*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada detik-detik beranhirnya Pemerintah Hindia Belanda, lembaga legislatif yang dibentuk pemerintah yang disebut dewan pusat Volksraad, juga sudah ada lembaga yang dibentuk sendiri oleh rakyat Indonesia yang disebut Madjelis Rakjat Indonesia (MRI). Dari sudut pandang pribumi (terhadap anggota Volksraad dari golongan pribumi), pada detik-detik berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda, kedua lembaga tersebut kejar-kejaran bagai dua finalis super bike.
Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya Volksraad? Seperti disebut di atas, sebagian anggota Volksraad adalah golongan pribumi, sementara di luar Volksraad sudah terbentuk lembaga rakyat yang disebut Madjelis Rakjat Indonesia (MRI). Salah satu anggota terlama di Volksraad dari golongan pribumi adalah Abdoel Firman Siregar hgelar Mangaradja Soangkoepon. Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya Volksraad? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Detik-Detik Berakhir Volksraad 1939-1943
Seberapa penting perang Volksraad (dewan pusat) di Batavia pada era Pemerintah Hindia Belanda? Pada prinsipnya sangat baik, tetapi dalam pelaksanaanya menjadi rancu karena begitu kuatnya intervensi Gubernur Jenderal. Lagi pula saat itu, undang-undang menyangkut Hindia Belanda sangat ditentukan oleh Dewan Belanda di Belanda (Tweede Kamer). Dalam hal ini Volksraad tidak terlalu diberi kesempatan untuk menghasilkan peraturan perundang-undangan yang prinsipal. Meski demikian, Volksraad masih terlihat bermanfaat dalam hal usulan dan pembahasan program-program.
Adanya Volksraad sudah sejak lama diketahui di Belanda. Paling tidak keberaadan Volksraad di Belanda pada tahun 1738 (lihat Hollandsche historische courant, 25-06-1782). Dalam perkembangannya terminologi Volksraad menghilang di Belanda seiring dengan munculnya Tweede Kames. Akan tetapi di wilayah koloni Volksraad tetap diintroduksi. Afrika Selatan awalnya (sejak era vOC) adalah koloni Belanda seperti halnya Hindia Timur tetapi dalam perkembangannya wilayah Afrika Selatan dilepaskan dan hanya dijadikan sebagai protektorat Kerajaan Belanda dimana orang-orang Belanda (Afrikaans) yang memegang kendali di Afrika Selatan. Keberadaan Volksraad di Afrika Selatan sendiri paling tidak sudah ada pada tahun 1840 (lihat tDe avondbode: algemeen nieuwsblad voor staatkunde, handel, nijverheid, landbouw, kunsten, wetenschappen, enz. / door Ch.G. Withuys, 20-08-1840). Selanjutnya di Hindia Belanda, sebelum dilakukan introduksi Volksraad sudah dipraktekkan dewan kota (gemeenteraad) yang mana yang pertama seperti di Batavia (1901), Soerabaja (1902) dan kota-kota lainnya menyusul. Jauh sebelum dewan kota dibentuk di Batavia, yang pertama muncul di Medan semacam dewan kota yang disebut Gemeentefonds. Kota Medan sendiri memiliki gemeenteraad baru tahun 1909. Seperti disebut di atas Volksraad dibentuk tahun 1916, namun anggota masih penunjukan. Untuk Gemeenteraad sendiri sejak 1918 mulai dilakukan proses pemilihan (untuk orang Eropa pemilihnya adalah laki perempuan usian 17 tahun, sedangkan untuk golongan pribumi dibatasi pada kelompok yang berpenghasilan tertentu). Dalam hal ini terutama di tingkat Volksraad sistem dan mekanismenya terus diperjuangkan orang-orang pribumi. Dengan kata tata kelola berdemokrasi juga diperjuangkan (mirip pada Orde Baru vs Orde Reformasi). Pada periode-periode terakhir Volksraad prosedurnya mulai banyak yang diperbaiki dan jumlah anggota Volksraad dari golongan pribumi juga semakin banyak yang vokal. Salah satu yang paling vokal yang akan kita lihat nanti adalah Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon dari dapil (province) Oost Sumatra..
Dalam komposisi anggota Volkraad pada mulanya diisi oleh suatu pengangkatan orang-orang yang dianggap cooperative bagi golongan pribumi maupun timur asing. Proporsinya juga lebih banyak orang Belanda. Jabatan setiap anggota yang diangkat semuanya terhubung dengan fungsi pemerintahan. Namun dari waktu ke waktu dinamika di Volksraad semakin meningkat, lebih-lebih sejak tahun 1924 sudah mulai masuk wakil independen melalui pemilihan. Jumlahnya masih sangat terbatas untuk Sumatra saja hanya satu kursi. Pada tahun 1927 proses melalui pemilihan jumlahnya semakin banyak untuk golongan pribumi yakni 11 kursi dimana Sumatra slotnya ditambah dari satu kursi menjadi empat kursi.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Detik-Detik Berakhir Volksraad 1939-1943: Mangaradja Soangkoepon
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar