Militer Belanda tidak selalu mampu mengalahkan perlawanam pasukan pribumi. Beberapa perlawanan pasukan pribumi dapat mengalahkan militer Belanda. Dalam Perang Jawa, terdapat satu pertempuran yang dimenangkan oleh pasukan pribumi. Perang yang mengakibatkan kekalahan di pihak militer Belanda ini saya cek tidak pernah ditulis. Perang ini terjadi di Demak antara militer Belanda dari Semarang dengan pasukan pribumi di Demak. Lantas, apakah kekalahan militer Belanda ini sengaja disembunyikan?
Journal de la province de Limbourg, 26-01-1826 |
Surat yang bertanggal 4 September 1825 ini setelah sekian
lama diterima Journal de la province de Limbourg, lalu editor melakukan
penyelidikan untuk memastikan laporan tersebut yang kemudian memberitakannya
pada edisi 26-01-1826. termasuk lampiran surat laporan dari Semarang tersebut. Penyelidikan dalam hal ini
adalah mengidentifikasi dua puluh media berbahasa Belanda dan tujuh media berbahasa
Inggris.
Jarak penulisan laporan (surat) dan pemberitaan (surat kabar) hampir empat
bulan. Ini dapat dipahami karena rute pelayaran dari Batavia ke Eropa/Belanda
masih melalui Afrika Selatan. Akses Terusan Suez baru dibuka tahun 1869.
Perbedaan waktu (time lag) ini juga karena ada keterlabatan kedatangan kapal
dan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu terbit koran yang akan diidentifikasi.
Dalam uraian Journal de la province de Limbourg, 26-01-1826 dikatakan bahwa pertempuran Belanda
melawan Demak jumlah musuh sebanyak 12.000 kuat, sementara pihak militer
Belanda terdapat 10 penembak jitu terbunuh, kebanyakan orang Inggris. Dalam
perang ini pasukan Belanda benar-benar dikalahkan dan bahkan pasukan pribumi
merangsek memasuki Samarang. Orang-orang Eropa yang ada di Semarang mengangkut semua
properti mereka ke atas kapal-kapal yang berada di (pelabuhan) Samarang dan (pelabuhan)
Soerabaja. Di Semarang sebanyak 50.000 bal kopi dibakar juga menghacurkan
perkebunan kopi dan perkebunan tebu.
Diuraikan lebih lanjut, bahwa pada tanggal surat tersebut, semua orang
Eropa meninggalkan pantai timur Batavia [Tandjong Priok] dengan menggunakan empat
kapal dagang untuk membawa barang-barang berharga dan wanita untuk berlayar menuju
ke Singapura.
Dari surat kabar berbahasa Inggris yang diidentifikasi, Globe
and Traveller dan Morning Herald terkesan hati-hati memberitakan tentang keadaan
yang terjadi di pulau Jawa karena belum melakukan peliputan yang mendalam. Pers
Inggris di Singapura mengatakannya dengan kata-kata begini: ‘Rumor beredar
kemarin, berita yang mengkhawatirkan telah diterima dari Batavia, bahwa pasukan
Belanda, yang diperkuat oleh orang-orang Eropa [terutama Inggris] yang memiliki
persenjataan yang lebih baik, telah dikalahkan oleh pasukan pribumi. Diantara militer
yang terbunuh terdapat enam orang Inggris, yang dikatakan telah dibawa oleh
sebuah kapal dagang yang berpangkalan di Singapura.
Disebutkan bahwa memang ada penurunan jenazah dari kapal di pelabuhan
[Singapura] dan di beberapa bagian kapal terlihat ada kerusakan [akibat perang?]
Juga diuraikan bahwa setelah militer Belanda dikalahkan, pasukan pribumi terus
merangsek melakukan penjarahan, menghancurkan kota.
Perang Semarang, Kejadian yang Disembunyikan?
Di Eropa, Perancis menduduki Belanda. Media Perancis
memiliki kepentingan terhadap berita kekalahan militer Belanda (yang dibantu
Inggris) di Jawa, tepatnya di Semarang. Media Perancis dengan fakta yang mereka
identifikasi, perang Semarang adalah perang besar, perang yang mana militer
Belanda/Inggris dikalahkan pasukan pribumi. Sebaliknya media Inggris seakan
coba membuat kejadian perang di Semarang seolah tidak begitu penting. Dari sisi
[media] Inggris ini dapat dipahami karena kekalahan militer Belanda dan
tewasnya tentara Inggris adalah dianggap aib bersama, melaporkannya secara
detail hanya akan dijadikan media Perancis sebagai ejekan.
Belanda, Inggris dan Perancis adalah tiga bangsa yang menginginkan Hindia
Timur [baca: nusantara] sejak lama. Wilayah pantai barat Sumatra menjadi arena
utama prsaingan ketiga bangsa ini. Dalam perkembangannya ketiga negara bangsa
ini telah silih ganti menguasai Batavia. Perancis menguasai Batavia dari tahun
1895 hingga 1899, lalu kemudian dikuasai oleh Belanda sejak 1900. Pada tahun
1911 Inggris mengambil alih Batavia di bawah pimpinan Raffles yang kemudian
diserahkan kembali kepada Belanda tahun 1816. Pada tahun 1824 terjadi
perjanjian damai antara Belanda dan Inggris yang ditandai dengan lahirnya
Traktat London yang mana dilakukan tukar guling antara Bengkulu yang dikuasai
Inggris dengan Malaka yang dikusasi oleh Belanda. Perang Semarang terjadi setahun
kemudian pada tahun 1825 yang mana terdapat korban di pihak Belanda dan Inggris
dalam melawan pasukan pribumi.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar