*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini
Pada masa ini, pulau Kalimantan termasuk salah satu pulau di Indonesia yang memiliki tanah gambut yang luas. Berdasarkan peta-peta gambut pulau Kalimantan, kawasan gambut ini terdapat di semua provinsi yang berada di kawasan yang bersinggungan dengan lautan (kaasan pantai). Namun kawasan gambut ini juga terdapat di pedalaman di daerah aliran sungai Kapuas dan daerah aliran sungai Mahakam.
Lantas bagaimana sejarah gambut pulau Kalimantan? Pertanyaan tentu saja menyebabkan pertanyaan lain muncul: Bagaimana terbentuknya kawasan gambut sebagai dampak dari proses sedimentasi jangka panjang akibat faktor banjir dari sungai-sungai besar (seperti Barito, Kapuas, Mahakam, Kayan). Dalam hal ini proses sedimentasi dan terbentuknya gambut (turf atau wetland) menjadi bagian sejarah pulau itu sendiri. Seeperti dikatakan ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Gambut: Awal Sejarah Kalimantan Terbentuk
Gambut adalah suatu kata baru yang merujuk pada tanah basah (wetland). Tanah gambut ditemukan di banyak tempat di Papoea, Borneo dan Sumatra. Di Sumatra Timur ada area yang disebut tanah gambut, sebagai suatu nama kampong, Tanah Gamboet yang dijadikan sebagai konsesi lahan perkebunan (lihat Deli courant, 21-07-1928).
Gambut sebagai suatu jenis lahan tampaknya sudah lama dikenal di berbagai tempat. Paling tidak hal ini ditemukan di Sumatra Timur dan di Tegal yang tampaknya nama gabut merujuk pada situasi dan kondisi lahan tertentu karena jenis tanahnya berbeda dengan lahan lain di sekitarnya. Gambut dalam bahasa Belanda disebut turf. Penggunaan nama turf sudah lama ada dan orang-orang Belanda menyebut turf untuk jenis tanah yang disebut penduduk sebagai gambut. Dalam pengertian teknis, terminologi gambut di Indonesia besar dugaan masih baru (era Republik Indonesia). Hal ini karena tidak pernah ditemukan pada era kolonial.
Nama gambut sebagai suatu jenis tanah adalah satu hal dan gambut sebagai nama tempat adalah hal lain lagi. Sebagaimana di Sumatra Timur dan Tegal, di Bandjarmasin gambut adalah nama tempat yang menunjukkan jenis tanahnya. Tanah gambut di Gambut (Bandjarmasin) tentu saja belum lama adanya. Tanah gambut yang terbentuk di Gambut, belum ribuan tahun tetapi baru sekitar ratusan tahun sehubungan dengan proses sedimentasi di pulau Borneo.
Proses sedimentasi ini diduga terjadi secara intensif sejak kehadiran orang-orang Eropa (Portugis, Belanda dan Inggris) yang menyebabkan karena intensitas perdagangan di hilir dan proses produksi di wilayah hulu. Pembalakan, pembakaran hutan telah menyebabkan sampah (daun dan batang pohon) hanyut ke hilir yang diikuti proses erosi yang membawa lumpur. Jika memperhatikan peta-peta Portugis batas daratan-lautan tidak di posisi GPS yang sekarang, tetapi di Kotawaringin, Sampit, Kota Palangkaraya yang sekarang, Muara Pulau, Muarabahan dan Martapoerra.
Adanya proses sedimentasi jangka panjang dan terbentuknya gambut menyebabkan bentuk pulau Kalimantan pada masa ini sesungguhnya berbeda dengan pulau Borneo tempo doeloe (era Portugis dan VOC). Tentu saja pada saat itu daratan dimana kota Bandjarmasin yang sekarang masih rawa-rawa. Kota-kota kuno (di era Hindoe) berada di Martapoera, Nagara dan Taniampoera (Tanjungpura). Dengan kata lain kota Martapura dan Nagara (Marabahan) yang sekarang tempo doeloe berada di pantai (tepi laut).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Penyelidikan Awal Kawasan Gambut Borneo: Dr CM Swachner (1841-1853)
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar