Selasa, 11 April 2023

Sejarah Banyumas (36): Ciamis, Kerajaan Galuh Tempo Doeloe; Diantara Tasikmalaya dan Banjar - Daerah Aliran Sungai Citanduy


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Ciamis adalah sejarah lama. Wilayah Ciamis dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Galuh di masa lampau (ibu kota di Kawali). Wilayah Ciamis sendiri berada di daerah aliran sungai Citanduy, dimana Banjar di daerah hilir dan Tasikmalaya di daerah hulu. Nama Banjar dan nama Tasikmalaya unik diantara nama tempat di wilayah Sunda. Di wilayah semasa Kerajaan Galuh tempo doeloe, diduga Banjar adalah pelabuhan laut.  


Kabupaten Ciamis dikenal Galuh adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat, ibu kota di kecamatan Ciamis. Kabupaten ini berada di bagian tenggara Jawa Barat, berbatasan dengan Majalengka dan Kuningan di utara, Cilacap dan Kota Banjar di timur, Pangandaran di selatan, serta kota dan kabupaten Tasikmalaya di barat. Kecamatan Banjar ditingkatkan statusnya menjadi kota 2002. Pada tahun 2012 dilakukan pemekaran dengan membentuk kabupaten Pangandaran. Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Kerajaan Galuh, dKawali. Dalam Bahasa Sanskerta, kata "galuh" menunjukkan sejenis batu permata. Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay beribukota di Imbanagara dan sejak 1812 Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu, beribukota di Ciamis. Dalam Prasasti Berangka tahun 910, Raja Dyah Balitung disebut sebagai "Rakai Galuh". Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943 M, disebutkan bahwa "kadatwan rahyangta mdang bhumi mataram ingwatu galuh" menunjuk sebuah tempat di Watugaluh. Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 M. Pada Carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357) berkedudukan di Kawali sebagai penguasa Kerajaan Sunda Galuh. Singkatnya: Pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ciamis dan Kerajaan Galuh tempo doeloe? Seperti disebut di atas Ciamis masa lampau dikenal sebagai (kerajaan) Galuh. Tentu saja antar waktu dalam sejarah bersifat kesinambungan. Wilayah Ciamis berada diantara Tasikmalaya dan Banjar di daerah aliran sungai Citanduy. Lalu bagaimana sejarah Ciamis dan Kerajaan Galuh tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (35): Kota Banjar, Suatu Pelabuhan Laut Masa Kuno? Geomorfologi Wilayah di Daerah Aliran Sungai Citanduy


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Kota Banjar dari masa ke masa dapat dikatakan kota terpenting di perbatasan wilayah Jawa dan wilayah Sunda. Pada masa ini batas wilayah tepat di batas timur Kota Banjar (daerah aliran sungai Citandui). Di masa lalu, batas wilayah Banyumas disebut hanya di daerah aliran sungai Cibeureum. Mengapa berubah, itu satu hal. Mengapa yang dipilih kemudian batas sungai Citandui hal lain lagi. Namun yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah apakah Kota Banjar di masa lampau adalah suatu pelabuhan laut?


Banjar sebuah kota di Jawa Barat, di berbatasan dengan Jawa Tengah sehingga disebut sebagai "gerbangnya Jawa Barat". Kota Banjar memiliki landscape beragam. Di bagian utara, selatan dan barat kota merupakan wilayah berbukit-bukit. Kota ini dibelah oleh Sungai Citanduy di bagian tengah. Kota Banjar terbagi 4 kecamatan, yaitu: Banjar, Langensari, Pataruman, dan Purwaharja. Di era kolonial Hindia-Belanda, wilayah Banjar bersama dengan Kawasen, Pamotan, Pangandaran, dan Cijulang masuk wilayah Galuh Imbadanegara dengan Bupati Galuh Imbadanegara Raden Aria Panji Jayanagara dengan pusat pemerintahan di Imbadanegara Ciamis. Tahun 1815, saat Jawa dikuasai Inggris, Banjar masuk wilayah Sukapura (kini Tasikmalaya) bersama wilayah di Ciamis bagian selatan. Pada tahun 1936, Banjar masuk kembali wilayah Ciamis. Selama masa penjajahan, Banjar tumbuh menjadi pusat kegiatan masyarakat. Letaknya yang strategis menjadikan kota ini sebagai daerah transit antara wilayah Jawa Tengah dengan Ciamis bagian selatan. Hingga pada tahun 1941 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Banjar sebagai wilayah kewedanan yang meliputi Banjar, Cisaga, Rancah, dan Cimaragas. Tahun 1991 status Banjar dijadikan Kota Administratif dan pada tahun 2003 menjadi daerah otonom baru pemekaran dari kabupaten Ciamis. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kota Banjar, apakah pelabuhan laut di masa lampau? Seperti disebut di atas, Kota Banjar berada jauh di pedalaman di daerah hulu sungai Citandui. Permukaan air sungai di Banjar tempo doeloe cukup tenang dan ketinggiannya kini tidak berbeda jauh dengan wilayah dataran di pesisir, apakah ini mengindikasikan bahwa tempo doeloe Banjar adalah pelabuhan laut? Bagaimana dengan geomorfologi wilayah di daerah aliran sungai Citandui? Lalu bagaimana sejarah Kota Banjar, apakah pelabuhan laut di masa lampau?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 10 April 2023

Sejarah Banyumas (34): Pangandaran, Suatu Pulau Zaman Kuno? Pantai Berpasir dan Geomorfologis Wilayah Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pangandaran menjadi kabupaten tahun 2012 pemekaran dari kabupaten Ciamis. Masih muda memang. Pusat pemerintahan kabupaten di kecamatan Parigi (sebelah timur kecamatan Cijulang). Kita tidak membicarakan masa kini, tetapi bagaimana sejarah masa lampau wilayah Pangandaran, terutama di wilayah kecamatan Pangandaran. Kecamatan Pangandaran sendiri populasi berbahasa Sunda (55%) dan berbahsa Jawa Banyumasan (45%). Nama-nama desa di kecamatan Pangandaran adalah Babakan, Pagergunung, Pananjung, Pangandaran, Purbahayu, Sidomulyo, Sukahurip dan Wonoharjo. Secara khusus adalah desa Pananjung dan desa Pangandaran. Wilayah tanjung adalah bagian dari desa Pangandaran.


Pangandaran kabupaten di provinsi Jawa Barat, ibu kota di kecamatan Parigi. Kabupaten berbatasan dengan kabupaten Ciamis di utara, kabupaten Cilacap di timur, Samudra Hindia di selatan, kabupaten Tasikmalaya di barat. Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata andar, andar-andar, dan pangan + daharan. Andar-andar dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dahulu merupakan tempat dibuka nelayan suku Sunda. Selain pangan + daharan bermakna "tempat mencari nafkah,". Dalam folklor masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat desa Pananjung mulai dibuka oleh nelayan suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah daratan yang menjorok ke laut yang akan meredam gelombang ganas Samudra Hindia sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut menggunakan andar sebagai tempat untuk menyimpan perahu. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah perkampungan diberi nama "Pangandaran". Sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung". Pananjung salah satu pusat kerajaan sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan sekitar abad ke-14 M (setelah munculnya Kerajaan Pajajaran di Pakuan). Diperintah oleh Prabu Anggalarang, Kerajaan Pananjung hancur diserang oleh para perompak (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pangandaran pulau zaman kuno? Seperti disebut di atas, ada dua desa paling selayan di wilayah kecamatan Pangandaran, kabupaten Pangandaran yakni desa Pananjung dan desa Pangandaran yang memiliki pantai berpasir. Tanjung sendiri berada di desa Pangandaran. Menarik diperhatikan bagaimana geomorfologi pantai selatan Jawa di wilayah Pangandaran. Apakah tanjung di desa Pangandaran pulau zaman kuno? Lalu bagaimana sejarah Pangandaran zaman kuno, pantai berpasir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (33): Wilayah Ayah dan Buayan, Adakah Suatu Pulau Zaman Kuno? Geomorfologi Kebumen Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Nama kecamatan disebut Ayah dan Buayah/Buayan tentu saja biasa-biasa saja. Yang jelas ada ayah dan ibu-ayah. Dua kecamatan ini berada di wilayah kabupaten Kebumen yang berbatasan dengan kabupaten Cilacap di wilayah pesisir. Dua kecamatan ini memiliki ketinggian tertentu relative dengan kecamatan lain di wilayah pesisir kabupaten Kebumen dan kabupaten Cilacap. Pertanyaannya adalah apakah wilayah dua kecamatan ini di masa lampau sebagai suatu pulau atau tanjung? Lalu, jika itu adalah suatu pulau/tanjung, bagaimana sejarah awal wilayah Kebumen?


Ayah adalah sebuah kecamatan di kabupaten Kebumen, Pusat pemerintan kecamatan di desa Ayah. Nama desa lainnya Argopeni, Argosari, Banjararjo, Bulurejo, Candirenggo, Demangsari, Jatijajar, Jintung, Kalibangkang, Kalipoh, Karangduwur, Kedungweru, Mangunweni, Pasir, Srati, Tlogosari dan Watukeli. Batas-batas wilayah sebelah barat: kabupaten Cilacap, sebelah timur: kecamatan Buayan, sebelah utara: kecamatan Rowokele, sebelah selatan samudra Hindia. Kecamatan Ayah memiliki kondisi geografi berupa rangkaian perbukitan karst yang merupakan bagian dari Kawasan Karst Gombong Selatan. Ketinggian rata-rata kecamatan Ayah adalah 335 M dpl. Puncak tertingginya adalah Bukit Duwur yang memiliki ketinggian 452 M berada di perbatasan Desa Watukelir dengan kecamatan Buayan. Sungai terbesar di wilayah ini yakni Sungai Ijo, sungai Pecaron, sungai Watugemulung, sungai Tlogo, sungai Jemenar, sungai Nutusatutub, sungai Kaligalang, sungai Dempel, sungai Kaliputri, sungai Kemusuk, sungai Tuk, sungai Kalipoh dan sungai Suwuk. Penggunaan lahan di kecamatan Ayah umumnya digunakan sebagai lahan persawahan di dataran rendah atau disepanjang alur sungai. Hutan kayu tahunan berada di lahan berkontur perbukitan. Sebagian lahan sawah berada dibagian barat wilayah ini atau ditimur sungai Ijo. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah wilayah Ayah dan Buayah/Buayan, suatu pulau di zaman kuno? Seperri disebut di atas, dua wilayah kecamatan ini memiliki ketinggian tertentu relative dengan yang lain di kabupaten Kebukmen dan kabupaten Cilacap. Dalam hal ini bagaimana geomorfologis pantai selatan Jawa di wilayah Kebumen? Lalu bagaimana sejarah wilayah Ayah dan Buayah/Buayan, suatu pulau di zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 09 April 2023

Sejarah Banyumas (32): Kebumen Wilayah Bagelen; Riwayat Wilayah Karanganyar dan Tokoh Boedi Oetomo RAA Tirtokoesoemo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa district penting di masa lampau di pantai selatan Jawa yang disatukan dengan residentie Bagelen, diantaranya Keboemen, Ambal dan Karanganjar. Seperti halnya kota Poerworedjo, kota Kebumen memiliki kesempatan terus berkembang karena posisinya sebagai pusat pemerintahan pada tingkat afdeeling. Dalam hal inilah Karanganjar memiliki riwayat tersendiri, apalagi dikaitkan dengan yokoh terkenal bupati Karanganjar.

Kebumen sebuah wilayah kabupaten berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara di utara, kabupaten Wonosobo dan kabupaten Purworejo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta kabupaten Cilacap dan kabupaten Banyumas di sebelah barat. Wilayah Kebumen dulunya hasil penggabungan dua kabupaten (regenshap), yaitu Karanganyar (Roma) di bagian barat dengan Kebumen (Pandjer) di bagian timur pada 1 Januari 1936. Secara geografis, bagian selatan Kebumen dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan. Sementara itu di barat wilayah Gombong, terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan sebuah rangkaian pegunungan kapur yang membujur hingga pantai selatan berarah utara-selatan. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah sungai Luk Ulo, sungai Jatinegara, sungai Karanganyar, sungai Kretek, sungai Kedungbener, sungai Kemit, sungai Gombong, sungai Ijo, sungai Kejawang, dan kali Medono. Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti disebut di atas wilayah Kebumen dan wilayah Karanganyar memiliki permulaan yang sama sebagai cabang pemerintahan di pantai selatan Jawa (residentie Bagelen). Namun kemudian dua wilayah digabungkan dengan nama tunggal Kebumen. Tentu saja dalam hal ini riwayat wilayah Karanganyar menjadi penting karena ada tokoh terkenal pernah menjadi bupati di Karanganyar RAA Tirtokoesoemo. Lalu bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (31): Wonosobo di Hulu Sungai Serayu; Wilayah Gunung Diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Wonosobo atau Wanasaba. Tempo doeloe disebut district Ledok. Satu dari tiga district yang akan dijadikan satu residentie (Residentie Bagelen, Ledok dan Banjoemas). Akan tetapi tidak lama kemudian dijadikan dua residentie: Residentie Begelen dan Ledok; Residentie Banjoemas. Sekali lagi nama residentie hanya disebut Residentie Bagelen (saja). Tamat nama Ledok, tetapi nama Wonosobo menjadi popular di residentie Bagelen. Mengapa?

 

Wonosobo, sebuah wilayah kabupaten. Kabupaten berbatasan kabupaten Temanggung dan kabupaten Magelang di timur, kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan kabupaten Banjarnegara di barat, serta kabupaten Batang dan kabupaten Kendal di utara. Wonosobo berasal Wanasaba, berarti "tempat berkumpul di hutan", diduga dari bahasa Sanskerta: vanasabhā. Kedua kata ini juga dikenal sebagai dua buku dari Mahabharata: "Sabhaparwa" dan "Wanaparwa". Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Setjonegoro di Ledok. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke daerah Kota Wonosobo saat ini. Sebagian besar area Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 M) dan Gunung Sumbing (3.371 M). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 M), Telaga Menjer, dan Danau Cebong. Di sebelah selatan wilayah dataran rendah Wonosobo, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibu kota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah daerah kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti disebut di atas, sejarah Wonosobo kurang terinformasikan. Wonosobo sendiri dapat dikatakan berad di tengah pulau Jawa. Wilayah Wonosobo diduga wilayah yang penting di masa lampau karena wilayah berada diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur. Lalu bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.