Tampilkan postingan dengan label Sejarah Riau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Riau. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Desember 2020

Sejarah Riau (24): Selat Panjang, Diantara Muara Sungai Siak Muara Sungai Kampar; Dunia Lama Tersembunyi di Muara Takus

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini

Banyak selat yang pendek, tetapi tidak ada nama selat pendek. Namun ada selat yang disebut Selat Panjang. Selat ini terdapat di muara sungai Siak dan muara sungai Kampar. Uniknya selat panjang ini seakan bukan jalur lalu lintas navigasi laut, tetapi sebaliknya seakan penghalang jalur navigasi laut kei daerah aliran sungai Siak dan ke daerah aliran sungai Kampar. Selat Panjang menjadi tersembunyi dari jalur navigasi internasional di Selat Malaka.

Di Selat Panjang terdapat suatu kota yang juga disebut Selat Panjang. Kota Selat Panjang kini menjadi ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti, provinsi Riau. Pulau-pulau besar di Selat Panjang ini semuanya dimasukkan ke wilayah provinsi Riau. Mengapa? Boleh jadi karena pulau-pulau tersebut membengkak karena proses sedimentasi dan sifat geologis tanah pulau-pulau mirip daratan yang diduga di masa lampau sebagai kontribusi dua sungai di daratan dala proses sedimentasi, yakni: sungai Siak dan sungai Kampar. Pantai timur pulau Sumatra (sebelah barat Selat Panjang) juga diduga sebagai tanah yang terbentuk dari proses sedimentasi.

Lantas bagaimana riwayat Selat Panjang? Selat (panjang) ini seperti disebut di atas terbentuk diduga karena proses sedimentasi jangka panjang yang menyebabkan pulau-pulau kecil membengkak yang menjadi daratan yang lebih luas. Proses sedimentasi tersebut diduga karena faktor dunia lama di pedalaman yang berpusat di Muara Takus. Sungai Siak dan sungai Kampar berperan dalam hal ini. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 05 Desember 2020

Sejarah Riau (23): Raja Ismail Raja Kecil di Siak; Riwayat Bajak Laut di Perairan Pantai Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini 

Nama Radja Ketjil (Ketjik) paling tidak sudah muncul pada tahun 1723 (lihat Daghregister, 6 Maret 1723). Nama Radja Ketjil muncul tidak lama setelah Sultan Djohor wafat pada tahun 1699. Radja Ketjil berasal dari (daerah aliran sungai) Siak di pedalaman Sumatra. Besar dugaan bahwa kedatangan Radja Ketjil ke Djohor dalam rangka mengakuisisi kraton Djohor.

Pada tahun 1684 Gubernur VOC di Malacca Cornelis Van Quaalbergen mengutus eorang Portugis dari Malaka, Thomas Dias untuk berkunjung dan hubungan politik dengan (kerajaan) Pagaroejoeng di (pedalaman) Sumatra. Untuk menuju ke Pagaroejoeng. Thomas Dias tidak melalui pantai barat Sumatra (di Padang), tetapi melalui sungai Siak dan sungai Kampar. Perjalanan Thomas Dias ini dicatat pada Daghregister di Kasteel Batavia. Di dalam laporan Thomas Dias ini Radja Pagaroejoeng marah besar karena Sultan Djohor mengklaim pantai timur Sumatra sebagai wilayah yurisdiksinya. Dalam kunjungan ini Thomas Dias membuat kontrak dengan Radja Pagaroejoeng yang mana pedagang-pedagang VOC diberi ijin membuka pos pedagangan di (daerah aliran sungai) Siak.

Lantas siapa sesungguhnya Radja Ketjik van Siak? Tentu saja tidak hanya Radja Ketjik yang berasal dari Siak tetapi juga ada tokoh berikutnya bernama Radja Ismail. Namun dalam perkembangannya Radja Ismail tersingkir dari Siak dan konon menjadi pengacau untuk urusan VOC. Bagaimana semua bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.