Sabtu, 10 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (79): Peta Jawa dan Manusia Jawa; Manusia Purba, Manusia Modern hingga Penduduk Indonesia Era Ini

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Apa hubungan manusia Jawa dan peta Jawa? Pada masa ini jelas tidak ada hubungannya. Namun manusia Jawa dan peta Jawa memiliki hubungan di masa lampau. Ini dimulai ketika pulau Jawa belum seluas yang sekarang, pulau Jawa yang masih ramping dihuni oleh manusia Jawa. Bukti-bukti manusia Jawa dan peta Jawa di zaman kuno semakin terkuat pada dekade-dekade terakhir. Dalam hal ini, penghuni pulau Jawa zaman kuno belum tentu sama dengan penduduk Jawa yang sekarang. Hal itu karena ada perbedaan waktu yang begitu panjang.

Manusia Jawa (Homo erectus paleojavanicus) adalah jenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan. Pada awal penemuan, makhluk mirip manusia ini diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus oleh Eugène Dubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil, Ngawi pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan Latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri. Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah, sekitar 18 Km ke utara dari kota Solo. Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Selain fosil, banyak pula penemuan-penemuan lain di situs Sangiran ini. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Banyak ilmuwan pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah peta Jawa dan manusia? Seperti disebut di atas, ada jarak waktu yang panjang dengan peta Jawa dan penduduk Jawa yang sekarang. Namun demikian, tampaknya ada baiknya hal itu dipelajari sejauh data yang ada mampu mendukung penjelasan. Lalu darimana memulainya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 09 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (78): Dimana Itu Atlantis? Di Indonesia, Tetapi Dimana Tepat Posisi GPS pada Masa ini? Mari Buktikan!

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Satu lagi misteri yang belum berhasil dibuktikan hingga ini hari adalah soal dimana letak Atlantis. Namun apa hubungannya dengan Indonesia? Nah, itu dia. Ada yang beranggapan bahwa Atlantis itu di zaman kuno berada di wilayah Indonesia sekarang. O, begitu. Kalu begitu, menarik dong. Lantas mengapa begitu penting memastikan dimana posisi GPS Atlantis di peta dunia? Mungkin tidak ada kaitannya dengan (kebutuhan) dunia sekarang, tetapi pertanyaan tetaplah pertanyaan. Pertanyaan tentang  Atlantis terkait dengan pertanyaan tentang sejarah.

Atlantis disebut adalah suatu kerajaan zaman kuno yang begitu makmur dari segala kemakmuran negeri. Kisah-kisah Atlantis (yang bermula di Mesir) yang diceritakan secara turun temurun oleh umat manusia (sudah dianggap mitos), seorang filsuf Yunani Plato (429-347 SM) berusaha memahaminya dan merumuskan pendapatnya berdasarkan bidang keahliannya. Plato menyebut ada 26 elemen Atlantis, tetapi orang Eropa umumnya menyebutkan Atlantis ini berada di Lautan Atlantis. Ketika peneliti Brazil mencocokkan 26 elemen Plato itu ternyata tidak tepat di Atlantis tetapi lebih tepat di Indonesia. Peneliti Brazil tersebut Arysio Santos dengan bukunya: Atlantis: The Lost Continent Finally Found. Beberapa elemen Atlantis yang sesuai Indonesia adalah sawah terasering, sumber aluminium dan hewan besar gajah.

Lantas bagaimana sejarah Atlantis? Seperti disebut di atas, kita hanya tertarik karena disebut terkait dengan wilayah Indonesia sekarang. Lalu apakah Atlantis itu benar-benar ada? Bukan disitu saja pertanyaannya. Pertanyaan terpenting adalah apakah sejarah menajadi Indonesia (tanah dan air serta penduduknya) mencerminkan elemen-elemen yang terdapat dalam konstruksi kota (kerajaan) kuno yang disebut Atlantis. Jika itu dapat dibuktikan, barulah pertanyaan terakhir dibuktikan apakan konstruksi Atlantis itu benar-benar nyata? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 08 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Pulau Taprobana? Itu nama pulau yang yang diketahui di Eropa, sebagai pulau terjauh di ujung bumi. Anehnya dimana pulau itu berada masih terus diperdebatkan, bahkan hingga ini hari. Sebab tidak diketahui siapa orang Eropa yang sudah kesana. Peta pulau ini ditemukan dalam catatan geografi yang disalin Ptolomeus pada abad ke-2. Pulau Taprobana hanya sekadar nama pulau zaman kuno yang terus disalin hingga generasi Christopher Columbus (akhir abad ke-15).

Pada saat Kristoforus Kolumbus (baca: Christopher Columbus) masih menjajakan proposalnya untuk menembus Lautan Atlantik, semua orang masih pesimis dan bahwa usul itu dianggap keterlaluan. Pesimis itu juga sesuai dengan bait nyanyian lama Lusitana yang berjudul Os Lusiadas: ‘As Armas, e os Baroes assinalados--Que da Occidental praia Lusitana--Por mares nunca d'antes navegados--Passaram ainda alem da Taprobana’. Artinya kira-kira begini dalam bahasa Portugis: ‘Prestasi senjata dan baron termasyhur, dari pantai barat Lusitana, tidak pernah berlayar di laut sebelumnya, telah menembus tidak lebih jauh dari sejauh Taprobana’. Nyanyian menyiratkan bahwa sejauh ini navigasi pelayaran baru sejauh Taprobana. Pada saat itu, ujung dunia adalah (pulau) Taprobana.

Lantas apa hubungannya dengan Sejarah Indonesia? Sementara nama pulau itu belum diketahui posisi GPSnya berada dimana, sejak lama di Eropa dimana pulau itu berada diduga adalah pulau Ceylon (di selatan India) atau pulau Sumatra. Hanya sedikit orang yang meyakini itu, pulau Kalimantan (bukan pulau Ceylon). Salah satu yang yakin pulau Taprobana itu adalah pulau Kalimantan adalah Dhani Irwanto yang dalam artikelnya telah dibuktikannya. Wikipedia sendiri hingga tulisan ini dibuat masih menyebut pulau itu Sri Lanka.  Saya sependapat dengan Dhani Irwanto, akan tetapi bagaimana saya membuktikannya sangat berbeda. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 07 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (76): Peta Rupa Bumi Indonesia; Sejak Dunia Datar hingga Penolakan Teori Paparan Sunda dan Sahul

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Apakah Anda ‘penganut’ teori bumi itu datar? Mari kita lupakan itu, karena faktanya memang bumi itu bulat. Nah, sekarang, saya ajukan Anda suatu pertanyaan baru: ‘Apakah Anda percaya teori lama tentang teori paparan, bahwa tempo doeloe pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa menyatu dengan (benua) Asia? Jika Anda masih percaya teori paparan itu, mari kita buktikan sebaliknya: bahwa teori paparan itu tidak berlaku sekarang, karena gagal terbukti. Faktanya (dari dulu hingga kini): pulau Sumatra, pulau Jawa, pulau Kalimantan serta pulau yang lebih kecil di sekitarnya tetap terpisah satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pemahaman selama ini sebagai berikut: ‘Secara geologi, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Area ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta Km2. Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter, hal ini mengakibatkan kuatnya erosi dasar laut akibat gelombang laut. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Secara biogeografi, kawasan ini dikenal sebagai Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Besar termasuk Kalimantan, Sumatra, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan. Bukti bahwa pulau-pulau Sunda Besar pernah bersatu dengan benua Asia adalah sebaran jenis mamalia Asia seperti beberapa jenis kera, gajah, macan dan harimau yang ditemukan di benua Asia, Sumatra, Jawa, dan Bali; serta adanya Orangutan baik di Sumatra dan Kalimantan. Pada zaman es, permukaan laut turun, dan kawasan luas Paparan Sunda terbuka dan muncul di atas permukaan air dalam bentuk dataran rawa yang amat luas. Naiknya permukaan air laut pada saat gelombang es di kutub mencair sebanyak 14,6 sampai 14,3 kbp menaikan permukaan laut setinggi 16 meter dalam jangka waktu 300 tahun’ (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah peta rupa bumi Indonesia? Seperti disebut di atas, bahwa selama ini dipahami pulau Sumatra, Kalimantan dan Jawa-Bali pernah menyatu dengan benua Asia. Akan tetapi dalam artikel ini ingin membuktikan bahwa pedapat itu tidak memiliki argumentasi yang kuat. Lalu bagaimana sejarah peta rupa bumi Indonesia yang sebenarnya? Sepertt juga disebut di atas bahwa (dari dulu hingga kini) pulau Sumatra, pulau Jawa, pulau Kalimantan dan Pulau Papua serta pulau yang lebih kecil di sekitarnya sejak zaman kuno tetap terpisah satu dengan yang lainnya hingga kini. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.