Selasa, 25 April 2023

Sejarah Cirebon (6): Wilayah Cirebon Masa Pemerintah Hindia Belanda; Residentie Cirebon Dibentuk Masa Pendudukan Inggris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sejak era VOC, wilayah (kesultanan) Cirebon tidak hanya penting dan strategis, tetapi wilayah Cirebon sendiri juga menjadi penting dalam pembentukan cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda. Secara administrative wilayah Cirebon dijadikan sebagai satu residentie dengan ibu kota di Cirebon baru terlaksana pada masa pendudukan Inggris (1811-1815). Setelah pemulihan Pemerintah Hindia Belanda, residentie Cirebon tetap dipertahankan.


Karesidenan Cirebon atau bekas Karesidenan Cirebon yaitu wilayah administratif pemerintahan zaman Hindia Belanda dan zaman Inggris yang meliputi wilayah bekas kesultanan Cirebon setelah lepasnya wilayah Krawang sebelum tahun 1677 ketika sultan Cirebon pada saat itu pangeran Abdul Karim (Girilaya) dan kedua putranya yaitu pangeran Martawijaya ditahan Mataram dan wali sultan Cirebon yang dijabat pangeran Wangsakerta didesak oleh Amangkurat 1 untuk memenuhi persyaratan agar Belanda mau membantu Mataram menumpas Trunojoyo (Trunojoyo berhasil membebaskan pangeran-pangeran Cirebon yang ditahan Mataram atas bantuan persenjataan Banten). Sejarah awal pembentukan wilayah Karesidenan (pembantu gubernur) Cirebon tidak terlepas dari sejarah politik kewilayahan yang dipengaruhi oleh kedudukan para tokoh penjajah Belanda dan Britania Raya. Pembentukan Karesidenan Cheirebon berawal dari kedudukan Inggis di Pulau Jawa yang pimpin oleh Thommas Raffles tahun 1817. Raffles membagi beberapa Karesidenan di pulau jawa termasuk Jawa bagian barat yakni: Cheribon, Bantam, Batavia, Buitenzoeg, West-Priangan, Krawang, Indramajoe, Midd-Priangan, Oost-Priangan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana wilayah Cirebon semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, wilayah Cirebon dijadikan satu wilayah administrasi residentie sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Namun Residentie Cirebon sendiri baru terbentuk semasa pendudukan Inggris. Lalu bagaimana wilayah Cirebon semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (5): Orang Moor di Cirebon pada Masa Portugis; Pendahulu Navigasi Pelayaran Perdagangan Portugis ke Hindia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Hingga ini hari, hampir semua orang tidak terlalu mengetahui sejarah bangsa Moor. Sejarah mereka tenggelam (sengaja atau tidak sengaja) ditindih sejarah Portugis dan sejarah Spanyol, tidak hanya di Eropa juga hingga bagian-bagian dunia terpencil seperti Hindia Timur dan Pasifik. Orang Eropa di abad pertengahan, yang masih rasial tentu menjadi atmosfir yang sesuai untuk menghilangkan jejak-jejak peradaban Moor yang tinggi di Eropa selatan seperti di Cordoba, Andalusia, Sevila, Madrid dan Malaga. Demikian juga sejarah orang (bangsa) Moor di Indonesia hanya ditulis samar-samar. Semua itu bisa jadi karena ketidaktahuan akibat sejarah Indonesia lebih merujuk pada sejarah terakhir (era kolonial Belanda). Faktanya sejarah orang Moor di Indonesia berada jauh di depan. Pelaut/pedagang Moor adalah pendahulu pelaut/pedagang Portugis.  Orang-orang Moor sejak terusirnya orang Eropa/Belanda di Indonesia, bahkan hingga kini orang Moor berada di depan mata. Di wilayah Curebon juga terdapat jejak orang Moor. Mengapa begitu buta kita selama ini?


Jejak-jejak Orang Moor begitu banyak dan sangat luas. Mulai dari Eropa Selatan, Madagaskar, India (Pakistan dan Bangladesh) hingga selatan Malaka dan seterusnya ke Tiongkok, Filipina, Sulawesi dan Maluku bahkan ke selat Torres dan Maori (Selandia Baru). Jejak orang Moor di Nusa Tenggara terutama di Bima. Orang Moor tidak dari utara (selat) Malaka ke Jawa, tetapi dari timur (Sulawesi dan Nusa Tenggara) ke Madura dan Batavia. Orang-orang Moor adalah yang mengidentifikasi nama tempat dengan awal Ma, seperti nama Malaga, Maroko, Mauritania, Malagasi (Madagaskar). Malaka dan Muar (Semenanjung), Manila, Makao, Mangindanao, Matan, Manado, Maluku, Mamuju, Makassar, Maros, Maori dan Ma[ng]garai dan Madura. Juga nama-nama yang merujuk pada nama Moor seperti pulau Moro di Riau, Morong di teluk Manila, [bangsa] Moro di Mangindanao, Amurang di Minahasa, pulau Morotai, Semenanjung Morowali dan sebagainya. Orang-orang Moor di Jawa disebut juga orang Koja (merujuk pada gelar mereka, Coija) yang menjadi asal-usul nama (kampong) Koja di Batavia (Jakarta) dan Pekojan di Semarang.

Lantas bagaimana sejarah orang Moor di Cirebon sejak era Portugis? Seperti disebut di atas, jejak orang Moor di Indonesia begitu nyata, tetapi dalam narasi sejarah masa kini, jejak orang Moor terbenam di bawah jejak orang Eropa/Belanda. Fakta bahwa Orang Moor adalah pendahulu navigasi pelayaran perdagangan Portugis ke Hindia. Jejaknya masih ditemukan masa kini. Lalu bagaimana sejarah orang Moor di Cirebon sejak era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 24 April 2023

Sejarah Cirebon (4): Keutamaan Wilayah Cirebon Era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda; Pantai Utara hingga Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Secara geomorfologis wilayah (pulau) Jawa terbagi tiga: barat, tengah dan timur. Antara bagian barat dan tengah dipisahkkan oleh wilayah sempit. Di pantai utara head to head antara pusat peradaban Tjirebon dan Tegal dan di pantai selatan antara Banjoemas dan Tjiamis (Galuh). Pada era VOC (Belanda) wilayah Cirebon termasuk Tjiamis hingga Soekapoera di pantai selatan Jawa. Sejak kehadiran Belanda, navigasi pelayaran di pantai utara semakin intens, yang menjadi salah satu factor mengapa wilayah Cirebon menjadi penting.


KESULTANAN CIREBON DI BAWAH KEKUASAAN VOC TAHUN 1752-1809 M. Ahmad Johari, 2018. Skripsi. Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada 1479 M mencapai puncak kejayaannya masa Panembahan Ratu II (hinggan 1752). Perluasan kekuasaan wilayah dan mulai berkembangnya pelabuhan Cirebon sebagi sentral perdagangan internasional. Sumberdaya alam yang memadai membuat Cirebon sebagai bandar jalur sutra sehingga banyak yang memperebutkan wilayah ini. Tiga kekuatan besar yakni Banten, Mataram dan VOC sangat berambisi menguasai wilayah Cirebon. Pada akhirnya VOC yang berhasil menanamkan pengaruhnya di Kesultanan Cirebon melalui perjanjian persahabatan dengan para sultan. Para Sultan tidak lagi mempunyai kebebasan dalam mengatur rakyatnya dan semua harus tunduk terhadap kebijakan VOC. Bagaimana sejarah kejayaan Kesultanan Cirebon pada masa Sunan Gunung Jati? Bagaimana Kesultanan Cirebon setelah masuknya Pemerintah VOC? Bagaimana Kesultanan Cirebon setelah ditinggal VOC dan diserahkan ke Belanda? Untuk menganalisis permasalahan di atas peneliti menggunakan pendekatan politik dan ekonomi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tahun 1752 M adalah masa akhir kekuasaan Sultan Cirebon dibawah pemerintahan Panembahan Ratu II . Salah satu fenomena yang berpengaruh pada penurunan eksistensi Kesultanan Cirebon adalah dilakukannya perjanjian 8 Januari 1681 M. (https://digilib.uin-suka.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah keutamaan wilayah Cirebon era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, suatu kerajaan terbentuk di Cirebon yang dalam perkembangannya melakukan kerjasama dengan VOC/Belanda. Wilayah kekuasaan raja (Sultan) Cirebon dari pantai utara hingga pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah keutamaan wilayah Cirebon era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (3): Geomoforlogis Cirebon Zaman Kuno; Dimanakah Posisi GPS Kota Cirebon di Daerah Aliran Sungai Cirebon?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama kota Cirebon mengindikasikasikan nama sungai (sungai Cirebon?). Jika begitu, dimana posisi GPS kota Cirebon berawal? Sudah pasti berada di sisi sungai, tetapi belum tentu tepat berada di garis pantai masa kini. Mengapa? Berdasarkan laporan-laporan pada era Portugis, sungai Cirebon dapat dinavigasi hingga tiga mil laut ke arah hulu/pedalaman. Dalam konteks inilah diperlukan pendekatan geomorfologi asal usul kota Cirebon yang sekarang.


Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara propinsi Jawa Barat bagian timur. Letak geografis yang strategis. Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33 dan 6.41 Lintang Selatan, memanjang dari barat ke timur  8 kilometer, Utara Selatan   11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut  5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi   37,35 Km2. Batas sebelah utara sungai Kedung Pane, sebelah barat sungai Banjir Kanal, sebelah selatan sungai Kalijaga dan sebelah timur laut Jawa. Kota Cirebon keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber mata airnya  berasal dari Kabupaten Kuningan. Beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosal yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil). Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. (https://www.cirebonkota.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah geomoforlogis wilayah Cirebon zaman kuno? Seperti disebut di atas, kota Cirebon diduga bermula di sisi sungai di masa lampau. Wilayah kota yang sekarang secara tofografi datar dengan ketinggian rendah (sekitar 5 M dpl). Dalam hubungan ini menjadi penting memahami secara geomorfologi dimana posisi GPS kota Cirebon di daerah aliran sungai Cirebon. Lalu bagaimana sejarah geomoforlogis wilayah Cirebon zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 23 April 2023

Sejarah Cirebon (2):Wilayah Cirebon Tempo Doeloe, Pada Masa Era Portugis; Riwayat Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Demak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Cirebon memiliki sejarah penting dan memiliki sejarah panjang. Dalam konteks inilah sejarah di wilayah Cirebon manarik untuk diperhatikan.  Wilayah Cirebon sendiri berada di pesisir pantai diantara wilayah Jawa bagian barat dengan Jawa bagian tengah/timur. Posisi strategis wilayah Cirebon di (pantai utara) Jawa dalam hal sangat penting antara barat. Juga yang tidak bisa diabaikan secara khusus wilayah Cirebon memiliki posisi strategis dengan pantai selatan Jawa. Mengapa?


Ki Gede Bungko, Panglima Laut dari Cirebon Pengusir Portugis & Perompak di Laut Jawa. Merdeka.com. Jumat, 30 Juli 2021. Di masa kekuasaan Kasultanan Cirebon, sekitar abad 15-16, ada tokoh bernama Ki Gede Bungko, dari Kasultanan Cirebon berpengaruh, lantaran posisinya sebagai panglima angkatan laut. Ia berhasil menghalau kejahatan  perompak di Laut Jawa, turut andil bersama Demak saat menumpas Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa, 1522. Namanya disebut dalam naskah Serat Carub Kandha karangan Pangeran Abdul Hamid Sukama Jaya tahun 1840. Sebelum diberi gelar oleh Sunan Gunung Jati, Ki Gede Bungko pernah menjadi panglima angkatan laut kerajaan Majapahit. Ki Gede Bungko disebut murid Sunan Ampel, lalu diboyong Sunan Gunung Jati untuk membantu kerajaan Cirebon. Ki Gede Bungko sendiri pendatang Blambangan (Banyuwangi) dengan nama asli Jakataruna. Nama Ki Gede Bungko merupakan pemberian Sunan Gunung Jati usai Jakataruna diberikan jabatan sebagai penguasa (Ki Gede) di desa Bungko, kawasan pesisir barat laut Cirebon, dan berbatasan dengan Indramayu. Yang menarik dari keberanian Ki Gede Bungko, ia mampu melawan bangsa Portugis yang saat itu bekerja sama dengan Kerajaan Pajajaran. Portugis diminta Raja Pajajaran, Surawisesa untuk menjaga satu satunya perputaran ekonomi di Sunda Kelapa dengan mengizinkannya mendirikan sebuah Loji (benteng). Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia turut dianugerahi gelar Laksamana. (https://www.merdeka.com/)

Lantas bagaimana sejarah wilayah Cirebon, semasa era Portugis? Seperti disebut di atas masa Portugis adalah awal kehadiran orang Eropa di nusantara (baca: Hindia Timur). Kehadiran pelaut/pedagang Portugis di Hindia Timur menjadi penting karena menjembatani ketersediaan data antara era baru kehadiran pelaut/pedagang Belanda (VOC) dengan masa sebelumnya semasa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Lalu bagaimana sejarah wilayah Cirebon, semasa era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (1): Nama Cirebon Bekas Air Terasi Cai Udang Rebon, Apakah Fakta? Toponimi Sejarah, Narasi Fakta dan Data


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Asal Usul Nama Cirebon: dari Cai dan Rebon, Air Pembuatan Terasi demikian judul dalam Kompas.com - 28/04/2021. Apa, betul begitu? Oklah, itu satu hal. Hal lain yang akan dinarasikan dalam hal in adalah bagaimana awal sejarah Cirebon. Tentu saja nama geopgrafi penting dalam sejarah, tetapi toponimi nama geografi memiliki sejarah sendiri. Dalam studi sejarah, toponimi harus dipehatikan secara kontekstual. Sebab, sejarah adalah narasi fakta dan data.


Sejarah Cirebon dalam blog ini adalah serial artikel sejarah di wilayah Cirebon dan sekitar (termasuk wilayah Tegal dan Pekalongan serta sebagian wilayah Priangan/Preanger). Sejarah Cirebon ini juga menjadi sebagai serial artikel sejarah di wilayah (pulau) Jawa. Serial artikel sejarah sebelumnya yang sudah ditulis adalah: Sejarah Jakarta, Sejarah Depok. Sejarah Bogor, Sejarah Bandung, Sejarah Sukabumi, Sejarah Bekasi, Sejarah Tangerang, dan Sejarah Banten. Lalu kemudian diteruskan ke bagian timur pulau Jawa tentang Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Jogjakarta, Sejarah Surakarta dan Sejarah Banyumas. Dengan demikian wilayah Cirebon menjadi sisa wilayah Jawa yang sejarahnya belum dinarasikan. Untuk mengakhiri narasi sejarah di Jawa, dalam serial artikel Sejarah Cirebon, mari kita awali dengan artikel pertama tentang asal usul nama Cirebon sendiri. Namun sebelum dimulai perlu diketahui bahwa di dalam blog ini serial artikel Sejarah Cirebon juga akan mengakhiri serial sejarah di Indonesia. Sebelumnya juga sudah ada serial artikel sejarah di Sumatra (Padang Sidempuan, Tapanuli, Medan, Padang, Palembang, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung serrta Bangka Belirung); di Kalimatan (Selatan, Barat, Timur,. Tengah dan Utara); di Sulawesi (Makassar dan Manado); di Kepulauan Nusa Tenggara (Madura, Bali, Lombok dan Timor); di Kepulauan Maluku (Ambon dan Ternate); dan di Papua. Dalam rangka untuk menuju tujuan akhir, studium generale Sejarah Menjadi Indonesia, akan didahului penulisan narasi sejarah berbagai bidang di Indonesia. Satu topik pertama yang sudah selesai adalah serial artikel Sejarh Pers di Indonesia, kemudian akan dilanjutkan Serjarah Pendidikan, dan demikian selanjutnya.

Lantas bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas terasi cai udang rebon? Seperti disebut di atas, usal usul nama Cirebon ada yang berpendapat demikian. Namun sangat naif jika nama-nama geografi, apalagi nama-nama yang terbilang sudah kuno hanya didasarkan pada toponimi semata. Toponimi dalam sejarah seharusnya diperhatikan secara kontekstual. Nama geografi dalam hal ini tentu saja memiliki sejarah sendiri. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Lalu bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas terasi cai udang rebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.