Minggu, 07 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (760): Orang Melayu di Malaysia Berbeda Tidak Bersatu; Hanya Mayoritas di Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya dapat dikatakan negeri Melayu negara Melayu. Mengapa? Negara menjunjung tinggi orang Melayu, bahasa resmi negara bahasa Melayu. Negara Malaysia ‘berbendera Melayu, menganggap negara lain bukan Melayu. Orang Melayu Semenanjung Malaya merasa mewakili semua orang Melayu di Nusantara. Namun hal itu yang menyebabkan munculnya ketidaksatuan diantara Melayu. Faktanya orang Melayu di Malaysia hanya mayoritas di Semenanjung Malaya.


Ada kecenderungan orang-orang di Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya, merasa segalanya, bahkan diantara warga Malaysia sendiri. Hal ini berbeda dengan Melayu di berbagai wilayah di Indonesia, orang Melayu lebih merasa berbagi dengan etnik lain dalam banyak hal, seperti wilayah, peradaban maupun dalam pengembangan diri. Meski orang Melayu di berbagai wilayah di Indonesia saling berbeda (dialek bahasa, budaya dan agama) namun merasa satu melayu di bawah bingkai nasional Indonesia. Di Malaysia, seperti haalnya di Indonesia, dapat dikatakan berbeda-beda, tetapi ke atas hanya satu Melayu yang ‘bersaing’ dengan etnik lain (China, India, suku bangsa yang lain). Hal itu yang kemudian menyebabkan diantara orang Melayu di Malaysia menjadi tidak bersatu karena nyatanya tidak seperti perasaan bersatu di Indonesia diantara orang Melayu yang berbeda-beda. Strategi negara yang berbeda menjadi penyebab perbedaan diantara orang Melayu antar negara.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas, negara Malaysia mengusung nama Melayu, menganggap negaranya mewakili Melayu di seluruh Nusantara dan bahkan di muka bumi. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (759): Orang Melayu Berbeda-Beda di Nusantara; Banyak di Sumatra, Hanya Minoritas di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara pada zaman dahulu sudah terbentuk dari berbagai suku/bangsa. Ada yang sudah punah/lenyap atau tersamar dalam suku lain yang populasinya lebih besar. Jumlah suku di Indonesia yang ada sekarang dibandingkan di masa lampau tentu jauh lebih sedikit. Hal itu juga dengan di Malaysia. Suku/bangsa Melayu di Indonesia kini hanya minoritas, yang mayoritas adalah suku/bangsa Jawa. Sementara di Malaysia suku/bangsa terbesar adalah Melayu. Namun karena berbeda definisi di Indonesia dan Malaysia, banyak suku/bangsa asal Indonesia di Malaysia dianggap Melayu (bahkan sekalipun mereka berbahasa etnik sendiri).


Suku atau juga bangsa, adalah suatu afiliasi bagi seseorang atau sekelompok orang yang mengidentifikasi diri masuk atau dikelompokkan sebagai suku apa atau beragama. Pengelompokkan diri dalam suku lebih longgar dari agama. Kelonggaran dalam afiliasasi suku itu bisa dipengaruhi karena hubungan tempat tinggal, batas-batas wilayah/negara, hubungan perkawinan, bahasa yang digunakan atau elemen-elemen budaya lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini secara makro pengelompokkan suku bisa karena atas pengakuan atau karena diidentifikasi orang lain (label yang diberikan oleh orang luar/asing). Pengelompokkan suku/bangsa yang dimaksud di atas dapat berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Di Indonesia dan di Malaysia pengelompokkan etnik Melayu tampaknya berbeda.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti disebut di atas, suku/bangsa adalah suatu afiliasi, suatu pengelompokkan yang berbeda-beda antara satu pihak dengan pihak lain antara satu negara dengan negara lain. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 06 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (758): Orang Melayu Malaysia Rasialkah? Perbedaan Konfigurasi Cina dan India, Dulu dan Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Politik rasial sejak zaman kuno masih eksis hingga kini. Masih ada negara di dunia terus terang atau tidak masih menganut paham politik rasial. Di negara dimana muncul isu rasial, bentrok dan huru hara kerap terjadi. Politik rasial lebih membuat negara tidak aman dan tidak nyaman. Sebaliknya, kemajuan internasional menyebabkan orang bepergian kemana saja. Dalam hal ini hanya negara yang tidak memiliki politik rasial yang akan membuat pengunjung menjadi nyaman dan aman. Indonesia termasuk negara yang menolak politik rasial. Lalu bagaimana dengan di Malaysia.


Politik Rasialis Warisan Kolonial di Malaysia. Oleh Maruli Tobing. Kompas.com. Gemerlap Kuala Lumpur, Malaysia, dengan menara kembar pencakar langit itulah merupakan etalase keberhasilan pembangunan di Dunia Ketiga. Hanya dalam waktu tiga dekade, negeri biji timah dan sawit berubah menjadi negara industri manufaktur. Tahun 1970-an, negara yang sekarang berpenduduk 28 juta jiwa ini tidak lebih maju dibandingkan dengan tetangganya di Asia Tenggara. Bahkan, Malaysia harus mendatangkan tenaga guru, dosen, dokter, ahli pertanian, dan tenaga profesional lainnya dari Indonesia. Kini pendapatan per kapita Malaysia sekitar 6.500 dollar AS, jauh di atas Indonesia yang hanya sekitar 1.500 dollar AS. Diperkirakan, lebih dari dua juta tenaga kerja Indonesia mencari nafkah di negeri jiran tersebut. Ratusan ribu lainnya datang dari China, India, Thailand, Myanmar, Kamboja, Banglades, Pakistan, Filipina, dan seterusnya. Kemajuan ekonomi dan tingginya upah di Malaysia menjadi daya pesona bagi para pekerja migrasi. Akan tetapi, di balik gemerlap tersebut, suatu pergolakan sedang berlangsung. Ia adalah politik rasial warisan kolonial Inggris, yang sekarang mirip api dalam sekam.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu Malaysia rasialkah? Seperti disebut di atas, pada masa ini sejumlah orang menuduh terjadi politik rasial di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu Malaysia rasialkah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (757): Malaysia Dulu Akui Bahasa Indonesia; Kini, Ada Orang Malaysia Menolak Bahasa Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang Indonesia mengakui Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu. Deklarasi Bahasa Indonesia terjadi pada Kongres Pemuda 1928. Para pemuda Melayu asal Semenanjung Malaya memulai perjuangan kemederkaan pada tahun 1935 di Batavia (kini Jakarta). Menjelang kemerdekaan Federasi Malaya, pada Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954 turut hadir pemuda Federasi Malaya. Detik-detik tahun kemerdekaan Federasi Malaya 1957, para pegiat Pendidikan di Semenanjung Malaya mencari guru-guru Bahasa Indonesia di Jogjakarta untuk ditempatkan di Federasi Malaya. Ini mengindikasikan bahwa sejak awal orang Melayu di Federasi Malaya (cikal bakal Malysia) mangakui Bahasa Indonesia, tetapi mengaoa kini ada orang Malaysia tidak mengakuai Bahasa Indonesia (bahkan ada yang guru besar).

 

Dalam sejarah bahasa Melayu di Semenanjung Malaya, pada saat kemerdekaan Federasi Malaya 1957, ditetapkan sebagai bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu, Dalam perkembangannya nama bahasa resmi negara diubah menjadi Bahasa Malaysia (bukan lagi Bahasa Melayu). Namun kemudian nama bahasa resmi negara diganti lagi menjadi Bahasa Melayu (hingga kini). Sejak inilah nama Melayu dalam berbagai elemen bernegara mulai ditonjolkan. Namun faktanya orang Malaysia tidak terlalu serius membahwa bahasa Melayu sebagai bahasa resmi, sebaliknya bahasa Inggris yang lebih populer di Malaysia yang menyebabkan bahasa Melayu gagal dimajukan (sangat dilematis). Manakala bahasa Melayu gagal di Malaysia orang Malaysia mulai ada yang menggugat Bahasa Indonesia. Bahkan ada guru besar yang menyatakan dengan angkuh bahwa Bahasa Indonesia tidak ada. Katanya yang ada adalah bahasa Melayu. Menurutnya lagi Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Indonesia. Bagaimana bisa?

Lantas bagaimana sejarah orang Malaysia dulu mengakui Bahasa Indonesia, tetapi kini ada orang Malaysia menolak Bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas, ketika Pemerintah Malaysia ingin memajukan bahasa Melayu (sebagai bahasa resmi negara), namun popularitas bahasa Inggris menyebabkan bahasa Melayu gagal. Lalu bagaimana sejarah orang Malaysia dulu mengakui Bahasa Indonesia, tetapi kini ada orang Malaysia menolak Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 05 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (756): Bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia; Awal Pembentukan Tata Bahasa Indonesia (1881)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat Elisa Netscher melakukan studi bahasa Melayu di Riau tahun 1852, tidak ada orang (ahli atau peneliti) bahasa yang telah membicarakan tata bahasa Melayu. Kajian Netscher tentang bahasa Melayu hanya sebagai pelengkap dari kajian-kajian sebelumnya. Khusu kajian tatabahasa bahasa Melayu baru dimulai pada tahun 1881, tidak di Tanjung Pinang, tetapi di Padang Sidempoean. Itu semua karena dipicu oleh NH van der Tuuk yang sudah mempublikasikan tata bahasa pertama di nusantara, yakni tata bahasa Batak.


Awal mula terbentuk bahasa Melayu di pantai timur Sumatra pada abad ke-7. Seiring dengan perkembangan transformaso bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu, maka lingua franca bergeser dari bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu. Sejak inilah bahasa Melayu menyebar ke seluruh nusantara termasuk ke Semenanjung Malaya bahkan hingga ke pantai timur Tiongkok dan Madagaskar. Hingga kehadiran orang Eropa/Portugis tidak ada bukti yang telah mendokumentasikan kamus bahasa Melayu. Meski orang Moor dan orang Portugis sudah terbiasa bahasa Melayu juga tidak ada bukti bahasa Melayu telah didokumentasikan. Orang-orang Belanda dapat dikatakan yang pertama membuat kamus bahasa Melayu. Ini bermula pada ekspedisi Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) singgah enam bulan di Madagaskar. Di pulau inilah ahli bahasa Belanda Frederik de Houtman membuat kamus bahasa Melayu. Kamus yang difinialisasi di Atjeh, lalu diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1603. Kamus bahasa Melayu-Belanda ini bertahan cukup lama hingga seorang Inggris William Marsden (1811) menyusun kembali kamus bahasa Melayu (versi terjemahan bahasa Inggris). Keutamaan kamus Masden ini lebih kaya dari kamus-kamis versi Belanda, juga kamus ini diperkaya Marsden dengan sejarahnya. Sejauh ini Marsden belum berbicara tata bahasa Melayu. Tatabahasa Melayu, sejatinya baru dibicarakan oleh seorang guru bahasa Melayu Charles Adrian van Ophuijsen tahun 1881 di Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Dalam hal ini kita tidak tengah membicarakan Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu, tetapi soal tata bahasa. Seperti disebut di atas, awal pembentukan tata Bahasa Indonesia dimulai tahun 1881 di Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melayu versus Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (755): Bahasa Indonesia Bukan Bahasa Melayu Riau; Awal Bahasa Melayu di Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Indonesia, memang berakar dari bahasa Melayu, tetapi Bahasa Indonesia adalah bahasa dan dialek yang sangat khas. Dalam banyak tulisan, Bahasa Indonesia disebut berasal dari bahasa Melayu Riau. Juga disebut tatabahasa Indonesia juga dipelajari dari bahasa Melayu Riau. Apa, iya? Nah, itu yang akan dideskripsikan.


Secara historis bahasa Melayu awalnya terbentuk di pantai timur Sumatra pada abad ke-7 (sebagai suksesi bahasa Sanskerta). Tentu saja saat itu belum ada populasi di kepulauan iau yang sekarang. Populasi yang sudah ada baru ada di Bangka (lihat prasasti Kota Kapur 686 M). Di Semenanjung Malaya sendiri penduduk yang ada adalah populasi negrito (yang kemudian dikenal sebagai orang Semang). Pada saat Nicolo Conti kembali dari Tiongkok pada tahun 1290 pulau Bintan dan pulau Batam adalah pulau kosong. Nama Batam baru disebut dalam teks Negarakertagama (1365). Pada tahun 1404 oleh pangeran Palembang medirikan kota Malaka, suatu wilayah marjinal (hanya sekitar wilayah Kedah dengan pertambangannya yang potensial). Kehadiran Portugis di Malaka tidak dalam konteks sumber daya alam dan manusia tetapi posisi strategis dalam navigasi pelayaran perdagangan, Meski Belanda/VOC telah mengakuisisi Malaka (dari Portugis) tahun 1641, Malaka tetap dianggap tidak penting. Wilayah Malaka dan sekitar terutama wilayah Selangor baru penting ketika para pengeran Kerajaan Gowa eksodus dari Makassar tahun 1669. Sejak era eksodus inilah diduga kepulauan Riau mulai ramai. Secara perlahan pengguna bahasa Melayu di Semenanjung Malaya dan kepulauan Riau mulai dominan, hingga pada akhirnya bahasa-bahasa asli menghilang (punah). Hal itulah mengapa di dua kawasan (Semenanjung Malaya dan kepulauan Riau) tidak ditemukan lagi jejak bahasa dari penduduk asli (berbeda dengan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan) kecuali ernik Semang di pedalaman Semenanjung. Etnik orang Laoet, orang Banuwa dan orang Sakai adalah penduduk berbahasa Melayu yang tertinggal (dari kemajuan peradaban).

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa Melayu di Riau? Seperti disebut di atas, sebelum terdapat populasi di kepulauan Riau, bahasa Melayu sudah sejak lama berkembang di pantai timur Sumatra (bahkan di Jawa). Pengguna bahasa Melayu di kepulauan Riau baru belakangan seperti halnya di Semenanjung Malaya.. Lalu bagaimana sejarah Bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa Melayu di Riau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.