Kamis, 12 November 2020

Sejarah Kalimantan (73): Haji dan Para Haji di Kalimantan; Sejarah Perjalanan Haji ke Mekkah Sejak Era VOC dan Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini 

Keberadaan haji di Kalimantan sudah sejak lama ada. Haji adalah gelar seseorang yang beragama Islam yang telah menunaikan haji ke Mekkah. Tentu saja tempo doeloe tidak mudah untuk melakukan perjalanan haji ke Mekkah karena jaraknya sangat yang jauh dari Kalimantan dengan menggunakan transportasi laut. Namun haji tetaplah haji, karena haji adalah salah satu rukun dalam Islam.

Sejak kapan penyelenggaraan perjalanan haji tidak diketahui secara pasti. Yang jelas adalah penyelengaraan haji baru diadakan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaiamana wujud peneyelenggaraan haji pada era VOC sulit mendapatkan keterangan, Meski demikian pada era VOC sudah ada yang berhaji. Umumnya orang-orang yang berasal dari jazirah Arab yang datang berdagang ke Hindia umumnya sudah bergelar haji. Mereka yang sudah lama menetap berangkat haji karena juga didorong karena ingin pulang kampong (mudik). Kapal-kapal Arab yang lalu lalang Jazirah Arab dan Hindia menjadi faktor penting mengapa orang pribumi dapat melakukan haji ke Mekkah. Dalam perkembangannya potensi ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaut-pelaut Inggris (sebagai bisnis pelayaran). Hal ini diungkinkan karena sejumlah wilayah di Timur Tengah terdapat koloni Inggris. Pada era Pemerintah Hindia Belanda potensi perjalanan haji ini kemudian dikapitalisasi pemerintah dan diatur sedemikian sehingga jumlah orang pribumi yang melaksanakan haji dari tahun ke tahun semakin meningkat. Termasuk haji dari Kalimantan.

Bagaimana sejarah haji di Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Namun bagaimana permulaan berlangsung? Yang jelas hal ini kurang mendapat perhatian dari sejarawan. Padahal perjalanan haji dan penyelenggaraan haji tempo doeloe adalah bagian dari sejarah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 11 November 2020

Sejarah Kalimantan (72): Sejarah Monumen Tempo Dulu di Banjarmasin (Perang Banjar 1859-63); Batavia Padang Medan Mataram

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini 

Tempo doeloe di kota Banjarmasin ada munumen, suatu monumen yang dibangun untuk pengingat bagi orang-orang Belanda dalam Perang Banjar 1859-1863.  Monumen ini yang dibuat menarik menjadi hiasan kota yang menjadi situs yang selalu dikunjungi para wisatawan. Tentu saja monumen ini tidak lagi berbekas sekarang karena sudah dibongkar pada era pendudukan militer Jepang. Namun sejarah, tetaplah sejarah.

Monumen serupa juga dibangun di kota-kota lain. Tujuannya sama. Di kota Padang ada monumen Michiels, di Batavia ada monumen Michiels dan menumen Atjeh. Monumen juga dibangun di Mataram (Lombok) dan juga ditemukan di Medan (Monument Tamiang). Monumen-monumen tersebut semua juga sudah dibongkar. Kini, monumen di kota-kota Indonesia dibangun kembali. Sudah barang tentu tidak membangun kembali monumen yang hilang, tetapi mambangun monumen baru. Di Jakarta ada monumen Nasional (Monas), monumen pemersatu. Di Surabaya juga dibangun monumen para pahlawan. Setiap kota sekarang terkesan ingin memiliki monumen.

Lantas mengapa monumen dibangun di Banjarmasin? Itu tadi sebagai tugu peringatan bagi para veteran Perang Banjar. Lalu apa pentingnya? Itu tadi sejarah adalah sejarah. Seperti halnya Perang Banjat sudah lama berlalu, maka monumen Bandjarmasin juga sudah lama beralu. Bagaimana monumen dibuat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.