi. Sementara bidang studi
Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial tetap eksis (tidak berubah). Ini
berarti tidak ada kaitan antara keberadaan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
dengan pembentukan Fakultas Ekonomi. Yang ada adalah, faktanya ada keinginan
pemerintah untuk memindahkan Fakultas Ekonomi di Makassar ke Djakarta, tetapi
karena adanya penolakan maka terjadilah pembentukan Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia di Djakarta, suatu fakultas yang benar-benar baru (mulai
dari nol). Untuk memenuhi dosen khususnya guru besar (setelah kepulangan dosen
dan guru besar ekonomi ke Belanda), sejumlah guru besar di Fakultas Hukum dan
Ilmu Sosial (tepatnya di Departemen Sosial Ekonomi) ditugaskan rangkap mengajar
di Fakultas Ekonomi.
Dengan demikian,
pembentukan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta sesungguhnya
bersifat situasional (tidak terduga). Ini bermula ketika dosen dan guru besar
Fakultas Ekonomi di Makassar kembali ke Belanda, dan perkuliahan di Fakultas
Ekonomi di Makassar menjadi terhenti sejak Agustus 1950, lalu kemudian
pemerintah (Kementerian Pendidikan) dan Presiden Universitas Indonesia
merencanakan memindahkan Fakultas Ekonomi di Makassar ke Djakarta (supaya
efektif dan sesuai kebutuhan yang mendesak). Namun upaya pemindahan ini tidak
berhasil karena ada pihak yang menolak. Atas dasar ini pemerintah memutuskan
untuk membentuk baru Fakultas Ekonomi di Djakarta (yang diresmikan pada tanggal
18 September 1950). Beberapa kandidat untuk memimpin Fakultas Ekonomi ini
terdapat guru besar di Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Ilmu Hukum dan
Sosial seperti Prof, Mr, S. Kolopaking Sanyatavijaya dan Prof. Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo, Ph.D. Namun karena Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo sendiri
adalah Menteri Perdagangan dan Perindustrian, yang menjadi dekan di Fakultas
Ekonomi, Unversitas Indonesia di Djakarta adalah Prof, Mr, S. Kolopaking
Sanyatavijaya. Lalu kemudian, setelah tidak menjabat sebagai menteri (kabinet
dibubarkan), Prof. Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D mengumumkan meletakkan
semua jabatan di pemerintahan dan kembali ke kampus yang secara sadar dan tegas
mangatakan untuk mengembangkan fakultas ekonomi yang baru dibentuk tersebut (Het
vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 02-08-1951). Sebagaimana
diketahui Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D saat itu adalah satu
diantara tiga orang Indonesia yang bergelar doktor (Ph.D) di bidang ekonomi, Tidak
lama kemudian Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Ph.D menggantikan Prof, Mr,
S. Kolopaking Sanyatavijaya yang memiliki latar belakang pendidikan hukum.
Oleh karenanya, tidak ada kaitan antara pembentukan
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta dengan keberadaan
(pemisahan Departemen Sosial Ekonomi) Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial,
Universitas Indonesia. Sebab Departemen Sosial Ekonomi di Fakultas Hukum dan
Ilmu Sosial tetap eksis ketika Fakultas Ekonomi di Djakarta sudah terbentuk. Justru
yang boleh dikatakan ada pertalian adalah bahwa Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia di Makassar akan dipindahkan ke Djakarta. Namun karena ditolak, maka
Fakultas Ekonomi, Unversitas Indonesia di Djakarta dibentuk baru. Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia di Makassar dianggap tetap eksis.
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
merayakan ulang tahun yang pertama pada taggal 18 September 1951 (De
nieuwsgier, 18-09-1951). Disebutkan jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia di Djakarta
sebanyak 700 mahasiswa. Pada saat ulang tahun yang pertama ini, pendidikan ekonomi
di Indonesia sudah terdapat di beberapa tempat. Selain di Makassar (yang
memulai perkuliahan pada tahun akademik 1948/1949 dan sementara tertunda) juga
terdapat Akademi Pcrniagaan Indonesia (API) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Perekonomian yang dibuka awal tahun 1951 sebanyak 100 mahasiswa dan
di Universitas Islam Indonesia Djogjakarta yang dibuka September 1951 sebanyak
30 mahasiswa (De nieuwsgier, 07-11-1951). Juga disebutkan jumlah dosen
(termasuk guru besar) sebanyak 23 orang di Djakarta dan lima orang di
Djogjakarta (sebagian besar bestatus luar biasa, karena mereka itu telah
memiliki pekerjaan tetap). Di Makassar semua dosen yang Belanda telah pulang ke
Belanda. Di Universitas Gadjah Mada di Djogjakarta baru tahun 1952 pemerintah
menambahkan (membuka) Departemen Ekonomi sejak 1 September di Fakultas Hukum,
Ilmu Sosial dan Politik (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 04-09-1952). Fakultas ini kemudian bernama Faculteit voor
Rechten en Sociale, Economische en Politieke Wetenschappen (De locomotief:
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-12-1952).
Pada tahun akademik pertama (1950) mahasiswa yang terdaftar tidak diketahui berapa banyak jumlahnya. Sejumlah mahasiswa adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Ekonomi di Makassar, diantaranya Tjan Lam Hin, Sie Bing Tat, Oei Kwie Tik dan Saleh Siregar. Untuk mahasiswa yang mulai dari awal (tingkat satu) diantaranya: Wahju Soekotjo, Daoed Joesoef, Raehmat Saleh, Widjojo Nitisastro dan Sitti Donur Karmeini Pohan (yang besar dugaan mahasiswi pertama di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia). Selain itu, mahasiswa yang terdaftar dari awal di tahun pertama diantaranya Tan Goan Tiang, HMT Oppusunggu, R Dahmono dan Tjiong Joe Lian. Empat yang disebut terakhir ini pada tahun 1949 terdaftar dan telah menyelesaikan perkuliahan tingkat satu di Departemen Sosial-Ekonomi, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universiteit van Indonesie dan kemudian masuk ke Fakultas Ekonomi tahun 1950 (mulai dari tingkat satu kembali).
Selanjutnya diperoleh keterangan bahwa perkuliahan
di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta diselengarakan lima
tahun dibagi ke dalam tiga tahap: setelah selesai tahun pertama diadakan ujian
propadeuse; setelah tahun ketiga diadakan ujian kandidat dan kemudian ujian
doktoral (Drs) setelah tahun keempat atau kelima. Setiap mahasiswa studi
doktoral dapat memilih tiga kekhususan (minat) yakni Ekonomi-Sosiologis;
Ekonomi Bisnis (Perusahaan) dan Ekonomi Umum (lihat De nieuwsgier, 07-11-1951).
De nieuwsgier, 22-12-1952 |
De nieuwsgier, 20-11-1948 |
Dewan mahasiswa
Universitas Indonesia ini pertama kali dibentuk tahun 1947 dengan nama
Perhimpunan Mahasiswa Universiteit van Indonesia (PMUI). Disebutkan organisasi
mahasiswa Universitas Indonesia ini didirikan pada tanggal 20 Novemberr 1947
oleh Ida Nasoetion, G. Harahap dan kawan-kawan. Pada ulang tahun yang pertama (1948)
jumlah anggota PMUI telah mencapai 100 orang yang mana pada saat pendiriannya
tahun 1947 baru berjumlah 30 mahasiswa (lihat De nieuwsgier, 20-11-1948). Presiden
pertama PMUI adalah Ida Nasution, yang saat itu sudah menjadi esais yang
terkenal. Ketika kepengurusan Dewan Mahasiswa yang dipimpin oleh Widjojo
Nitisastro dan kawan-kawan (1952-1954) berakhir lalu digantikan oleh
kepengurusan baru (periode 1954-1956) yang dipimpin oleh Kartomo Wirisoehardjo
(Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-10-1954).
Kartomo Wirisoehardjo adalah (mahasiswa Fakultas Ekonomi diterima tahun1952.
Pada tahun 1957 semua dewan mahasiswa yang berada di bawah Universitas Indonesia
(Djakarta, Bandoeng dan Bogor) disatukan dalam satu presidium dengan ketua
terpilih Hasan Rangkuti (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-10-1957).
Dalam acara laporan tahunan Presiden Universitas Indonesia, ketua dewan yang
baru Hasan Rangkuti juga turut hadir dan berbicara (Algemeen Indisch dagblad:
de Preangerbode, 31-10-1957). Disebutkan Hasan Rangkuti mengatakan bahwa Dewan
Mahasiswa Universitas Indonesia adalah salah satu organisasi yang menyatukan
mahasiswa Bandoeng, Bogor dan Djakarta menjadi keluarga besar. telah diakui
oleh Presiden Universitas Indonesia. Pembentukan dewan ini memiliki tujuan
untuk ikut bertanggung jawab atas penciptaan dan pengembangan universitas,
singkatnya, itu adalah co-operator untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam
eksistensi dan perkembangan universitas. Hasan Rangkuti adalah mahasiswa
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial yang menjabat ketua Dewan Mahasiswa Universitas
Indonesia 1957-1960 dan 1962-1964.
Organisasi mahasiswa pertama di luar kampus sebelumnnya telah didirikan di Djogjakarta beberapa bulan sebelum pendirian PMUI yakni organisasi berbasis Islam yang diberi nama Himpoenan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi mahasiswa Islam ini didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawan. Organisasi di dalam kampus PMUI yang dibentuk Ida Nasution dan kawan-kawan pada tahun 1947 ini kemudian tahun 1952 diubah dengan nama baru Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Afdeeling Djakarta yang diketuai oleh Widjojo Nitisastro dan Afdeeling Bandoeng diketuai oleh Januar Hakim Harahap. Oleh karena anggota-anggota HMI ada di berbagai kota, maka anggota Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia baik di Djakarta maupun di Bandoeng juga umumnya berafiiasi dengan organisasi-organisasi di luar kampus seperti HMI.
Organisasi mahasiswa Indonesia kali pertama didirikan di Leiden pada tanggal 25 Oktober 1908 yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Indische Vereeniging ini dipelopori dan yang menjadi presiden pertama adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Pada era kepengurusan Dr. Soetomo (1920-1922) Indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesiasche Vereeniging dan kemudian di era kepengurusan Mohamad Hatta (1924-1930) Indische Vereeniging diubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (sampai sekarang). Secara kebetulan pendiri Indische Vereeniging, Radjioen Harahap; pendiri HMI Lafran Pane; pendiri PMUI Ida Nasution; dan pendiri Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Afdeeling Bandoeng (kini ITB) Januar Hakim Harahap,serta Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia yang pertama Hasan Rangkuti, sama-sama kelahiran Afdeeling Padang Sidempoean (kini Tapanuli Bagian Selatan).
Lulusan Pertama, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Tidak diketahui berapa jumlah mahasiswa
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada tahun pertama perkuliahan. Pada
tahun kedua (1951) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia di Djakarta telah
memiliki sekitar 700 mahasiswa. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 29-12-1952 memberitakan bahwa di Fakultas Ekonomi
telah lulus dalam ujian kandidat ekonomi dua orang yakni Raehmat Saleh dan H.
Kandou. Ujian kandidat dilaksanakan setelah tahun akademik ketiga. Ini berarti
Raehmat Saleh dan H. Kandou adalah dua diantara mahasiswa Fakultas Ekonomi yang
terdaftar sebagai mahasiswa angkatan pertama.
Sementara itu di Fakultas Hukum dan Ilmu
Sosial diberitakan telah lulus ujian propadeuse bidang Sosial Ekonomi yakni nona.
Oey Siang Lic dan nona Kadariah. Yang lulus ujian kandidat Sosial Ekonomi
adalah Ridwan Jazid, Mohammad Baga, Barus Siregar dan Njoo Tjiang. Bik (lihat
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
30-01-1952). Nama Ridwan Jazid (bersama Tan Goan Tiang) sudah terdeteksi sejak awal
tahun 1950 sebelum pembentukan Fakultas Ekonomi sebagai mahasiswa bidang sosial
(Departemen Ilmu Sosial) di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (lihat kembali
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,24-01-1950). Ini berarti Ridwan Jazid tidak pernah berpindah
fakultas dan tetap sebagai mahasiswa bidang sosial ekonomi di Departemen Ilmu
Sosial, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial. Sedangkan Tang Goan Tiang dari
Departemen Ilmu Sosial, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial pindah sehubungan dengan
pembentukan Fakultas Ekonomi. Tan Goan Tiang dengan nama lain Nathanael
Iskandar kelak diabadikan sebagai nama Gedung-A di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia.
Java-bode, 26-08-1953 |
Sebelumnya Ridwam Jazid telah dinyatakan
lulus doktoral (Drs) dalam bidang Sosial Ekonomi di Departemen Sosial, Fakultas
Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia. Ridwam Jazid paling tidak telah
lulus pada bulan Januari 1955 (sebelum Widjojo Nitisastro lulus). Ini terindikasi
dari berita pembentukan organisasi sarjana ekonomi. De nieuwsgier, 17-01-1955: ‘Pada
Jumat malam (14 Januari 1955, pen), di gedung Fakultas Ekonomi di Djakarta,
persatuan sarjana ekonomi Indonesia ‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia’
didirikan, yang bertujuan untuk mempromosikan ilmu ekonomi secara umum dan di
Indonesia pada khususnya. Asosiasi mencoba untuk mencapai tujuannya dengan
mengatur pertemuan dan konferensi di antara para anggotanya dan mempublikasikan
publikasi ilmiah. Anggota asosiasi ini dapat berupa mereka yang telah lulus
ujian doctoraal (Drs) atau doctor (Dr) di bidang ekonomi di institusi
pendidikan tinggi. Mereka dapat diadopsi sebagai anggota khusus dari asosiasi,
yang memegang posisi terkemuka di bidang ekonomi, yang berpendidikan ekonomi dan
yang tertarik dalam ilmu ekonomi. Sarjana ekonomi asing dan. kandidat di bidang
ekonomi dapat menjadi anggota asosiasi. Ketua komite pendiri, Prof. Soemitro
Djojohadikoesoemo mengusulkan untuk tidak memberikan hak istimewa kepada para
anggota khusus asing, karena mereka dapat mempengaruhi jalannya peristiwa dan
membahayakan ekonomi Indonesia. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo mengatakan bahwa
hanya orang Indonesia yang dapat menentukan kebijakan ekonomi Indonesia.
Menurut [kantor berita] PIA, jumlah sarjana ekonomi di Indonesia saat ini adalah
46 orang dan jumlah mahasiswa ekonomi yang tengah menunggu ujian doktoral (Drs)
sebanyak 80 orang. Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-03-1955:
‘Ikatan Sardjana Ekonomi Indonesia (asosiasi ahli ekonomi, yang baru-baru ini
didirikan di Jakarta), telah menyusun dewan pengurus, sebagai berikut: Soemitro
Djojohadikoesoemo sebagai ketua, Ridwan Jazid sebagai sekretaris, The Sik Tjoe
sebagai bendahara. Anggota komisaris adalah Ny. Dr. Thung Sin Nio, Dr. J Th
Koks dan Sarbini Soemawinata (MA econ.), Anggaran dasar dan rumahtangga asosiasi akan disusun
dalam waktu dekat’.
Pada Dies Natalis tahun 1955, Presiden
Universitas Indonesia melaporkan jumlah mahasiswa yang register (lihat Het
nieuwsblad voor Sumatra, 05-10-1955). Disebutkan jumlah mahasiswa yang register
di Fakultas Ekonomi sebanyak 581 mahasiswa. Disebutkan bahwa di Fakultas
Ekonomi akan dibentuk kursus (prorgam studi) bisnis (yang kelak menjadi cikal
bakal Departmemen Manajemen). Presiden Universitas Indonesia menyebutkan bahwa
tingkat kelulusan tahun ini (1955) hanya Fakultas Pertanian dan Fakultas
Kedokteran Hewan di Bogor yang terbilang memuaskan. Fakultas-fakultas lainnya
tingkat kelulusan kurang dari 10 persen. Hasil yang paling buruk adalah
Fakultas Ekonomi, yang tahun ini hanya meluluskan hanya tujuh mahasiswa
(kira-kira dua persen). Tingkat kelulusan dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa
lulus (dies) terhadap jumlah mahasiswa mendaftar (natalis). Laporan Presiden
Universitas Indonesia ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa jumlah lulusan
Fakultas Ekonomi seperti yang beritanya dikutip di atas, memang baru berjumlah tujuh
sarjana, yakni (sesuai urutan kelulusan): (1) Drs. Sie Bing Tat, (2) Drs. Oei
Kwie Tik, (3) Drs. Saleh Siregar, (4) Drs. Widjojo Nitisastro, (5) Drs. R
Dahmono, (6) HMT Oppusunggu, dan (7) Drs. Tjiong Joe Lian.
Java-bode, 19-10-1956 |
Java-bode, 12-07-1955 |
Pada tahun 1952 di Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia didirikan Lembaga Penyelidikan Sosial. Pada tahun 1953 lembaga ini
diubah menjadi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masjarakat (LPEM). Pda tahun 1955.
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo yang sejak tahun 1953 bersama Prof. F.
Weinreb memimpin Lembaga Penjelidikan Ekonomi dan Masjarakat (LPEM) digantikan
oleh Drs. Widjojo Nitisastro (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 12-07-1955). Pergantian pimpinan LPEM ini sesungguhnya
tidak lama setelah Widjojo Nitisastri lulus di Fakultas Ekonomi (lihat kembali
De nieuwsgier, 09-03-1955). Dua tahun kemudian sang The Rising Star berangkat
studi doktoral (Ph.D) ke Amerika Serikat.
Java-bode, 30-08-1957 |
Pemuda-pemuda Indonesia mulai lagi babak baru
studi ke luar negeri untuk meraih gelar doktor (Ph.D). Setelah pendudukan
Jepang dan perang kemerdekaan baru dua orang yang diberitakan berhasil meraih
gelar doktor (Ph.D) di luar negeri yakni Arifin M. Siregar dan Widjojo
Nitisastro. Arifin M. Siregar memulai
tingkat sarjana di Economische Hoogeschool Rotterdam tahun 1953 (lihat Het
Parool, 18-06-1954) dan kemudian melanjutkan studi tingkat doktoral (Ph.D) di UniversitƤt
MĆ¼nster, West Germany dan lulus tahun 1960. Drs. Widjojo Nitisastro berhasil
meraih Ph.D di University of California at Berkeley tahun 1961.
Hingga tahun 1933 jumlah orang Indonesia yang meraih gelar doktor (Ph.D)
di luar negeri baru sebanyak 26 orang dan hanya satu orang perempuan yakni Ida
Loemongga Nasution. Orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor (Ph.D)
adalah Husein Djajadiningrat pada tahun 1913. Daftar orang Indonesia peraih
gelar doktor (Ph.D) selanjutnya adalah sebagai berikut: (2) Dr. Sarwono (medis,
1919); (3) Mr. Gondokoesoemo (hukum 1922); (4) RM Koesoema Atmadja (hukum
1922); (5) Dr. Sardjito (medis, 1923); (5) Dr. Mohamad Sjaaf (medis, 1923); (7)
R Soegondo (hukum 1923); (8) JA Latumeten (medis, 1924); (9) Alinoedin
Siregar gelar Radja Enda Boemi (hukum, 1925); (10) R. Soesilo (medis, 1925);
(11) HJD Apituley (medis, 1925); (12) Soebroto (hukum, 1925); (13) Samsi
Sastrawidagda (ekonomi, 1925); (14) Poerbatjaraka (sastra, 1926); (15) Achmad
Mochtar (medis, 1927); (16) Soepomo (hukum, 1927); (17) AB Andu (medis,
1928); (18) T Mansoer (medis, 1928); (19) RM Saleh Mangoendihardjo (medis,
1928); (20) MH Soeleiman (medis, 1929); (21) M. Antariksa (medis, 1930); (22) Sjoeib
Proehoeman (medis, 1930); (23) Aminoedin Pohan (medis, 1931); (24)
Seno Sastroamidjojo (medis, 1930); (25) Ida Loemongga Nasution (medis,
1931); (26) Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (sastra dan
filsafat, 1933).
Sebelum Widjojo Nitisastro berangkat studi
doktoral (Ph.D) ke Amerika Serikat, di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
untuk kali pertama dilakukan promosi doktor. Pada tahun 1954, Drs. Njoo Hong
Hwie dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia diberitakan menerima
gelar Ph.D di bidang ekonomi (Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1954). Drs. Njoo Hong Hwie adalah mahasiswa Ph.D
pertama di Fakultas Ekonomi. Para penguji dalam sidang desertasi tersebut
adalah Drs. Koo Liong Bing, Ph.D dan Drs. Tan Goan Po, Ph.D. Drs. Njoo Hong Hwie
berhasil mempertahankan desertasinya berjudul Solvabiliteit Perusahaan dengan
promotor Prof. Drs. vd Velde, Ph.D (De nieuwsgier, 16-09-1954).
Drs. Njoo Hong Hwie sendiri memperoleh
sarjana ekonomi (economische weten schappen) di Economische Hoogeschool
Rotterdam pada tahun 1938 (Bataviaasch nieuwsblad, 18-03-1938). Sementara itu
Drs. Tan Goan Po, meraih doktor (Ph.D) di Universiteit Rotterdam tahun 1942
(lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 25-11-1942). Sedangkan
Drs. Soemitro Djojohadikoesoemo di universitas yang sama di Rotterdam tahun 1943
(lihat Algemeen Handelsblad, 13-03-1943).
Sementara itu di tahun yang sama di Universiteit Utrecht Mr. Masdoelhak Nasution juga
meraih gelar Ph.D (lihat Friesche courant, 27-03-1943). Satu lagi yang meraih
gelar Ph.D tahun-tahun ini adalah Drs, Ong Eng Die lulus ujian doktoral tahun 1940
di Vrij Universiteit Amsterdam tahun 1940 (Nieuwsblad van het Noorden,
01-06-1940). Economische Hoogeschool te
Rotterdam kini lebih dikenal sebagai Erasmus Universiteit.
Setelah Drs. Njoo Hong Hwie promosi tahun
1954 dan berhasil memperoleh gelar Ph.D, baru kemudian menyusul Mohamad Sadli
dan Soebroto tahun 1957 (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode,
04-11-1957). Disebutkan mahasiswa Ph.D [Mohamad] Sadli dan Soebroto untuk
doktor di bidang ekonomi, hari ini, di aula pertemuan Universitas Indonesia di
Djakarta, Mohamad Sadli dan Soebroto mempertahankan disertasi mereka untuk
mendapatkan gelar doktor di bidang ekonomi. Mohamad Sadli mempertahankan
desertasinya berjudul ‘Aspek Inter-regional Industrial Development’ dan
Soebroto dengan desertasi berjudul ‘Ketentuan Perdagangan’.
Satu hal lagi, yang mungkin anda tidak percaya. Kampung
(desa) Arifin Siregar, Ph.D bertetangga dengan kampung (desa) Anwar Nasution di
Sipirok; Kampung Masdoelhak Nasution, Ph.D bertetangga dengan kampung Darmin
Nasution, Ph.D di Mandailing. Arifin Siregar, Anwar Nasution dan Darmin
Nasution sama-sama pernah menjabat sebagai gubernur di Bank Indonesia.
Sedangkan Masdoelhak Nasution adalah penasehat hukum Ir. Soekarno dan Drs.
Mohamad Hatta di Djogjakarta. Pada saat serangan ke Djogjakarta (Agresi Militer
Belanda II) pada tanggal 19 Desember 1948) yang pertama ditangkap militer
Belanda adalah Masdoelhak Nasution. Lalu pada tanggal 21 Desember Masdoelhak
Nasution ditembak mati di sebuah ladang jagung di Pakem. Atas peristiwa
pembunuhan keji terhadap intelektual muda berbakat ini dewan keamanan PBB marah
besar dan meminta Kerajaan Belanda melakukan penyelidikan segera. Pengadilan
yang dibentuk memutuskan telah terjadi kesalahan (lihat De waarheid, 25-02-1949).
Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D adalah saudara sepupu perempuan Indonesia pertama
bergelar doktor, Ida Loemongga, Ph.D. Pada tahun 2006 Mr. Masdoelhak Nasution,
Ph.D ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Masih pada Agresi Militer Belanda
II, ayah Arifin Siregar dan ayah Hariman Siregar adalah pejuang di Padang
Sidempuan; Maskut Siregar (ayah Arifin Siregar) adalah wakil komandan
perlawanan terhadap Belanda di Sipirok, Padang Sidempuan dan Kalisati Siregar,
ayah Hariman Siregar (Ketua Dewan Mahasiswa UI) adalah Kepala Dinas Perdagangan
yang bertindak sebagai kepala logistik perang di pengungsian di Padang
Sidempuan. Last but not least: Ketika saya masih kanak-kanak, Anwar Nasution
dan Darmin Nasution sudah lama merantau ke Djakarta, orang tua mereka kemudian
hijrah ke Padang Sidempuan. Orang tua kami berada di dalam satu kelurahan yang
sama. Namun demikian, seumur-umur saya belum pernah bertemu dengan dua senior
ini meski kami bertiga pernah berada di fakultas yang sama: Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia. Itulah Indonesia.
Vergeet de geschiedenis niet.
Baca juga:
*Oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar