Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Rabu, 29 Agustus 2012
Sejarah Cinere: Secara ‘defacto’ Masuk Wilayah Sosial DKI Jakarta, Tetapi Secara ‘dejure’ Bagian Wilayah Administratif Kota Depok
*Baca juga Sejarah Cinere terbaru dalam blog ini Klik Disini
Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Pada masa awal kolonial di wilayah Cinere (Ci Kanyere) terdapat satu hamparan lahan milik Isaac de I’ Ostale de Saint Martin (lahir di Oleron, Bearn, Prancis tahun 1629) yang bekerja untuk VOC. Pada era kemerdekaan Cinere bahkan tidak pernah dibicarakan, karena pada waktu itu, Cinere hanyalah kumpulan beberapa dusun yang didiami oleh orang Betawi yang di sana sini masih terdapat hutan karet, lahan persawahan dan rawa-rawa. Namun pada masa kini, adakalanya Cinere justru lebih populer dibanding Depok atau Cimanggis. Apa yang menyebabkan Cinere menjadi begitu populer khususnya bagi warga Jakarta?
Minggu, 26 Agustus 2012
Stasiun Depok Lama: Stasiun KRL Tertua Setelah Jakarta dan Bogor
*Artikel Sejarah Stasion Depok 1873 dalam blog ini Klik Disini
Stasiun
Depok adalah stasiun kereta api yang terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan
Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Stasiun yang kerap disebut Stasiun Depok Lama
(Stadela) ini merupakan salah satu stasiun tertua di wilayah Jabodetabek. Stasiun ini berada antara jalur kereta api Batavia
(Jakarta)-Buitenzorg (Bogor). Stasiun Depok ini dibangun pada masa kemerdekaan.
Sebelum stasiun ini dibangun, penggunaan kareta api rel listrik (KRL) antara Beos
(Stasiun Kota)-Buitenzorg sudah dioperasikan sejak tahun 1930. Pada waktu itu, KRL
Batavia-Buitenzorg merupakan sistem
angkutan umum massal pertama yang ramah lingkungan dan merupakan sistem
transportasi paling maju di Asia. Sementara itu, Stasiun Bogor yang terletak di
Kota Bogor dibangun pada tahun 1881 seiring dengan selesainya dibangun lintas
Batavia–Buitenzorg sepanjang 59 Km pada tahun 1880. Sedangkan Stasiun Beos (Stasiun
Kota) di Batavia dibangun pada tahun 1870.
Sabtu, 25 Agustus 2012
Depok Dari Masa Ke Masa: Depok Lama, Kota Lama; Depok Baru, Kota Baru
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
Pada tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih 'Republik Depok' (Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 229.261 kepada seluruh 'marga' yang ada di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja, sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan kantor Polsek dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok Baru?
Pada tanggal 4 Agustus 1952 Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengambil alih 'Republik Depok' (Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok) dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 229.261 kepada seluruh 'marga' yang ada di Gemeente Bestuur Depok. Seluruh tanah di kota Depok resmi menjadi milik Pemerintah RI kecuali hak-hak eingendom dan beberapa bangunan seperti: gereja, sekolah, pastoran, balai pertemuan dan pemakaman. Sejak itu pula Depok secara resmi menjadi sebuah kecamatan di Kewedanaan Parung, Kabupaten Bogor. Pada saat itu Kecamatan Depok terdiri dari 21 buah desa dengan ibukota berada di Desa Depok. Jalan Kartini yang sekarang merupakan pusat kota kala itu dimana terdapat kantor-kantor milik pemerintah seperti kantor kecamatan (sekarang menjadi kantor Kecamatan Pancoran Mas), kantor desa, kantor pos, kantor telepon, koramil, PDAM. Di sebelah barat jalan poros (jalan ke stasiun) dibangun SD Negeri 1; di sebelah timur (Jalan Pemuda) didirikan SD Negeri 2 (eks pusat kesehatan di era Gemeente Bestuur) dan SMP Negeri 1 (eks sekolah berbahasa Belanda). Sementara pasar sudah sejak dulu ada yang berlokasi di samping rel ke arah Sawangan (sekarang Jalan Dewi Sartika). Sedangkan kantor Polsek dibangun di dekat pemakaman (sekarang kantor Polresta Depok). Dalam perkembangannya berdiri sebuah bioskop di Jalan Pemuda (depan SD). Pusat kota kecamatan inilah yang menjadi kota lama yang kini sering disebut Depok Lama. Lantas dimana Depok Baru?
Jumat, 24 Agustus 2012
Taman Kota ‘Lembah Gurame’: Pertama di Depok
Setelah sekian lama ditunggu-tunggu warga kota, kini telah dibangun
sebuah taman kota di Depok. Lokasi taman kota yang pertama ini berada di Jalan
Gurame, Perumnas Depok I, Beji (dekat SMP Negeri 2). Taman kota yang diberi nama Taman Kota Lembah
Gurame ini akan selesai tahun 2012. Taman kota sebagai ruang terbuka hijau akan
memperkuat lanskap kota, yang berfungsi sebagai area sosialisasi bagi warga membantu
kesegaran dan keasrian lingkungan. Areal taman kota yang seluas 3 Ha ini sebelumnya
adalah lahan pemda yang sudah lama digunakan 34 petak bangunan liar. Taman ini
dilengkapi dengan hutan kota, lapangan futsal, parkir dan kuliner dengan tetap
mempertahankan keberadaan empang gurame.
Pertumbuhan Rumah Sakit di Depok: Berkembang Pesat Dari Sebuah Rumah Bersalin
RSIA menjadi RSU Bunda Margonda Depok |
Kini, warga Kota Depok tidak perlu khawatir terhadap
kesehatannya, karena di setiap sudut kota sudah tersedia rumah sakit. Namun
jika kita mengingat pada belasan tahun yang lalu, fasilitas kesehatan yang ada
di Depok sungguh sangat minim. Sebelum tahun 2000 hanya ada dua rumah sakit
yang representative yakni: Rumah Sakit Bhakti Yuda dan RS Hospital Cinere (yang
berubah nama menjadi RS Puri Cinere). Pada masa ini di seluruh Kota Depok sudah terdapat belasan
rumah sakit yang berkualitas. Daftar lengkap rumah sakit tersebut adalah: RS
Bhakti Yuda (1980-Klinik Bersalin 1976), RS Puri Cinere (1991); RSIA Hermina
(2000); RS Sentra Medika (2000); RSIA Tumbuh Kembang (2001-Rumah Bersalin
1986); RS Harapan (2004); RSIA Graha Permata Ibu (2004-Klinik 2001); RS Simpangan Depok (2004-Dokter Praktek/Rumah
Bersalin 1976); RSIA Bunda Margonda (2005-berubah menjadi RSU 2008); RS Tugu
Ibu (2005-Rumah Bersalin 1982); RS Meilia (2006); RSUD Depok (2008); RS Mitra
Keluarga (2008); RS Hasanah Graha Afiah (2008-Rumah Bersalin 2002); dan RS
Citama dan RS Bhayangkara Brimob.
Kamis, 23 Agustus 2012
Hotel dan Apartemen di Kota Depok: Suatu Transformasi ‘Kamar Kost’ dan ‘Rumah Kontrakan’
Pada awalnya Kota
Depok tidak membutuhkan hotel, karena Kota Depok sendiri adalah kota perumahan.
Dulu hanya ada satu hotel di Depok,
sebuah hotel kecil yang lokasinya di Cimanggis. Hotel ini biasanya melayani orang-orang
yang datang dari daerah industri di sepanjang jalan raya Bogor. Hotel tidak
berkembang di sekitar jalan raya Bogor, yang berkembang adalah kamar kost dan
rumah kontrakan untuk pegawai/pekerja. Seiring
dengan hadirnya Universitas Indonesia hadir di Depok, booming kamar kost dan rumah kontrakan untuk
mahasiswa terjadi. Untuk mengantisipasi kebutuhan tamu Universitas Indonesia
ketiadaan hotel yang representative dibangun Wisma Pusat Studi Jepang dan Wisma
Makara. Kedua wisma ini berada di dalam kampus Universitas Indonesia. Pesaing
baru muncul, dengan dibangunnya Hotel Bumi Wiyata di Jalan Margonda Raya.
Langganan:
Postingan (Atom)