*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Yang jelas tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di Djakarta. Para pemuda telah ‘memaksa’ Soekarno dan Mohamad Hatta untuk membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejak itulah secara defacto, Indonesia telah merdeka. Lantas bagaimana situasi dan kondisi di Tangerang pada seputar hari kemerdekaan tersebut? Pertanyaan ini tentu saja sulit dijawab berdasarkan berita-berita aktual.
Yang jelas tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di Djakarta. Para pemuda telah ‘memaksa’ Soekarno dan Mohamad Hatta untuk membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejak itulah secara defacto, Indonesia telah merdeka. Lantas bagaimana situasi dan kondisi di Tangerang pada seputar hari kemerdekaan tersebut? Pertanyaan ini tentu saja sulit dijawab berdasarkan berita-berita aktual.
Het dagblad edisi perdana 23-10-1945 |
Satu cara untuk mengetahui situasi dan kondisi di
Tangerang adalah melalui pengumpulan data yang bersifat retrospekti. Suatu
berita atau tulisan yang menceritakan keadaan waktu sebelumnya. Penduduk
Tangerang dan tentu saja para interniran Eropa/Belanda di Tangerang akan
memberikan kontribusi. Dalam hal ini surat kabar Het Dagblad di Batavia dan
surat kabar lainnya di Belanda akan memberi kontribusi. Mari kita telusuri bagaimana
situasi dan kondisi di Tangerang pada saat detik-detik proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Interniran Belanda di Tangerang
Seseorang menulis berita keluarga di surat kabar
yang terbit di Belanda, Algemeen Handelsblad, 29-10-1945 yang menyatakan bahwa
baru sekarang mereka menerima pesan dari Semarang bahwa kakak tertua kami,
Johan George Frederlk Meijer meninggal pada 22 Agustus 1944 pada usia 73 tahun di kamp Tangerang karena kelelahan. Atas nama keluarga:
Amsterdam, 24 Oktober 1945. Berita keluarga dengan sendirinya telah menjelaskan
bahwa salah satu kamp interniran orang-orang Eropa/Belanda berada di Tangerang
selama pendudukan Jepang (1942-1945).
Pada
hari Minggu tanggal 1 Maret 1942 redaksi menerima pesan bahwa Serang dan Soebang
telah diduduki oleh Jepang dan juga pesan berbagai jembatan rel dan lalu
lintas, yang sangat penting telah diledakkan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-03-1942).
Disebutkan pada hari Sabtu dan Minggu ada kepanikan di Batavia, karena itu,
tidak lazim, kas negara dan bank pada hari Minggu dibuka untuk memberi
persiapan bagi para nasabah. Juga pada hari Minggu lalu lintas sedikit lengang
karena adanya kebijakan penghematan BBM pada hari itu. Redaksi Minggu malam ini
mengirim wartawan ke arah Banten. ‘Kami pertama kali melewati Tangerang,
situasi dalam proses pengungsian, gudang dan toko telah dikosongkan, tentara di
titik-titik tertentu berjaga-jaga. Akhirnya, beberapa kilometer lebih jauh,
kami sampai pada titik sebagai yang terakhir yang dapat dihubungi, yakni sebuah
markas besar di sebuah perkebunan karet, dimana para petugas dan pasukan tengah
bersiap-siap untuk merangsek menyongsong pasukan Jepang. Dari markas ini ke
arah barat dilakukan bumi hangus terhadap bangunan dan properti yang bernilai
bagi musuh. Malam hari itu juga kami kembali ke ibukota’. Seperti diketahui
pada masa ini, pada tanggal 2 pasukan yang berada di Serang (yang masuk dari
Merak dan Teluk Banten) dipecah menjadi dua bagian, yang satu bagian merangsek
ke arah Batavia via Tangerang dan satu bagian yang lain ke Buitenzorg vis
Djasinga. Inilah awal pendudukan militer Jepang di Tangerang dan menetapkan penjara
Tangerang yang memiliki kapasitas banyak dijadikan sebagai kamp interniran
orang Eropa/Belanda. Semua penjara di Tangerang yang telah dibangun Belanda
dari dulu, yang isinya tahanan pribumi dilepaskan dan digantikan oleh hasil
penangkatapan terhadap orang Eropa/Belanda.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar