Sabtu, 20 Januari 2024

Sejarah Bahasa (249): Bahasa Onim (Sekar) di Semenanjung Onin Dekat Pulau Seram; Nama-Nama di Teks Negarakertagama 1365


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Onin atau bahasa Onim adalah sebuah dialek dalam bahasa Sekar Onim yang merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia yang dituturkan di Semenanjung Onin, Bomberai. Meski jumlah penuturnya sedikit, bahasa ini merupakan dasar pidgin setempat. Bahasa Sekar Onim ditemukan di kampong Sekar, Kokas dan kampong Patipi Pasir, Teluk Patipi kabupaten Fakfak. Bahasa berbeda dengan bahasa Iha dan bahasa Baham.


Semenanjung Onin membentuk wilayah kabupaten Fakfak di Papua Barat, "Onin" dianggap sebagai tempat disebut "Wanin" dalam Naskah Negarakertagama. Penyebutan nama "Wanin" menjadi "Onin". Berdasarkan catatan Rumphius, orang Ternate juga menyebut "Onin" dengan nama Woni. Legenda lokal berupa: Ada leluhur bernama Onain kabur dari Jawa karena peperangan dari Hindhu-Buddha dan Islam ke Bali. Dia menyimpan Keris dan patung Buddha tersebut dan kabur ke Ternate dan sampai di sore hari. Pada malam hari, orang Onain diterima dengan baik oleh orang Anggiluly dan hari berikutnya mereka membuat rumah bersama untuk masing-masing. Lalu terdapat peperangan lagi sehingga pada orang Anggiluly dan orang Onain kabur ke pulau Papua. Orang Anggiluly pergi ke pulau Ega, dimana mereka menemukan pulau menyerupai huruf 'O' sehingga dinamai Onin. Sedangkan orang Onain pergi ke pulau yang bentuknya menyerupai songkok, sehingga mereka menamakan pulau ini dengan kata dalam bahasa Tidore untuk topi ini yaitu: Kowiai. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Onim di Semenanjung Onin berseberangan pulau Seram? Seperti disebut di atas bahasa Onim di Semenanjung Onin; Nama-nama dalam teks Negarakertagama 1365. Lalu bagaimana sejarah bahasa Onim di Semenanjung Onin berseberangan pulau Seram? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (248): Bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin; Nama Mor, Onin dan Navigasi Pelayaran Perdagangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mor (juga dieja Moor) bahasa Austronesia bernada dituturkan di Semenanjung Onin, Papua Barat. Bahasa digunakan etnik Wagaf, Taruma, dan Sinakum di kampung Mitimber, distrik Mbahamdandara, kabupoten Fak-Fak dan juga di kampung Tesa, distrik Kokas. Di sebelah timur, di kampung Tesa berpenutur bahasa Mor, sebelah barat di kampung Waremo berbahasa Baham, sebelah utara di kampung Goras berbahasa Goras, dan sebelah selatan di kampung Otoweri berbahasa Mbraw.


Mbahamdandara adalah sebuah distrik atau kecamatan di kabupaten Fakfak, Papua Barat ibukota di kampung Goras. Di Kampung Darembang dan Goras ditemukan situs Tapurarang berupa berbagai cap tangan berwarna oker kemerahan yang melekat pada dinding-dinding batu di pinggir laut. Masyarakat Fakfak sangat beragam, dengan 7 suku asli dan 3 agama berbeda. Informasi mengenai suku asli (indegeneous people) di Fakfak meliputi suku Mbaham, Ma’tta, Mor, Onin, Irarrutu, Kimbaran, dan Arguni. Sementara 3 agama saudara di Fakfak yakni Islam, Protestan dan Katolik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak tahun 2020, persentasi keagamaan di kecamatan ini yaitu Islam 78,73% dan Kristen berjumlah 21,27% (Protestan 19,45% dan Katolik 1,82%). Dengan demikian, semboyan yang paling dikenal di Fakfak yaitu "Tiga Tungku Satu Batu". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti disebut di atas bahasa Mot dituturkan di Semenanjung Obim. Nama Mor, Onin dan navigasi pelayaran perdagangan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mor di Teluk Bintuni Semenanjung Onin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 19 Januari 2024

Sejarah Bahasa (247): Bahasa Iha di Kokas Pantai Utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni; Teluk Kokas dan Pulau Ogar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Iha (Kapaur) adalah bahasa Papua yang digunakan di ujung Semenanjung Bomberai. Ini adalah dasar dari bahasa pijin yang digunakan sebagai bahasa perdagangan lokal.  Penutur bahasa Iha ditemukan di Kampong Baru, distrik Kokas kabupaten Fakfak, Papua Barat. Bahasa Iha berbeda dengan bahasa di sekitar seperti bahasa Mor, bahasa Sekar-Enim, bahasa Baham dan bahasa Uruangnirin.


Pemkab Fakfak Jadikan Bahasa Iha Sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah. Senin, 25 September 2023. Fakfak. Melalui kurikulum merdeka, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Fakfak mendorong penuh pembelajaran muatan lokal Bahasa Iha. Hal itu dikemukakan Asisten III Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak, Girin dalam Bimtek implementasi kurikulum merdeka dan penyusunan perangkat pembelajaran muatan lokal Bahasa Iha pendidikan dasar yang diikuti TribunPapuaBarat.com di Fakfak Papua Barat, Senin (25/9/2023). Ia menekankan pihaknya terus berupaya dan mengharapkan penuh, agar setiap sekolah di Kabupaten Fakfak dapat memilih muatan lokal Bahasa Iha sebagai salah satu pilihan mata pelajaran yang wajib. "Karena dewasa ini Bahasa Iha semakin dilupakan oleh generasi muda kita," ungkapnya. (https://papuabarat.tribunnews.com/a)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Iha di Kokas pantai utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Iha dituturkan do Kokas; Teluk Kokas dan Pulau Ogar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Iha di Kokas pantai utara Semenanjung Onin di Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (246):BahasaSumuri Padang Agoda Teluk Bintuni; Semenanjung Sumuri dan Kepulauan Boba Selatan Teluk Bintuni


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sumuri dituturkan di kampong Padang Agoda distrik Sumuri kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat. Distrik Sumuri terdiri dari 5 kampung yakni: Forada, Materabu Jaya, Sumuri, Tanah Merah dan Tofoi. Sebelah timur kampong Padang Agoda dituturkan bahasa Irarutu, bahasa Kuri di kampong Babo. Nama Babo adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Bintuni terdiri dari nama-nama kampong Amutu, Babo, Irarutu, Kasira dan Nusei.


Sumuri atau Sumeri (salah satu dari dua bahasa Papua yang juga dikenal sebagai Tanah Merah) adalah bahasa yang digunakan di distrik Sumuri, kabupaten Teluk Bintuni di Semenanjung Bomberai oleh sekitar seribu orang. Di Kecamatan Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni, masyarakat Sumuri bertempat tinggal di kampung Tofoi (ibu kota kabupaten), Materabu Jaya, Forada, Agoda, Saengga, Tanah Merah Baru, Onar Lama, dan Onar Baru. Dalam klasifikasi Malcolm Ross (2005) dan Timothy Usher (2020), Sumeri merupakan cabang independen dari rumpun Trans–New Guinea; Palmer (2018) mengklasifikasi sebagai bahasa terisolasi. Wilayah ini tidak cocok dengan cabang-cabang TNG yang sudah ada, namun berdasarkan sedikit data yang ada, wilayah ini tampaknya paling dekat dengan cabang-cabang di Teluk Berau (yaitu South Bird's Head, West Bomberai, dll.) atau bahasa Asmat – Mombum dan kerabatnya di timur. Bahasa Sumeri sebelumnya telah dikaitkan dengan bahasa Mairasi, tetapi bahasa tersebut tidak memiliki kata ganti TNG yang sama dengan bahasa Sumeri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sumuri di Padang Agoda Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Sumuri dituturkan di Padang Agoda, Sumuri. Semenanjung Sumuri dan Kepulauan Boba di Teluk Bintuni. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sumuri di Padang Agoda Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 18 Januari 2024

Sejarah Bahasa (245): Bahasa Sou, Tembuni di Teluk Bintuni;Nama Steenkol dan Bintuni Antara Sungai Tembuni dan Sungai Muturi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bintuni adalah sebuah distrik yang juga merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dari kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Distrik ini terletak di dekat pantai tenggara Semenanjung Kepala Burung di Teluk Bintuni. Tembuni juga adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Bintuni. Distrik Tembuni memiliki empat kampung: Araisum, Tembuni, Mogoi Baru dan Bangun Mulyo.


Bahasa Sou dituturkan di kampung Tembuni, distrik Tembuni, kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sou berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Moskona di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Miak di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Arandai di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Warriagar di sebelah selatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sou merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Moskona dan Wandamen. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Sou dituturkan di wilayah Tembuni. Steenkol dan Bintuni antara sungai Tembuni dan sungai Muturi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (244):Bahasa Wamesa Leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua; Teluk Bintuni dan Teluk Wondama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Wamesa adalah salah satu penduduk asli Papua Barat, terutama mendiami distrik Bintuni, kabupaten Teluk Bintuni provinsi Papua Barat. Suku Wamesa juga menjadi suku terbesar di kabupaten Teluk Wondama. Suku Wamesa memiliki bahasanya sendiri, yang disebut bahasa Wamesa, yang jumlah penutur diperkirakan sebanyak 5.000 jiwa tahun 1993. Berdasarkan dialeknya bahasa ini terbagi menjadi Wandamen (Wondama), Windesi, dan Bintuni.


Wamesa adalah bahasa Austronesia di Papua digunakan di leher Semenanjung Doberai atau Kepala Burung. Saat ini terdapat 5.000–8.000 pembicara. Meskipun secara historis digunakan sebagai lingua franca, saat ini bahasa tersebut dianggap sebagai bahasa yang terancam punah dan kurang terdokumentasi. Ini berarti semakin sedikit anak yang menguasai Wamesa secara aktif. Sebaliknya, Melayu Papua menjadi semakin dominan di wilayah tersebut. Bahasa ini sering disebut Wandamen dalam sastra; Namun, beberapa penutur dialek Windesi menyatakan bahwa Wandamen dan Wondama mengacu pada dialek yang digunakan di sekitar Teluk Wondama, dipelajari oleh misionaris awal dan ahli bahasa. Mereka menegaskan bahwa bahasa tersebut secara keseluruhan disebut Wamesa, yang dialeknya adalah Windesi, Bintuni, dan Wandamen. Meskipun bahasa Wamesa digunakan di Papua Barat, Wamesa bukanlah bahasa Papua melainkan bahasa Halmahera Selatan-Papua Barat (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Wamesa dituturkan di wilayah Wamesa. Teluk Bintuni dan Teluk Wondama. Lalu bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982