Sabtu, 17 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (24): Sejarah Sarawak dan Sabah; Federasi Bernama MALAYSIA, Kombinasi MALAYa, SArawak dan SAbah?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini

Pada masa ini pulau Kalimantan (Borneo) terdiri dari tiga negara: Indonesia, Brunei dan Malaysia. Pada era Pemerintah Hindia Belanda kerajaan-kerajaan dihapuskan alias dimandulkan, tidak demikian di wilayah yurisdiksi Inggris, kerajaan-kerajaan tetap dilestarikan oleh Inggris seperti Broenei, Sarawak dan Sabah. Ketika Pemerintah Inggris melepaskan otoritasnya di pantai utara Kalimantan, kerajaan Broenei berdiri sendiri sedangkan Sarawak dan Sabah sengaja tidak sengaja telah disatukan Inggris dalam pebentukan federasi (negara) Malaysia.

Dalam pembentukan negara (federasi) Malaysia nama federasi awal yang secara defacto disebut (semenjung) Malaya diubah menjadi Malaysia sehubungan dengan bergabung (digabungkannya) Sarawak dan Sabah. Mengapa nama MALAYSIA yang dipilih? Menyelipkan suku kata SI pada nama MALAYA. Apakah karena di dalam federasi baru itu ada nama Singapoera? Atau untuk menambah elemen dari Singapoera (SI) atau elemen Sawarawak dan Sabah (SA yang mirip SYA atau SIA). Entahlah. Atau boleh jadi untuk mendekatkan diri dengan nama Indonesia (ne-sia). Namun yang jelas nama Malaya telah bertransformasi menjadi Malaysia (dari Malay=Melayu). Oleh karena Singapoera merasa tidak Melayu lalu memisahkan diri dari federasi Malaysia membentuk negara sendiri (Republik) Singapoera.

Lantas bagaimana sejarah Sarawak dan Sabah sebelum dan sesudah menjadi negara (federasi) Malaysia? Yang jelas Sarawak dan Sabah memiliki sejarah yang berbeda dengan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan) di Semenanjung Malaka (Malaya). Pun karakteristik penduduknya. Boleh jadi atas dasar itu (kerajaan) Broenei enggan bergabung dengan federasi Malaysia (yang kemudian terjadi pada Singapoera). Sarawak dan Sabah secara politis mirip dengan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaka) tetapi secara sosio-demografis lebih mirip dengan wilayah eks kerajaan-kerajaan yang menjadi bagian provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur (Indonesia). Bagaimana Brunei dan Singapoera terpisah dari federasi (negara) Malaysia adalah satu hal, sedangkan Sarawak dan Sabah menjadi bagian dari federasi (negara) Malaysia adalah hal lain lagi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 16 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (23): Orang Banjar dan Kota Banjarmasin; Orang Kutai dan Kota Kutai, Orang Dayak di Kota Palangkaraya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini 

Berdasarkan pengelompokan penduduk menurut (hasil) Sensus Penduduk 2010 di empat provinsi di pulau Kalimantan (Barat, Selatan, Timur dan Tengah) terdapat sub grup (etnik) setempat yang jumlahnya signifikan, yakni: Orang Banjar 3.605.770 jiwa; Orang Dayak 2.993.316 jiwa; dan Orang Kutai 275.696 jiwa. Etnik grup lainnya yang jumlah signifikan adalah Jawa, Melayu, Bugis, Madura, Tionghoa, Sunda dan Batak.

Sebagian besar Orang Banjar (74.5 persen) berada di provinsi Kalimantan Selatan. Sementara Orang Kutai semuanya (100 persen) di provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan orang Dayak menyebar di empat provinsi dengan konsentrasi tertinggi di provinsi Kalimantan Barat (51,2 persen) dan provinsi Kalimantan Tengah (34.4 persen) dan sisanya di provinsi Kalimantan Timur (11.7 persen) dan provinsi Kalimantan Selatan (2,7 persen). Distribusi ini terkesan sedikit membingungkan yang menimbulkan pertanyaan: Apakah orang Banjar dan Orang Kutai di masa lampau lebih bersifat lokal dan urban? Populasi Kota Banjarmasin sebanyak 700.870 yang mana sebagian besar (79.3 persen) adalah Orang Banjar.

Lantas bagaimana sejarah Orang Banjar di Banjarmasin? Pertanyaan yang sama juga dapat berlaku untuk Orang Kutai di Kutai Lama (Samarinda). Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja tidak penting-penting amat, tetapi tetap menarik untuk diketahui jawabannya mengapa orang Banjar dominan di provinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin serta mengapa orang Kutai terkonsentrasi di Samarinda (provinsi Kalimantan bagian Timur). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 15 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (22): Dayak dan Sejarahnya; Penduduk Asli di Pedalaman Borneo dan Kerajaan Melayu di Pantai

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini 

Banyak literatur lama yang menyatakan penduduk Dayak adalah penduduk asli pulau Kalimantan (Borneo). Tidak diketahui penduduk asli pulau ini ada (datang). Namyn yang jelas penduduk asli (yang disebut Dayak) sudah terbentuk sejak ribuan tahun. Ini dapat diperhatikan dari elemen-elemen kebudayaan mereka yang berbeda dengan pulau-pulau tetangga (Sulawesi, Jawa, Sumatra, Bali. Luzon dan Mindanao). Seperti umumnya di pulau-pulau lain, elemen kebudayaan penduduk asli di pedalaman Kalimantan (Dayak) berbeda dengan kebudayaan yang terbentuk di kota-kota pantai (Melayu/Bandjar).

Identifikasi penduduk asli tentu saja bersifat relatif, hanya dibedakan siapa yang lebih awal dibanding dengan yang datang belakangan. Jika dianggap penduduk Dayak yang terbentuk lwbih awal maka penduduk Melayu atau Bandjar dapat dianggap terbentuk kemudian. Penduduk Melayu dan Bandjar yang terbentuk di pulau Kalimantan dapat dianggap penduduk asli relatif terhadap penduduk pendatang dari India, Tiongkok, Persia. Arab, Eropa dan penduduk asli dari pulau-pulau lain seperti penduduk asli Sulawesi (orang Boegis) dan penduduk asli Jawa (orang Jawa). Di pulau Sumatra, seperti di Sumatra Utara penduduk Batak lebih awal terbentuk di pedalaman relatif dengan penduduk Melayu di sekitarnya.

Lantas bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut penduduk Dayak di pedalaman puau Kalimantan? Yang jelas dengan berkembangnya kota-kota pantai menjadi kerajaan-kerajaan, hubungan penduduk Dayak di pedalaman dan penduduk di pusat-pusat kerajaan terjadi hubungan yang intens (terutama dalam bidang perdagangan). Pada fase lebih lanjut, orang-orang Eropa terutama Belanda (sejak era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda) lebih intens membuka isolasi penduduk di pedalaman menjadi satu kesatuan wilayah administrasi dengan kota-kota di pantai. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Namun bagaimana permulaan itu dicatat? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.