Jumat, 09 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (12): Georg Muller (Pegunungan Muller) dan Alfred Russel Wallace (Garis Wallace); Dr. CM Schwaner

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini 

Banyak tokoh tempo doeloe yang dikaitkan dengan pulau Borneo (Kalimantan). Namun untuk urusan geografis hanya satu yang utama: Dr. CM Schwaner, Seperti di wilayah lainnya di Tanah Batak (Ir. FW Junghuhn, 1840) dan di Bali dan Lombok (Ir. Heinrich Zollinger, 1846), Dr CM Schwaner melakukan jelajah pedalaman Borneo untuk studi geologi dan botani. Namun nama CM Schwaner kurang populer, yang lebih terkenal adalah Georg Muller  karena namanya telah ditabalkan untuk nama pegunungan di tengah-tengah (pedalaman) pulau Kalimantan.

Majoor Georg Muller dapat diakatakan sebagai orang Eropa pertama yang memasuki pedalaman pulau Kalimantan (1825). Georg Muller adalah pejabat-perwakilan Pemerintah Hindia Belanda ke pedalaman dala rangka penjajakan dengan pemipin lokal. Namun ketika dalam perjalanan pulang Muller terbunuh sehingga tidak banyak yang diketahui tentang penemuannya di pedalaman Kalimantan. Pada tahun 1827 seorang Inggris John Dalton merintis perdagangan di daerah aliran sungai Mahakam (Koetai) namun tidak bertahan lama. Keutamaan Dalton adalah mengungkap kematian Georg Muller. Baru tahun 1842 Pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli (geolog dan botanis) Dr. CM Schwaner ke pedalaanan Kalimantan. Boleh jadi pengiriman Dr. CM Schwaner ke pedalaman Borneo karena sukses Franz Wilhelm Junghuhn di pedalaman Tanah Batak. Satu lagi nama yang penting, meski tidak memasuki pedalaman Borneo, Alfred  Russel Wallace namanya ditabalkan sebagai batas pemisah fauna antara Kalimantan (barat) dan Sulawesi (timur) yang dikenal dengan Garis Wallace (Wallace Line).

Lantas bagaimana sejarah Dr. CM Schwaner tentang pulau Borneo (Kalimantan)? Satu yang pasti CM Schwaner dapat dikatakan sebagai salah satu dari pionir di pulau Kalimantan. Namun nama Georg Muller tetap dianggap yang paling penting karena terbilang yang pertama. Lalu mengapa Dr. CM Schwaner dikirim ke pedalaman pulau Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 08 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (11): Orang Bugis dan Persebarannya di Pulau Kalimantan Tempo Dulu; Bagaimana dengan Orang Makassar?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini

Orang Melayu, orang Jawa dan orang Cina sudah sejak jaman kuno diketahui ada yang bermukim di (pulau) Borneo (Kalimantan). Orang Bugis juga diketahui sudah sejak lama ada yang bermukim di pulau Kalimantan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda jumlah orang Bugis di Kalimantan sudah cukup banyak. Hal ini dapat diperhatikan di sejumlah tempat di pulau Kalimantan sudah memiliki pemimpin sendiri. Lantas sejak kapan orang-orang Bugis yang berasal dari selatan Celebes (Sulawesi) mulai bermukim di pulau Kalimantan?

Di selatan Celebes (Sulawesi) ada empat etnik yang tergolong besar jumlahnya yakni Boegis, Macassar, Mandar dan Tordja. Tiga etnik pertama terkenal sebagai pelaut andal yang menjadi faktor penting tersebar ke berbagai pulau di Hindia, seperti di Jawa, Bali, Lombok, Soembawa dan Kalimantan. Tidak seperti etnik Toradja yang cenderung berada di pedalaman, tiga etnik tersebut juga memiliki teritorial di kota-kota pantai (pelabuhan). Faktor ini juga menjadi penyebab mereka menyebar ke berbagai pulau dengan tujuan perdagangan. Tentu saja juga didasari oleh kemampuannya membuat perahu dan kapal (layar), mengoperasikabnnya dan merawatnya dalam pelayaran jarak jauh (melintasi lautan luas). Faktor-faktor inilah mengapa orang Bugis bisa mencapau pantai-pantai Kalimantan, bermukim dan menjadi bagian dari penduduk setempat.

Bagaimana sejarah orang Bugis di Kalimantan? Yang jelas mereka datang secara bertahap pada era yang berbeda sehingga secara kumulatif menjadi banyak jumlahnya. Oleh karena jumlahnya banyak maka orang Bugis memiliki sejarahnya sendiri di pulau Borneo (Kalimantan). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 07 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (10): Sejarah Orang Cina di Borneo; Populasi Orang Cina di Kalimantan Hasil Sensus Penduduk 1930

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini

Begitu dekat Tiongkok (China) dengan pulau Borneo (Kalimantan). Sedekat itulah hubungan orang-orang Cina di berbagai tempat di pulau Kalimantan. Dalam hal ini, pulau Kalimantan adalah salah satu tujuan migrasi orang-orang Cina di Hindia. Orang-orang Cina yang bermigrasi ke pulau Kalimantan sejak lama, kemudian banyak yang menyebar ke berbagai tempat di Hindia seperti di Jawa dan Sumatra.

Kehadiran orang-orang Tiongkok ke Jawa dan Sumatra bukanlah baru, bahkan sudah sejak jaman kuno. Kehadiran mereka bahkan sudah uncul secara masif pada awal terbentuknya kesultanan (kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa). Ada penulis yang menyebutkan beberapa diantara Wali Songo di Jawa memiliki nama Tiongkok. Pada era Portugis, orang-orang Mandarin (istilah China dari Inggris belum muncul) adalah orang-orang Tiongkok yang banyak ditemukan di berbagai tempat seperti di pantai timur Sumatra dan seputar pulau Borneo. Migrasi ini semakin masif ketika Portugis membuka cabang perdagangan di Macao. Migrasi orang-orang China di era VOC semakin meningkat lagi hal ini karena pedagang-pedagang VOC sudah sampai ke kota-kota pantai di timur Tiongkok dan bahkan Jepang. Puncak kehadiran orang China di Batavia menyebabkan terjadi peberontakan orang-orang Cina yang menimbulkan kerusuhan pada tahun 1740 dimana dalam kerusuhan ini diperkirakan sebanyak 10.000 orang Cina meninggal (oleh militer VOC).

Sejarah kehadiran orang-orang Cina di pulau Kalimantan menjadi menarik untuk diperhatikan tentu saja bukan karena faktor kedekatan jarak, akan tetapi lebih dari itu. Pemberontakan orang-orang Cina tidak hanya di Batavia dan sekitar (1740) tetapi juga pernah terjadi di pantai barat Kalimantan pada tahun 1821. Dalam sensus penduduk tahun 1930 jumlah orang Cina di Kalimantan terbilang signifikan. Bagaimana itu semuanya terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.