Selasa, 19 September 2023

Sejarah Bahasa (27): Bahasa Totoli di Toli Toli Pantai Utara Sulawesi Tengah di Laut Sulawesi; Nama Toli Toli dan Gunung Sitoli


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Gorontalo bahasa lokal Hulontalo atau Tawu Hulontalo adalah suku bangsa terbesar di wilayah utara pulau Sulawesi hingga ke Kawasan Teluk Tomini dan sekitarnya (disusul dengan Suku Minahasa). Suku Hulontalo dalam akar sejarahnya berasal dari pegunungan Tilongkabila. Bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Gorontalo dengan beberapa dialek lokal.


Bahasa Gorontalo termasuk dalam kelompok bahasa Gorontalik, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan dengan bahasa Gorontalo adalah Suwawa, Bolango, Buol, Bintauna, Kaidipang, dan Lolak. Terdapat dua karakteristik utama dalam bahasa daerah ini, yaitu ragam dialek dan ciri khas huruf terakhir dari setiap kata. Bahasa Gorontalo beberapa dialek: Gorontalo Timur, Gorontalo Kota, Limboto, Tilamuta, Suwawa, dan Gorontalo Barat. Salah satu ciri khas penggunaan salah satu huruf vokal (a,i,u,e,o) pada setiap huruf terakhir sebuah kata seperti mela (merah), huyi (malam), tuluhu (tidur), rasipede (sepeda), bongo (kelapa).: Beberapa kata kerja maupun kata benda dalam bahasa Indonesia yang menggunakan huruf "e", berubah pelafalannya menjadi huruf "o" seperti bolajar (belajar), posawat (pesawat), moncuci (mencuci), mongapa (mengapa). Bilangan: satu=tuwawu; dua=duluwo; tiga=totolu; empat=wopato; lima=olimo; enam=wolomo; tujuh=pitu; delapan=walu; sembilan=tiyo; sepuluh=mopulu (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Gorontalo dan bahasa Buol di wilayah Gorontalo? Seperti disebut di atas bahasa Gorontalo berkerabat dekat dengan bahasa Buol. Wilayah bahasa Toli-Toli, Parigi Moutong dan Bolaang Mongondow. Lalu bagaimana sejarah bahasa Gorontalo dan bahasa Buol di wilayah Gorontalo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Gorontalo dan Bahasa Buol di Wilayah Gorontalo; Toli-Toli, Parigi Moutong dan Bolaang Mongondow

Identfikasi kelompok populasi (etnik) pertama kali dilakukan pada kegiatan Sensus Penduduk tahun 1930. Kelompok populasi besar (group) antara lain Melayu, Banjar, Dayak, Sangir, Talaud. Minahasa, Gorontalo, Bolaang Mongondow, Tordja, Boegis, Makassar, Mandar, Selajar, Wadjoe dan Tolaki (lihat Volkstelling 1930 = Census of 1930 in Netherlands India, 1936). Dalam groep Gorontalo terdiri dari dua group kecil (ondergroep): Gorontalo dan Boeol.


Sementara untuk groep Bolaang Mongondow terdiri empat ondergroep: Mongondow, Bolaang, Bintaoen dan Kaidipan. Sedangkan ondergroep lainnya di wilayah Teluk Tomini antara lain: Banggai, Balantak, Bobongkoe, Loinan (Saloean), Sea Sea, Tomini, Toli-Toli, Dondon, Mooetong dan Dajak. Catatan: pebagain wilayah administrative: Afd. Poso (Banggai, Loewoek, Kolonodale, Poso, Parigi); Afd. Donggala (Toli-Toli, Paloe, Boeol); Afd. Gorontalo (Gorontalo); Afd. Manado (Bolaang Mongondouw, Amoerang, Tondano, Manado). Di onderfadeeling Toli-Toli: pribumi 24 330 jiwa; Eropa 4 jiwa; Cina 612 jiwa, timur asing 328 jiwa.

Yang pertama kali menginformasikan bahasa Toli Toli adalah Hissink Controleur di Paloe. Tulisannya berjudul Nota betreffende het landschap Toli-Toli dimuat dalam Tijdschr Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. LIV. 1912.


Hissink mendeskripsikan bahasa-bahasa di wilayah Toli-Toli, dan gambaran yang jelas mengenai wilayah bahasa tersebut. Hissink menyatakan perbandingan bahasa Tontoli dengan bahasa Bo(l)ano menunjukkan bahwa bahasa Tontoli lebih kuno dibandingkan bahasa Bo(l)ano, orang mungkin berasumsi bahwa Lamboenoe dihuni dari pesisir barat laut Sulawesi. Kedua bahasa tersebut masih dapat dianggap sebagai bagian dari kelompok Tomini, sifat umum kelompok bahasa Tominian.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Toli-Toli, Parigi Moutong dan Bolaang Mongondow: Bahasa-Bahasa di Laut Sulawesi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar